40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas tentang deskripsi data pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. Deskripsi pelaksanaan penelitian berisi deskripsi tempat
penelitian, rencana penelitian siklus I dan siklus II, dan pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II. Kemudian hasil penelitian berisi uraian hasil penelitian yang
dideskripsikan dengan data kuantitatif dan kualitatif. Pada bagian pembahasan berisi uraian ketuntasan dan ketidaktuntasan pada siklus I dan siklus II.
4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur terletak di Jalan P. Senopati 19 Yogyakarta, Indonesia 55121.
Pelaksanaan tindakan kelas ini diadakan dengan dua siklus, siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2013, Kamis, 25 April 2013 dan siklus II dilaksanakan
pada hari Kamis, 2 Mei 2013. Kelas yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XI IPS-3 dengan jumlah 25 siswa, yang terdiri atas 19 orang laki-laki
dan 6 orang perempuan. Penelitian ini melibatkan guru bahasa Indonesia kelas XI IPS-3 yaitu Bapak Drs.
Fx. Sudarno yang ikut membantu pelaksanaan tindakan kelas ini. Peneliti dan guru tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin memecahkan masalah
pembelajaran membaca pemahaman yang ada di sekolah. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengajar sekaligus sebagai pengamat. Peneliti bertugas
untuk memberikan materi dan mengamati kegiatan pembelajaran. Peneliti akan
mengevaluasi hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa dan dari hasil pengamatan, peneliti dapat mengetahui perkembangan dan masalah yang terjadi
selama kegiatan pembelajaran berlansung. Dengan demikian, peneliti dapat melakukan perbaikan-perbaikan pada tahap atau siklus selanjutnya berdasarkan hasil
pengamatan. Sebelum diterapkan tindakan untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman, peneliti mengadakan prates tes awal. Tujuan melakukan prates adalah agar peneliti dapat mengetahui kemampuan awal membaca pemahaman. Soal prates
berupa pilihan ganda yang menguji keenam aspek membaca pemahaman. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Evaluasi dari penelitian ini adalah penilaian hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini apabila hasil tes kemampuan
membaca pemahaman meningkat. Adapun penjelasan pelaksanaan siklus akan diuraikan berikut ini.
4.2 Analisis Data Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Analisis Siklus I
Siklus pertama dilaksanakan dalam empat tahap, yakni 1 tahap perencanaan, 2 tahap pelaksanaan tindakan, 3 observasi, dan 4 refleksi. Setiap tahapan akan
diuraikan secara rinci. Siklus pertama dilaksanakan dalam tiga jam pelajaran.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan berbagai persiapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tindakan. Pertama, membuat skenario pembelajaran yang meliputi
silabus dan RPP, menyusun bahan pembelajaran seperti mempersiapkan bahan bacaan tajuk rencana yang sedang hangat dibicarakan dan lembar kerja siswa. Kedua,
mempersiapkan alat pengumpul data penelitian yaitu kamera. Ketiga, mempersiapkan rubrik penilaian pedoman penilaian dan pedoman observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam dua kali pertemuan 3 jam pelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2013,
berlangsung selama 90 menit dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 08.30 WIB. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 25 April 2013, berlangsung selama
45 menit dari pukul 10.15 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Peneliti berperan sebagai pengajar dan pengamat.
Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan. Pertama, kegiatan awal yang dalam pembelajaran berbasis
masalah disebut orientasi siswa pada masalah. Dalam kegiatan ini peneliti sebagai guru membuka pembelajaran dengan salam, mempresensi siswa, dan memberikan
apersepsi mengenai masalah UN tahun ini. Siswa diajak berdiskusi mengenai permasalahan penundaan UN. Siswa sangat antusias membahas masalah tersebut dan
memberi pendapat. Beberapa pendapat siswa ditulis di papan tulis kemudian pendapat tadi dikelompokkan berdasarkan fakta dan opini. Kegiatan ini berlangsung selama 20
menit. Kedua, kegiatan inti. Pada tahap ini siswa membentuk lima kelompok secara
acak dengan cara berhitung. Guru membagikan lembar kerja siswa yang berupa
pertanyaan mengenai permasalah dalam tajuk rencana yang berjudul “Ujian Nasional Amatiran”. Alasan memilih tajuk rencana tersebut karena masalah ujian nasional
sedang hangat dibicarakan sehingga dapat menunjang rasa ingin tahu siswa dan juga sangat berkaitan dengan dunia siswa. Pembelajaran berbasis masalah menyebut
kegiatan ini dengan mengorganisasikan siswa untuk belajar. Selanjutnya secara berkelompok siswa mengerjakan lembar kerja kelompok. Siswa dibimbing dalam
berdiskusi untuk mencari arti kata yang sulit, ide pokok, makna tersirat, permasalahan, isi kesimulan, dan maksud penulis. Setiap anggota kelompok mencari
solusi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selama kegiatan diskusi berlangsung banyak siswa yang antusias mengerjakan dan mencoba memberi pendapat namun
banyak juga yang diam saja. Kegiatan diskusi berlangsung selama 45menit. Pembelajaran berbasis masalah menyebut kegiatan ini dengan membimbing
pengalaman individu dan kelompok. Kemudian setelah selesai mengerjakan tugas kelompok, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Setiap
kelompok mempresentasikan satu soal yang kemudian dibahas bersama oleh pengajar dan kelompok lainnya. Pembelajaran berbasis masalah menyebut kegiatan ini dengan
mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Presentasi berjalan dengan baik. Banyak siswa yang antusias memberi masukan ketika memberikan jawaban-jawaban
lain namun ada pula siswa yang masih sibuk dengan urusannya sendiri. Kegiatan ini sekaligus menjelaskan materi mengenai fakta dan opini serta keenam aspek membaca
pemahaman.
