13
sesuatu proses memberikan pengetahuan kepada masyararakat. Pada konsep pemberian pengetahuan inilah komunikasi mempunyai peranan
yang strategis.
2.1.9 Kegiatan Revitalis Posyandu
Kemampuan kader merupakan salah satu factor yang berpengaruh pada kualitas Posyandu. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja Posyandu adalah dengan melakukan pelatihan kader Posyandu. Transformasi pengetahuan yang berjenjang dari pangkal yaitu
di Tingkat Kota Surabaya sampai dengan di ujung yaitu para kader Posyandu yang ada di RT dan RW, baik dari segi substansi maupun
metode penyampaian pesan dapat ditekan sekecil mungkin Sumber : Dinas Kesehatan 2007 .
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam kegiatan revitalisasi Posyandu Kota Surabaya akan dilaksanakan kegiatan revitalisasi Posyandu
sebagai salah satu upaya pelatihan kader Posyandu yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Surabaya dalam rangka meningkatkan kinerja Posyandu.
Tujuan diadakannya kegiatan Revitalisasi posyandu ada beberapa diantaranya adalah Sumber : Dinas Kesehatan 2007
1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih pada
substansi kegiatan Posyandu. 2.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih tentang manajemen Posyandu.
14
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih tentang
teknik metode penyampaian pesan.
2.1.10 Perkembangan Gizi yang Terjadi Di Indonesia
Anak – anak dengan status gizi kurang atau buruk tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak – anak dengan gizi kurang dan buruk akan
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak akan bersaing.
Supaya hal itu tidak terjadi, pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk menurunkan angka gizi buruk di Tanah Air. Pemerintah
berusaha menurunkan jumlah anak dengan gizi kurang dari 27,5 saat ini menjadi 20 pada 2009. Guna mencapai target nasional itu, pemerintah
telah membuat Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi yakni sistem informasi yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengetahui
situasi pangan dan gizi di wilayahnya. Melalui sistem itu pemerintah daerah akan mengumpulkan, menyajikan serta mengkaji data tentang
pangan gizi dan masyarakatnya. Data itu selanjutnya akan digunakan pemerintah pusat sebagai
acuan untuk menyusun program penanggulangan masalah gizi nasional. Pemerintah daerah bisa memantau kondisi kesehatan serta gizi masyarakat
di wilayahnya dengan memberdayakan masyarakat. Posyandu harus
15
diperkuat agar mampu mendeteksi dan menangani kasus-kasus gizi buruk dan kurang secara cepat. Selain itu pemerintah juga telah membuat
Rancangan Aksi Nasional RAN Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk pada juli 2005. Aksi itu dilakukan dengan memberikan makanan
tambahan kepada balita, fortifikasi pengayaan nutrisi pada bahan pangan pokok, melakukan promosi keluarga sadar gizi dan melakukan revitalisasi
Posyandu. Namun upaya – upaya tersebut hingga saat ini belum dapat menaggulangi masalah- masalah gizi buruk di Tanah Air, kasus – kasus
gizi buruk masih di laporkan di berbagai daerah. Hal itu di antaranya terjadi karena belum semua kepala daerah
mempunyai komitmen untuk mengatasi maslah tersebut, serta untuk menaggulangi masalah gizi buruk diperlukan upaya yang terpadu dan
berkesinambungan dari semua pihak, utamanya pemerintah daerah. Karena perawatan atau usaha yang bersifat kuratif lainnya tidak akan berarti kalau
tidak ada upaya preventif. Faktor-faktor lain seperti pola pengasuhan, tingkat pendidikan ibu dan faktor sosial budaya dalam masyarakat juga
menjadi penyebab timbulnya masalah gizi dalam masyarakat. Oleh karena itu, semua komponen dalam masyarakat harus bekerja bersama untuk
mencegah dan menanggulangi masalah gizi di Tanah Air. http:www.mediaindo.co.idberita.asp?id=97984
16
2.1.11 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tentang Kesehatan