Dinamika Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Kerja Kontraproduktif

29

D. Dinamika Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Kerja Kontraproduktif

Peter Salovey dan Jack Mayer, pencipta istilah “kecerdasan emosional”, menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Dengan kata lain, kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit yang mencakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat, serta kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari Peter Salovey dan Jack Mayer dalam Steven J. Stein, 2004. Dalam penelitiannya, Goleman 1999 menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi didalam pekerjaan. Kecerdasan emosi bisa berkontribusi pada kinerja dengan memungkinkan seseorang untuk memilihara hubungan yang positif di dunia kerja Seibert et al., 2004 dalam Afolabi, 2010. Karyawan yang cerdas emosinya juga akan lebih efisien dan efektif dalam mengelola diri dan berinteraksi dengan lingkungan atau rekan kerjanya Law et al., 2007. Druskat dan Wolff 2001 dan Paul 2006 menyebutkan bahwa kecerdasan emosional pada individu memberikan kontribusi bermakna untuk membangun sebuah organisasi. Individu yang memiliki kecerdasan 30 emosi tinggi akan mampu mengenali emosi diri. Hal ini berarti ia memiliki kasadaran diri sehingga mampu mengetahui dan memahami apa yang sedang ia rasakan. Ia akan waspada akan pikiran dan perasaannya sehingga tidak mudah larut dan dikuasai oleh emosi. Kemampuan dalam mengenali emosi diri ini menjadi dasar yang kuat bagi seseorang untuk dapat mengelola dan mengungkapkan emosi yang sedang dirasakan secara wajar. Pengelolaan emosi ini meliputi kemampuan untuk menghibur diri, menghindari kecemasan, dan bangkit dari perasaan yang menekan. Dalam konteks penelitian ini, seseorang atau pegawai yang mempunyai kemampuan yang baik dalam mengenali emosi diri dan mengelola emosi tidak akan melakukan perusakan properti milik organisasiperusahaan, melakukan tindakan verbal dan tindakan fisik yang tidak pantas pada rekan kerjanya. Kemampuan dalam memotivasi diri dapat dilihat sebagai respon dorongan dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi diri merupakan bentuk pengungkapan emosi positif. Kemampuan dalam memotivasi diri sendiri ini mendorong seseorang untuk tetap tekun dalam bekerja sehingga mampu mencapai hasil yang diinginkan. Dalam konteks penelitian ini, seseorang atau pegawai yang memiliki kemampuan dalam memotivasi diri akan membuat pegawai mempunyai semangat dan antusias dalam bekerja sehingga tidak akan melakukan mangkir atau bolos kerja. 31 Goleman 1997 mengungkapkan bahwa seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi berarti juga pandai dalam mengenali emosi orang lain. Seseorang yang pandai dalam mengenali emosi orang lain ini berarti mempunyai rasa empati. Empati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. Seseorang yang mempunyai rasa empati biasanya lebih mampu menangkap sinyal- sinyal sosial yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang lain Surya, 2011. Orang yang mempunyai rasa empati ini juga biasanya adalah orang yang berhasil dalam pergaulannya. Berbeda halnya dengan seseorang atau pegawai yang mempunyai kecerdasan emosional rendah. Ketidakmampuan dalam mengenali emosi diri membuat seseorang atau pegawai tidak mampu mengetahui dan memahami apa yang sedang ia rasakan dan akan membuat seseorang atau pegawai mudah larut dan dikuasai oleh emosi. Ketidakmampuan dalam mengenali emosi diri ini juga akan mempengaruhi seseorang atau pegawai sulit untuk mengelola emosinya sehingga dapat melakukan pengungkapan emosi diri yang kurang tepat. Pengungkapan emosi diri yang kurang tepat tersebut seperti malakukan perusakan properti milik perusahaanorganisasi, tindakan verbal dan tindakan fisik yang tidak pantas pada rekan kerjanya. Seseorang atau pegawai yang kecerdasan emosional rendah juga tidak mempunyai dorongan dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan dalam diri atau motivasi akan membuat seseorang atau pegawai 32 mempunyai semangat dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, motivasi yang rendah dalam diri akan membuat seseorang atau pegawai tidak mempunyai semangat dalam bekerja sehingga akan menurunkan perasaan antusias dalam bekerja dan juga tingginya tingkat absensi pegawai dalam daftar kehadiran di tempat kerja. Selanjutnya, seseorang atau pegawai yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah juga tidak mempunyai kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Hal tersebut akan membuat seseorang atau pegawai tidak mempunyai rasa empati dalam dirinya. Ketidakmampuan dalam memahami perasaan orang lain dan rasa empati yang rendah ini akan membuat seseorang atau pegawai gagal dalam menjalin hubungan dengan orang lain atau rekan kerja. 33

E. Skema Penelitian