Ketiga, kegiatan akhir. Kegiatan akhir dilakukan pada hari Kamis, 25 April 2013. Setelah bekerja di dalam kelompok dan berdiskusi bersama di kelas pada hari
Selasa, 23 April 2013 pada pertemuan berikutnya pengajar membahas apa yang sudah dipelajari pertemuan sebelumnya dengan cara tanya jawab. Selanjutnya membagikan
lembar kerja individu untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman. Pembelajaran berbasis masalah menyebut kegiatan ini dengan menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Bacaan yang digunakan berbeda dengan tugas kelompok namun masih dalam satu tema yaitu ujian nasional “Rapor Merah
untuk Kemdikbud”. Kegiatan ini berlangsung selama 30 menit. Setelah selesai mengerjakan tugas individu, guru memberikan masukan dan berdialog tentang
permasalahan yang dihadapi siswa ketika mengerjakan tugas individu membedakan fakta dan opini dari tajuk rencana dan tes membaca pemahaman. Pengajar juga
memberikan motivasi kepada siswa yang belum antusias dan memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah bekerja sama dan antusias.
Pengambilan nilai dilakukan dengan menghitung jumlah skor mentah siswa kelas XI IPS-3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terlebih dahulu. Skor mentah tersebut
kemudian diolah lebih lanjut menjadi nilai akhir. Nilai-nilai yang diperoleh siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 12.
Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa dinyatakan tuntas apabila mencapai nilai 80. Berikut ini disajikan tabel frekuensi nilai kondisi awal dan siklus I
kemampuan membaca pemahaman berdasarkan nilai akhir.
Tabel 4.1 Tabel Frekuensi Data Awal dan Siklus I
NO Nilai akhir
Kemampuan Membaca Pemahaman Frekuensi f
Persentase Data awal
Siklus I Data awal
Silus I 1
90-99 -
2 8
2 80-89
- 6
24 3 70-79
- 9
36 4 60-69
8 4
32 16
5 50-59 7
2 28
8 6 40-49
8 1
32 4
7 30-39 -
1 4
8 20-29 1
- 4
9 0 1
4 Jumlah siswa
25 25
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa sebelum tindakan dilaksanakan jumlah siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah 25
siswa. Dengan kata lain tidak ada siswa yang tuntas pada penelitian awal. Siswa yang tuntas KKM pada siklus I ada 8 siswa sedangkan sisa siswa dari keseluruhan siswa
yang berjumlah 25 masih belum tuntas. Dengan kata lain, masih ada 17 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran membaca pemahaman. Setelah diketahui frekuensi
nilai siswa kelas XI IPS-3 dalam kemampuan membaca pemahaman, peneliti melakukan penghitungan persentase ketuntasan belajar. Dengan demikian, dapat
diketahui jumlah frekuensi siswa yang tuntas KKM mengalami peningkatan.
Adapun persentase ketuntasan kemampuan membaca pemahaman pada siklus I disajikan dalam diagram berikut ini.
s t
m
p h
p p
Perse
Dari dia siswa yang t
tuntas denga menunjukka
Berdasa pemahaman
hasil tes ke pemahaman
pembelajara
entase Ketu
agram di ata tuntas adalah
an nilai diba an adanya pe
arkan data siswa dari
emampuan m . Hasil tes
an berbasis m
68
ntasan Kem
as dapat dije h 8 siswa de
awah 80, de eningkatan d
di atas da kondisi awa
membaca pe tertulis kem
masalah pada
Diagram 4 mampuan M
elaskan bahw engan persen
ngan jumlah dari konsi aw
apat dilihat al hingga si
emahaman mampuan m
a siklus I dap
32
.1 Membaca Pe
wa pada siklu ntase 32, 1
h persentase wal sebesar 3
peningkata iklus I. Data
yang menil membaca pe
pat dilihat pa
2
emahaman S
us I dari 25 17 siswa diny
e 68. Perse 2.
an kemampu a tersebut di
ai enam asp emahaman d
ada grafik be
Tuntas Tidak
Tun
Siklus I
siswa, juml yatakan belu
entase terseb
uan memba idapatkan d
pek memba dengan mod
erikut.
ntas
lah um
but
aca ari
aca del
o m
d b
j b
d p
j Data te
orang siswa mendapatkan
dalam kateg baik tidak a
jawaban dar baik untuk a
Arti kata di atas tema
penulis dan
Berdasa jawaban sisw
jum lah siswa
Data
rsebut menu a yang men
n skor dalam gori cukup
da dan dalam ri salah satu
aspek memah a Pro-Kontra
asuk kalimat ada kata “ju
arkan hasil wa tersebut,
5 10
15
3 8
10
1
Nilai Hasil
unjukkan ba ndapatkan
m kategori b baik sebany
m kategori s siswa yang m
hami arti kat a pada kalim
opini karen ustru”.
