21
individu ini juga akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi disaat malakukan
pekerjaan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku kerja kontraproduktif dapat
terjadi karena dua hal yaitu kondisi dari organisasi dan dari diri individu atau karyawan itu sendiri.
B. Kecerdasan Emosional 1. Definisi Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan
John Mayer dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting
bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas itu antara lain adalah: empati kepedulian,
mengungkapkan dan
memahami perasaan,
mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, bisa memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan,
keramahan, dan sikap hormat Shapiro 2003. Menurut
Goleman 2005,
kecerdasan emosional
adalah kemampuan yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri,
memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana
hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini saling berbeda dan melengkapi dengan
22
kemampuan akademik murni, yaitu kognitif murni yang diukur dengan IQ.
Mayer and Salovey 1997 memberikan definisi kecerdasan emosional
sebagai kemampuan
untuk merasakan
emosi, mengintegrasikan emosi untuk memudahkan dalam berpikir,
memahami emosi, dan mengatur emosi untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh M
Dileep Kumar 2006 yang memberikan definisi kecerdasan emosional sebagai suatu kumpulan atau set kompetensi yang mengatur
dan mengontrol perasaan seseorang untuk bekerja dan menampilkan suatu kinerja. Kompetensi tersebut adalah kemampuan seseorang
dalam mengontrol dan mengatur suasana hati dan dorongan dari hati yang sangat berkontribusi untuk menentukan sikap.
Menurut Cooper dan Sawaf 1999, kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif
menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh yang manusiawi. Lebih lanjut dikatakan
bahwa emosi manusia adalah wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri tersembunyi, dan sensasi emosi. Lebih lanjut, He in dalam Yadav,
2011 memberikan definisi kecerdasan emosional sebagai kemampuan emosi yang merupakan bawaan lahir untuk merasakan, menggunakan,
berpikir, mengingat, mengidentifikasi, menggambarkan, belajar, mengatur, memahami, menjelaskan dan berkomunikasi.
23
Dari beberapa pengertian kecerdasan emosional tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa inti kecerdasan emosional adalah
kemampuan atau kompetensi dalam diri untuk mengenali emosi, mengelola emosi dan memotivasi diri, serta merupakan kemampuan
sosial dalam mengenali dan memahami emosi orang lain dan juga kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
2. Aspek Kecerdasan Emosional
Goleman 1997 menyatakan ada lima aspek dari kecerdasan emosi, antara lain:
a. Self awareness atau kesadaran diri adalah kemampuan individu
dalam mengenali emosi dirinya. orang yang memiliki kemampuan ini mengenali emosi yang sedang mereka rasakan, kemudian
menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan apa yang mereka pikirkan, katakan, dan lakukan. Orang yang memiliki
kemampuan ini juga akan tahu bagaimana perasaan mereka
mempengaruhi kinerja mereka.
b. Self Control adalah kemampuan individu dalam mengendalikan,
mengontrol dan mengelola emosi. Orang yang mempu menampilkan self control dengan baik mampu mengelola dengan
baik perasaan dan emosi mereka. Selain itu, mereka juga mampu bersikap positif dalam menghadapi situasi-situasi yang berat.
Mereka mampu tetap berpikir jernih dan tetap fokus meskipun
sedang dalam tekanan.
24
c. Self Motivation adalah kemampuan individu dalam memotivasi
dirinya. Orang yang memiliki kemampuan ini memiliki daya juang yang tinggi untuk dapat meraih tujuan dan memenuhi standar.
Orang yang memiliki kemampuan ini juga terkandung rasa
optimisme dalam dirinya.
d. Emphaty adalah kemampuan individu dalam mengenali dan
memahami emosi orang lain. Orang yang memiliki kecakapan ini akan mampu menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap
perspektif orang lain.
e. Social Skill adalah kemampuan individu dalam membangun dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Aspek ini berkaitan dengan kemampuan interpersonal yang merupakan kemampuan
sosial dalam membangun dan menjaga hubungan yang bermakna, dekat secara emosional dan memuaskan. Keterampilan sosial di
dunia kerja dapat dilihat dengan ciri memiliki kemampuan dalam melakukan persuasi; memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
baik, yaitu mampu menyampaikan pesan dengan jelas; memiliki kemampuan dalam bernegosiasi dan memiliki menejemen konflik
yang baik; kemampuan menjaga dan memilihara hubungan dengan orang lain; dan kemampuan berkerja sama atau bekerja dalam tim.
Goleman, 1999.
Dari beberapa aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional mempunyai lima aspek, yaitu: self awareness atau
25
kesadaran diri, self control atau pengendalian diri, self motivation atau kemampuan memotivasi diri, emphaty atau kemampuan mengenali
dan memahami emosi orang lain dan social skill atau kemampuan membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain.
3. Dampak Kecerdasan Emosional
Cary Cherniss 2001 melalui tulisannya dalam buku “The Emotionally Intelligent Workplace
” mengatakan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran yang penting dalam menjawab setiap
permasalahan dalam organisasi khususnya di tempat kerja. Dijelaskan juga bahwa kecerdasan emosi di tempat kerja berdampak pada
efektivitas organisasi yang tampak dalam beberapa hal antara lain : Teamwork, Employee Comitment, Innovation, Productivity, dan
Quality of Service. Hal ini juga didukung oleh penjelasan Druskat dan Wolff 2001 dan Paul 2006 yang menjelaskan bahwa kecerdasan
emosional pada individu memberikan konstribusi bermakna untuk membangun sebuah organisasi yang memiliki kecerdasan emosi.
Setiap orang bertanggungjawab sendiri untuk
meningkatkan kecerdasan emosinya untuk digunakan dalam berhubungan dengan
orang lain, dan untuk menerapkan keterampilan kecerdasan emosi terhadap organisasi secara keseluruhan. Nasser 2011 juga
menambahkan bahwa kecerdasan emosi memiliki dampak yang positif pada kinerja kelompokorganisasi.
26
Riana Mashar 2011 melalui tulisannya dalam buku “Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya” mengatakan bahwa
kecerdasan emosional mempunyai peran dalam aspek pekerjaan, yaitu meningkatkan performa kerja, meningkatkan kemampuan kooperatif
dan negosiasi yang lebih baik, dan juga meningkatkan efektivitas, altruism, dan compliance dalam bekerja.
Secara khusus, Goleman 1998, menjelaskan bahwa kemampuan kecerdasan emosional memiliki dampak kepada individu itu sendiri,
antara lain : 1.
Individu lebih bertanggung jawab pada tugasnya. 2.
Individu dapat lebih memahami keadaan orang lain, karena memiliki tenggang rasa dan perhatian dengan lingkungannya.
3. Individu juga lebih pintar untuk membuat strategi dan terampil
dalam menyelesaikan konflik atau masalah antar pribadi. 4.
Saat individu memahami keadaan orang lain, individu tersebut lebih bersifat sosial, suka menolong, dan mampu mengurangi
perilaku kasar yang ditujukan terhadap orang lain. 5.
Individu lebih memahami akibat-akibat dari tindakan mereka, sehingga individu tersebut akan berpikir terlebih dahulu sebelum
bertindak. 6.
Individu juga mampu mengatasi kecemasan yang ada dalam dirinya.
27
7. Individu dapat dijadikan tempat bergantung oleh rekan-rekan
sebayanya. 8.
Individu mampu bekerja sama dengan orang lain. 9.
Individu mudah bergaul dengan orang lain sehingga mempunyai teman yang banyak.
10. Individu mampu membawa suasana yang positif di lingkungannya.
C. Pegawai Negeri Sipil