oleh analisis da
diperoleh h
7 15
9 6
5 2
4 1
Grafik 4 l Tes Tertul
ahwa untuk skor dalam
baik sebanya yak 10 orang
sangat kuran mendapat sk
ta. mat di atas a
a kalimat di h: Benny An
ta yang dil hasil sebagai
9 9
8 2
4 5
1 1
4.1 is Siswa Pad
aspek mema kategori s
ak 8 orang. S g, sedangka
ng baik seba kor 5, yaitu s
dalah setuju i atas menunj
ndriyantoNo lakukan pen
i berikut. Un
9 4
5 9
7 4
2 5
2
da Siklus I
ahami arti k sangat baik
Siswa yang m an dalam kat
anyak 1 oran skor dalam k
u dan tidak s njukkan opin
o.05memaha
neliti terhad ntuk aspek m
5 Sanga
Baik Cuku
Kuran Sanga
kata terdapat . Siswa ya
mendapat sk tegori kura
ng. Berikut i kategori sang
setuju. Kalim ni dari seora
ami arti kata dap salah sa
memahami a
at Baik
p Baik
ng Baik
at Kurang Baik
t 3 ang
kor ang
ini gat
mat ang
a atu
arti
kata, tanggapan siswa tersebut mendapatkan skor 5. Skor tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik adalah
siswa yang mampu mengartikan arti kata dengan benar, mengidentifikasi fakta atau opini dengan benar berserta alasan yang tepat dan contoh. Siswa tersebut mampu
menjawab pertanyaaan dengan benar sesuai kriteria penilaian di atas. Berikut ini siswa yang mendapatkan skor terendah yaitu 1 dalam kategori
memahami arti kata. “arti kata Pro-kontra tidak jawab. Kalimat di atas termasuk kalimat opini karena pendapat penulis
” oleh: Whihelmina Chandra No.29memahami arti kata. Berdasarkan jawaban siswa tersebut hasil analisis data
untuk aspek memahami arti kata, siswa tersebut mendapat kategori sangat kurang baik karena siswa tidak mampu memahami arti kata Pro-Kontra tetapi siswa mampu
mengidentifikasi kalimat fakta dan opini dengan benar. Untuk aspek menangkap makna tersurat, siswa yang mendapat skor dalam
kategori sangat baik sebanyak 7 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori baik sebanyak 9 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup baik
sebanyak 6 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik sebanyak 2 orang dan siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik sebanyak 1
orang. Berikut ini salah satu jawaban siswa yang mendapat skor tertinggi 5, yaitu skor dalam kategori sangat baik untuk aspek menangkap makna tersurat.
Kalimat fakta paragraf 1: Penundaan ini tentu saja berbeda dengan tahun 1978. Pada tahun tersebut ada penundaan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Ebtanas satu
semester. Sehingga akhir tahun ajaran yang semula lazim desember, berubah menjadi Juli hingga saat ini.
Kalimat fakta paragraf 3: pemerintah tak mampu mengurus pengandaan soal, sehingga UN di 11 provinsi tertunda.
Ide pokok paragraf 1: penundaan Ujian Nasional karena keterlambatan pengiriman soal.
Ide pokok paragraf 3: penyelenggaraan UN yang menjadi agenda rutin pendidikan, seharusnya memiliki sistem baku yang harus di evaluasi.
oleh: Chrisya Deviga Ariesta DebyNo. 07 menangkap makna tersurat.
Berdasarkan hasil analisis untuk aspek menangkap makna tersurat, jawaban
tersebut mendapat skor 5 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Jawaban tersebut mendapat skor tertinggi karena siswa mampu menemukan kalimat fakta dari
kedua paragraf dengan benar dan menemukan ide pokok kedua paragraf dengan tepat. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa yang tidak mendapat skor tertinggi karena
siswa tidak bisa menemukan kalimat fakta dari salah satu paragraf atau keduanya dan tidak menangkap ide pokok yang ada di dalam paragraf 1 atau paragraf 2.
Untuk aspek menangkap makna tersirat, terdapat 15 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam katergori baik
tidak ada. Siswa yang mendapat skor dalam katergori cukup baik sebanyak 5 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik sebanyak 4 orang dan siswa
yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik sebanyak 1 orang. Berikut adalah jawaban dari salah satu siswa yang mendapatkan skor 5, yaitu skor dalam
kategori sangat baik untuk aspek menangkap makna tersirat. Maksud dari pernyataan “semoga mendikbud tidak tutup telinga, mata dan hati.
Bahwa permasalahan ini adalah buruknya manajerial” adalah pemerintah harus mengambil tindakan yang benar dan mendikbud tidak menutup dirinya dan tidak lari
dari masalah. Kalimat di atas termasuk kalimat opini. oleh: Benny
AndriyantoNo.05 menangkap makna tersirat
Berdasarkan hasil analisis untuk aspek menangkap makna tersirat, jawaban tersebut mendapat skor 5. Skor tersebut termasuk dalam kategori sangat baik, karena
mampu menjelaskan makna tersirat dengan tepat dan sesuai dengan maksud penulis, serta identifikasi kalimat fakta atau opini benar.
Untuk siswa yang mendapat skor terendah 1 dengan kategori sangat kurang baik, makna tersirat tidak benar dan identifikasi fakta dan opini salah.
Agar pemerintah tau dan sadar kinerjanya yang tidak baik untuk anak bangsa. Termasuk kalimat fakta.
oleh: Stefanus Rinaldi GNo. 27menangkap makna tersirat.
Untuk aspek memprediksi permasalahan, terdapat 9 orang siswa yang
mendapatkan skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori baik sebanyak 8 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup
baik sebanyak 2 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik 5 orang dan siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik sebanyak 1
orang. Berikut adalah jawaban dari salah satu siswa yang mendapat skor 5. Permasalahan dalam teks tajuk rencana:
9 Penundaan UN yang dinilai sebagai buruknya manajerial dari pihak
Mendikbud F 9
Penyelenggaraan UN yang menjadi agenda rutin pendidikan, seharusnya memiliki sistem baku yang selalu dievaluasi. O
9 Permasalahan human eror yang menyebabkan masalah manajerial yang
harus dipertanggungjawabkan. F 9
Penyelenggaraan UN yang menelan biaya 500M, hanya sia-sia malah menjadikan lebih buruk. F
9 UN di 11 provinsi ditunda, karena kurang siapnya manajerial pemerintah. F
9 Kemdikbud menunjukkan sikap ketidaksiapan, ketidaksungguhan dan
keabaian secara majerial. O 9
Sikap Mendikbud, Mohamad Nuh yang yakin penundaan UN tidak menyebabkan masalah di 11 provinsi dengan 1,1 juta siswa. F
oleh. Albert Charli Evan ArdyputoNo.02memprediksi permasalahan.
Berdasarkan analisis dari aspek memprediksi permasalahan, jawaban siswa tersebut mendapat skor 5 karena siswa mampu memaparkan seluruh permasalahan
pokok dan fakta atau opini semua benar. Sedangkan untuk siswa yang tidak mendapatkan skor tertinggi kelemahannya ada pada siswa belum memaparkan
seluruh permasalahan yang ada atau tidak memaparkan permasalahan yang pokok dan identifikasi fakta opini masih ada yang salah.
Untuk aspek menyimpulkan isi, terdapat 9 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori baik sebanyak
5 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup baik sebanyak 7 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik sebanyak 2 orang dan siswa
yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik sebanyak 2 orang. Berikut ini jawaban siswa yang mendapat skor 5 dengan kategori sangat baik.
Manajerial yang kurang disiplin dan bermalas-malasan menjadikan UN ditunda. Dan itu menyebabkan beberapa provinsi di Indonesia harus menunda dan menunggu
soal-soal dikirimkan. Dari editorial di atas ingin mengatakan bahwa pemerintah di Indonesia kurang memperhatikan masa depan anak bangsa.
oleh: Albert Charli Evan ArdyputaNo. 02 menyimpulkan isi.
Berdasarkan analisis dari aspek menyimpulkan isi, jawaban tersebut
mendapatkan skor 5 karena siswa mampu menyimpulkan isi teks dengan pikiran sendiri dan runtut, isi kesimpulan sesuai dengan permasalahan. Kesimpulan yang
dibuat sesuai dengan topik yang sedang dibahas dan siswa memahami inti permasalahan yang dibahas dalam tajuk rencana tersebut. Sedangkan untuk siswa
yang tidak mendapatkan skor tertinggi karena kesimpulan yang dibuat kurang mengenai inti permasalahan atau menyimpang dari topik yang dibicarakan.
Untuk aspek mengevaluasi maksud penulis, terdapat 4 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori
baik sebanyak 9 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup baik sebanyak 4 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik sebanyak 5
orang dan tidak ada siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik. Berikut ini jawaban siswa yang mendapat skor 5 dalam kategori sangat baik pada
aspek mengevaluasi maksud penulis. Penulis ingin agar pemerintah sadar dan tidak hanya diam saja dengan masalah
yang sedang terjadi. Sehingga tahun-tahun mendatang UN dapat berjalan lebih baik. oleh: Aldo Hans ChristianNo. 03 mengevaluasi maksud penulis
Berdasarkan analisis dari aspek mengevaluasi maksud penulis, jawaban tersebut mendapatkan skor 5 dengan kategori sangat baik karena mampu mengemukakan
komentarnya dengan alasan yang logis, sesuai dengan maksud penulis dengan disertai alasan. Untuk jawaban lain yang mendapat skor 4, jawaban siswa kurang diberi
alasan dengan kata-kata sendiri contohnya pada jawaban berikut ini “penulis berharap semoga mendikbud tidak tutup telinga, mata dan hati bahwa permasalahan
utama penundaan ini adalah buruknya manajerial.” oleh: Fransiska Yeni
PraningtyasNo.13 mengevaluasi maksud penulis. Sedangkan jawaban lain yang mendapat skor cukup baik dan kurang baik jawaban siswa sudah mengemukakan
maksud penulis tetapi kurang sesuai dan tidak disertai alasan.
3. Observasi
Tahap observasi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan saat kegiatan apersepsi berlangsung yaitu pada
saat siswa diberikan topik mengenai ujian nasional dan memberikan komentarnya sampai siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok. Observasi dilakukan oleh
peneliti, tim peneliti, dan guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS-3. Obeservasi yang dilakukan merupakan bentuk pengamatan langsung
untuk mengetahui proses berlangsungnya pembelajaran. Untuk mengamati kemampuan membaca pemahaman siswa, guru melihat hasil nilai yang diperoleh
siswa setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lebar penilaian.
Pembelajaran dimulai dengan salam pembuka, doa, memeriksa kesiapan siswa dan absensi. Tujuan pembelajaran disampaikan oleh guru dan materi pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan yang dekat dengan siswa yang sedang terjadi. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diperoleh beberapa fakta yang menunjukkan
bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah disusun. Siswa cukup terkendali dengan baik, pada saat apersepsi terlihat antusias
mereka dalam berkomentar dan memberikan masukan. Pada saat bekerja dalam kelompok siswa juga terlihat cukup antusias dengan topik yang diberikan. Ada siswa
yang langsung berdiskusi dengan teman satu kelompok membahas tajuk rencana tersebut, ada pula siswa yang aktif bertanya pada guru atau tim kolaboratif ketika ada
hal yang tidak dipahami mereka, tetapi ada pula yang protes karena bacaan tajuk rencana yang terlalu panjang dan sulit mereka pahami.
Selain itu, pada tahap observasi ini ditemukan fakta baru berupa kemampuan guru memberikan topik permasalahan sebagai jembatan bagi siswa untuk mau
berdiskusi dan berpikir dalam memecahkan tugas kelompok secara bersama-sama, telihat kegiatan saling bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
Namun, ada pula kelompok yang kurang begitu antusias sehingga yang bekerja dalam kelompok tidak semuanya. Hal ini membuktikan model pembelajaran berbasis
masalah menjadikan siswa semakin aktif dalam berpikir dan bekerja sama dengan orang lain. Guru menjadi media bagi siswa untuk bertanya dan memberikan
bimbingan serta arahan kepada siswa.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi selesai dilakukan. Tahap refleksi oleh peneliti dimanfaatkan untuk berdiskusi dengan guru bidang studi
dan tim kolaborator. Untuk kepentingan refleksi ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan yang meliputi; 1 mengolah nilai siswa dan 2 berdiskusi dengan guru dan
para observer. Berdasarkan hasil diskusi antara guru dan para observer, diketahui bahwa
penggunaan model pembelajara berbasis masalah meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Siswa lebih berantusias berinteraksi dan berdiskusi di
dalam kelompok. Siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kualitas pembelajaran bahasa Indonesia juga jauh lebih baik dari pada kondisi awal. Terlihat
dari antusiasme siswa untuk berperan aktif berdinamika di dalam kelas walaupun masih ada siswa belum berani untuk bertanya dan memberikan masukan di dalam
kelompok serta menanggapi kelompok lain.
Hasil dari kegiatan reflesi ini memperlihatkan beberapa kelemahan yang masih tampak dalam pelaksanaan siklus I. Beberapa kelemahan itu dapat dijelaskan sebagai
berikut. a.
Waktu kurang efektif Waktu yang diberikan untuk berdiskusi terlalu lama sehingga banyak siswa yang
menggunakan waktunya untuk membicarakan hal diluar materi. Sehingga kurangnya waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi. Dengan demikian diperlukan
pengaturan waktu yang lebih baik lagi sehingga lebih efisien dan juga akan efektif di dalam penyampaiannya.
b. Teks bacaan yang terlalu panjang
Teks bacaan tajuk rencana yang diberikan kepada murid terlalu panjang. Teks bacaan kerja kelompok cukup panjang sehingga untuk membacaanya saja sudah
malas ditambah dengan soal terlalu banyak. Begitu juga dengan teks bacaan untuk tes individu. Banyak siswa yang malas membaca teks sehingga masih kurang tepat dalam
menjawab beberapa pertanyaan, seperti memahami isi bacaan dan permasalah di dalam teks tajuk rencana. Oleh karena itu, untuk siklus berikutnya bacaan yang
diberikan akan lebih pendek, sehingga siswa mudah dalam membaca dan memahami teks bacaan lebih baik.
c. Kurangnya pemberian motivasi
Pemberian semangat kepada siswa masih kurang sehingga siswa kurang terpacu untuk berani mengungkapkan pendapat di depan teman-teman yang lain walaupun
sebenarnya mereka punya ide. Belum semua siswa mau bekerja sama di dalam
kelompok padahal banyak dari mereka yang mampu berpendapat atau memiliki gagasan-gagasan. Masih banyak dari mereka yang belum memahami materi namun
malu untuk bertanya.
4.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan dan Ketidaktuntasan
Siswa di Siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan nilai yang diperoleh dari tes membaca pemahaman diketahui ada beberapa factor yang memengaruhi ketuntasan dan
ketidaktuntasan dalam membaca pemahaman. Pertama adalah faktor penggunaan waktu yang kurang efektif. Waktu yang diberikan guru untuk bekerja di dalam
kelompok terlalu lama sehingga banyak waktu yang terbuang karena dipergunakan siswa untuk mengerjakan hal diluar diskusi bacaan. Siswa belum dapat
mempergunakan waktu dengan baik. Karena waktu yang diberikan guru 30 menit, banyak kelompok yang mengerjakannya tidak serius sehingga tugas kelompok tidak
selesai.
Faktor kedua, bacaan dan LKS terlalu banyak. Pada tindakan siklus I ini peneliti memberikan 2 bacaan tajuk rencana. Bacaan yang diberikan terlalu panjang sehingga
siswa cenderung malas untuk membaca dan memahami bacaan tersebut. Siswa banyak mengeluh pada saat membaca dan mengerjakan LKS kelompok sehingga
pembelajaran cenderung lama dan waktu pelaksanaan tindakan kurang efektif.
Faktor pengunaan waktu yang baik dan panjang bacaan yang akan digunakan merupakan faktor yang sangat memengaruhi ketuntasan dan ketidaktuntasan pada
siklus I. Bacaan yang terlalu panjang membuat siswa malas membaca dan
menyulitkan siswa untuk memahami bacaan tajuk rencana, menyebabkan siswa tidak
maksimal dalam mengerjakan tes membaca pemahaman. 4.2.3
Analisis Siklus II
Siklus kedua dilaksanakan dalam empat tahap, yakni 1 tahap perencanaan, 2 tahap pelaksanaan tindakan, 3 observasi, dan 4 refleksi. Setiap tahapan akan
diuraikan secara terperinci. Siklus kedua, dilaksanakan dalam dua jam pelajaran.
1. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Dalam perencanaan siklus II ini peneliti memperbaiki pemilihan teks bacaan dan waktu
pembelajaran lebih efisien. Bacaan yang dipilih lebih pendek dan pembelajaran dilakukan selama 2 jam pelajaran. Peneliti juga mengurangi soal dalam lembar kerja
kelompok sehingga materi yang belum dipahami dapat didiskusikan dengan baik. Peneliti menyiapkan RPP hampir sama dengan silkus I, yang membedakan hanya
waktu pembelajaran dan topik yang akan dijadikan masalah. Topik yang akan dibahas pada siklus dua adalah “Hari Bumi”, peneliti memilih topik tersebut karena masih
menjadi topik yang hangat untuk dijadikan bahan diskusi dan dapat menjadi pengetahuan baru bagi siswa, tentang bagaimana menjaga dan merawat bumi dengan
baik.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II didasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dilakukan pada tanggal
2 Mei 2013 pada jam ke-5 dan ke-6.
Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun terdapat tiga kegiatan. Pertama, kegiatan awal. Sebagai apersepsi awal, guru mengulang kembali
materi sebelumnya secara singkat dengan melakukan tanya jawab. Kemudian guru menjelaskan kekurangan pembelajaran sebelumnya. Guru menanyakan perayaan hari
bumi dan siswa kembali memberikan masukan dan komentarnya menggenai hari bumi.
Kedua, kegiatan inti. Kegiatan selanjutnya, siswa kembali membuat kelompok dengan cara berhitung. Setelah berada di dalam kelompok masing-masing siswa
diberikan motivasi untuk selalu bertanya dan membantu teman yang lain jika mengalami kesulitan. Guru memberikan lembar kerja kelompok dengan teks bacaan
berjudul “Bumi yang Menopang Kehidupan” Kompas. Senin 22 April 2013. Selanjutnya siswa di dalam kelompok mencari solusi dan mendiskusikannya. Guru
membimbing setiap kelompok dan menjawab pertanyaan siswa dengan membimbing siswa untuk berpikir kritis. Siswa bekerja di dalam kelompok selama 20 menit.
Setelah itu langsung dibahas bersama-sama dan kelas kembali berdiskusi untuk mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang mereka temukan. Bersama
dengan diskusi kelas itu guru membimbing dengan menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Setelah siswa menyakini memahami materi yang diberikan, siswa
kembali ke tempat duduk masing-masing. Ketiga, kegiatan penutup. Setelah siswa selesai berdikusi, siswa kembali
diberikan lembar kerja individu dengan teks bacaan berjudul “Menjaga Bumi” Republika. Senin 22 April 2013. Tes dilakukan selama 30 menit. Setelah
mengerjakan lembar kerja individu, guru memberikan penjelasan mengenai manfaat pembelajaran yang telah berlangsung dan memberikan motivasi kepada siswa.
Setelah itu guru menutup pelajaran. Kemampuan membaca pemahaman siswa pada siklus II mengalami peningkatan
pada nilai rata-rata kelas sebesar 84,8. Berdasarkan frekuensi nilai yang dicapai siswa pada siklus II menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas
XI IPS-3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Peningkatan itu terjadi pada skor tertinggi pada siklus II adalah 95 dengan nilai terendah 58, sedangkan pada siklus I nilai
tertinggi yang dicapai siswa adalah 91 dengan nilai terendah 30.
Tabel 4.2 Frekuensi Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siklus I dan Siklus II
NO Nilai akhir
Kemampuan Membaca Pemahaman Frekuensi f
Persentase Siklus I
Siklus II Siklus I
Silus II 1
90-99 2
6 8
24 2
80-89 6
15 24
60 3 70-79
9 3
36 12
4 60-69 4
- 16
5 50-59 2
1 8
4 6 40-49
1 -
4 7 30-39
1 -
4 8 20-29
- -
Jumlah siswa 25
25
Dari data dalam tabel di atas, 21 siswa memeroleh nilai ≥ 80 atau tuntas dari
KKM yang sudah ditentukan pada siklus II. 4 siswa yang lain masih mendapat nilai kurang dari 80. Dari tabel juga terlihat ada peningkatan jumlah frekuensi siswa yang
lulus KKM. Pada siklus I siswa lulus KKM berjumlah 8 dan meningkat menjadi 21 pada siklus II, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan dari
m
P
p k
s
d p
17 menjadi 4 membaca pe
Pe
Diagram Pada siklus
16 atau 4 persentase n
kelas XI IPS siswa yang t
Peningk dengan men
pemahaman 4 siswa. Unt
emahaman d
ersentase Ke
m di atas me II, 21 siswa
4 siswa yan nilai yang di
S-3 SMA Pan tuntas dalam
katan juga nggunakan p
pada siklus tuk lebih jela
dalam diagram
etuntasan K
enunjukkan a memeroleh
ng belum m icapai, menu
ngudi Luhur m pembelajar
terjadi pad pembelajara
II dapat dili
16
asnya disajik m berikut in
Diagram Kemampuan
kemampuan h nilai di ata
mencapai ke unjukkan ad
r Yogyakarta ran membaca
da hasil tes n berbasis
ihat pada gra kan persenta
ni
m 4.2 n Membaca
n membaca p as KKM atau
tuntasan. B danya pening
a. Peningkat a pemahama
kemampua masalah. H
afik berikut.
84
ase ketuntasa
a Pemahama
pemahaman u 84. Nam
erdasarkan gkatan hasil
tan itu terliha an siklus I da
an membaca asil tes tert
Tu Tid
an kemampu
an Siklus II
dari siklus mun, masih a
frekuensi d l belajar sisw
at pada juml an siklus II.
a pemaham tulis memba
ntas dak
Tuntas
uan
I
II. ada
dan wa
lah
man aca
o m
d d
d y
P d
o o
Data ter orang siswa
mendapatkan dalam kateg
dan sangat k dilihat dari
yang sangat Peningkatan
dalam kateg orang pada
orang berku
jum lah siswa
Data
rsebut menu a yang men
n skor dalam gori cukup b
kurang baik t aspek mem
t signifikan, n kemampua
gori sangat b siklus II. K
urang menjad
5 10
15 20
19
1 5
00
Nilai Hasil
unjukkan bah ndapatkan
m kategori b baik sebanya
tidak ada. Be mahami arti k
dibandingk an siswa dap
baik pada sa Kategori baik
di 1 orang pa
9 12
6 12
6 1
4
Grafik 4 Tes Tertuli
hwa untuk a skor dalam
baik sebanya ak 5 orang se
erdasarkan d kata, kemam
kan dengan pat dilihat da
aat siklus I k yang diper
ada siklus II
12 8
7 6
4.2 is Siswa Pad
aspek mema kategori s
ak 1 orang. S edangkan da
data tersebut mpuan siswa
hasil tes ter ari jumlah s
hanya 3 or roleh siswa
I. Pada kateg
8 11
11 13
5 1
1
da Siklus II
ahami arti ka sangat baik
Siswa yang m alam kategor
t dapat disim a mengalam
rtulis siswa siswa yang m
ang bertamb pada siklus
gori cukup b
1 Sanga
Baik Cuku
Kuran Sanga
ata terdapat . Siswa ya
mendapat sk ri kurang ba
mpulkan bahw mi peningkat
pada siklus mendapat sk
bah menjadi s I sebanyak
baik berkura
at Baik
p Baik
ng Baik
at Kurang Baik
19 ang
kor aik
wa tan
I. kor
i 9 k 8
ang
dari 10 orang pada siklus I menjadi 5 orang pada siklus II. Pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik pada siklus II menjadi tidak ada. Berikut ini jawaban salah
satu siswa yang mendapat skor 5, yaitu skor dalam kategori sangat baik untuk aspek memahami arti kata.
Arti kata Polusi pada kalimat di atas adalah pencemaran. Kalimat di atas temasuk kalimat fakta karena telah terjadi dan ada buktinya.
oleh: Gracia SetyawatiNo.18memahami arti kata
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti terhadap salah satu jawaban siswa diperoleh hasil sebagai berikut. Untuk aspek memahami arti kata,
tanggapan siswa tersebut mendapatkan skor 5. Skor tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik adalah siswa yang
mampu mengartikan arti kata dengan benar, mengidentifikasi fakta atau opini dengan benar berserta contoh dan alasan yang tepat. Siswa tersebut mampu menjawab
pertanyaaan dengan benar sesuai dengan kriteria penilaian di atas. Berikut ini siswa yang mendapatkan skor 3 dalam kategori memahami arti kata.
“arti kata Polusi adalah libah asap kendaraan bermotor dan industri. Kalimat di atas termasuk kalimat fakta
” oleh: Gabriel Dicky No.29memahami arti kata. Berdasarkan jawaban siswa hasil analisis data untuk aspek memahami arti kata, siswa
tersebut mendapat kategori cukup baik karena siswa mampu menjelaskan arti kata tetapi tidak memberikan alasan pada identifikasi fakta atau opini. Arti kata yang
dijelaskan benar tetapi tidak sesuai dengan kamus. Untuk aspek menangkap makna tersurat, siswa yang mendapat skor dalam
kategori sangat baik sebanyak 9 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori
baik sebanyak 6 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup baik sebanyak 6 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik sebanyak 4
orang dan siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik tidak ada. Peningkatan pada aspek menangkap makna tersurat cukup signifikan. Pada siklus I
siswa yang mendapat kategori sangat baik sebanyak 7 orang dan bertambah pada siklus II menjadi 9 orang. Kategori skor baik yang diperoleh siswa pada siklus I
sebanyak 9 orang berkurang menjadi 6 orang pada siklus II. Pada kategori cukup baik tidak mengalami kenaikan atau penurunan. Pada kategori kurang baik bertambah dari
2 orang siswa pada siklus I menjadi 4 orang siswa pada siklus II. Dan pada kategori sangat kurang baik menurun dari 1 orang pada siklus I menjadi tidak ada lagi yang
mendapatkan kategori sangat kurang baik. Berikut ini salah satu jawaban siswa yang mendapat skor tertinggi 5, yaitu skor dalam kategori sangat baik untuk aspek
menangkap makna tersurat. Kalimat fakta paragraf 1: hari ini 22 April, tak terasa kita kembali memperingati
hari bumi. Gerakan pertama kali menyadarkan masyarakat agar meperlakukan bumi dengan lebih arif lewat aksi turun ke jalan pad 22 April 1970 di Amerika Srikat.
Ide pokok paragraf 1: 22 April memperingati Hari Bumi.
Berdasarkan hasil analisis untuk aspek menangkap makna tersurat, jawaban tersebut mendapat skor 5 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Jawaban
tersebut mendapat skor tertinggi karena siswa mampu menemukan dua kalimat fakta dengan benar dan menentukan ide pokok dengan tepat. Kesalahan yang dilakukan
oleh siswa yang tidak mendapat skor tertinggi karena siswa tidak bisa menemukan kalimat fakta dengan benar dan ide pokok tidak tepat.
Untuk aspek menangkap makna tersirat, terdapat 12 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam katergori baik
sebanyak 12 orang. Siswa yang mendapat skor dalam katergori cukup baik sebanyak 1 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik dan sangat kurang
baik tidak ada. Peningkatan hasil tes siswa pada aspek menangkap makna tersirat sangat signifikan dibandingkan dengan hasil tes tertulis siswa pada siklus I.
Peningkatan siswa bisa dilihat dari jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik mengalami penurunan dari 15 siswa pada siklus I menjadi 12 pada siklus
II. Sedangkan untuk kategori baik menggalami peningkatan jumlah siswa dari yang tidak ada pada siklus I menjadi 12 pada siklus II. Untuk kategori cukup baik
mengalami penurunan jumlah siswa dari 5 orang menjadi 1 orang pada siklus II. Dan kategori sangat kurang baik mengalami penurunan jumlah siswa dari 1 orang menjadi
tidak ada lagi. Berikut adalah jawaban dari salah satu siswa yang mendapatkan skor 5, yaitu skor dalam kategori sangat baik untuk asepk menangkap makna tersirat.
Maksud dari pernyataan “kita juga dapat melalukan langkah kecil yang bermanfaat besar ini dengan mengurangi penggunaan plastik agar tidak merusak struktur tanah
dan mencemarinya” adalah tindakan kecil atau perubahan kecil untuk menggurangi penggunaan plastik dan mencari solusi lain. Kalimat di atas termasuk kalimat opini.
oleh: Panji AnantaNo.20 menangkap makna tersirat. Berdasarkan hasil analisis untuk aspek menangkap makna tersirat, jawaban siswa
mendapat skor 5. Skor tersebut termasuk dalam kategori sangat baik, karena siswa mampu menjelaskan makna tersirat dengan tepat dan sesuai dengan maksud penulis
serta identifikasi kalimat fakta atau opini benar.
Untuk aspek memprediksi permasalahan, terdapat 12 orang siswa yang mendapatkan skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam
kategori baik sebanyak 7 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup baik sebanyak 6 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik dan
sangat kurang baik tidak ada. Peningkatan kemampuan membaca peamahaman siswa pada aspek memprediksi permasalahan mengalami peningkatan yang signifikan. Pada
siklus I terdapat 9 orang yang termasuk dalam kategori sangat baik kemudian meningkat menjadi 12 orang pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapatkan skor
dalam kategori baik berkurang dari 8 orang pada siklus I menjadi 7 orang pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat kategori cukup baik bertambah dari 2 orang pada
siklus I menjadi 6 orang pada siklus II. Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sebagian besar siswa sudah memahami permasalahan pada tajuk
rencana. Berikut ini jawaban dari siswa yang mendapatkan skor 5 dengan kategori sangat baik.
Permasalahan: 9
Kita seharusnya memanfaatkan bumi secara bijaksana tidak merusak karena nafsu eksploitasi
9 Kesadaran menjaga bumi tidak dibarengi oleh pihak yang memanfaatkan untuk
ekonomi 9
Hutan dari tahun ke tahun semakin sempit, sungai yang semakin keruh, udara yang kotor akibat polusi dari asap industri.
oleh: WhihelminaNo.29prediksi Berdasarkan analisis aspek memprediksi permasalahan, jawaban siswa tersebut
mendapat skor 5 karena siswa mampu memaparkan seluruh permasalahan pokok yang ada di dalam tajuk rencana. Sedangkan untuk siswa yang tidak mendapatkan
skor tertinggi kelemahannya adalah siswa belum memaparkan seluruh permasalahan pokok yang ada dan permasalahan yang dipaparkan bukan permasalahan pokok.
Untuk aspek menyimpulkan isi, terdapat 8 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori baik sebanyak
11 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup baik sebanyak 6 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik sebanyak 0 orang dan siswa
yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik 1. Peningkatan kemampuan membaca peamahaman siswa pada aspek menyimpulkan isi mengalami peningkatan
yang signifikan. Pada siklus I terdapat 9 orang yang termasuk dalam kategori sangat baik kemudian menurun menjadi 8 orang pada siklus II. Jumlah siswa yang
mendapatkan skor dalam kategori baik meningkat dari 5 orang pada siklus I menjadi 11 orang pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat kategori cukup baik berkurang
dari 7 orang pada siklus I menjadi 6 orang pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat kategori kurang baik menurun dari 2 orang pada siklus I menjadi tidak ada
pada siklus II. Dan jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik menurun dari 2 orang pada siklus I menjadi 1 orang pada siklus II.
Untuk aspek mengevaluasi maksud penulis, terdapat 11 orang siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat skor dalam kategori
baik sebanyak 13 orang. Siswa yang mendapat skor dalam kategori cukup baik tidak ada. Siswa yang mendapat skor dalam kategori kurang baik sebanyak 1 orang dan
tidak ada siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik. Peningkatan kemampuan membaca peamahaman siswa pada aspek mengevaluasi maksud penulis
mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I terdapat 4 orang yang termasuk dalam kategori sangat baik kemudian meningkat menjadi 11 orang pada
siklus II. Jumlah siswa yang mendapatkan skor dalam kategori baik bertambah dari 9 orang pada siklus I menjadi 13 orang pada siklus II. Jumlah siswa yang mendapat
kategori cukup baik berkurang dari 4 orang pada siklus I menjadi tidak ada lagi pada siklus II. Dan jumlah siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat kurang baik
berkurang dari 5 orang menjadi 1.
3. Observasi
Siklus II ini mengalami peningkatan, khususnya dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas dan pemahaman membaca siswa. Pada siklus II terlihat dalam
bekerja di dalam kelompok dan berdiskusi di kelas, siswa mau dan mampu berpendapat dan bertanya. Model pembelajaran yang digunakan semakin tampak dan
jelas dalam tugas kelompok. Bimbingan guru dan bantuan siswa yang mampu menjelaskan materi kepada siswa yang belum paham dilakukan secara menyeluruh.
Guru pun memantau hasil belajar siswa dan menilai hasil kerja siswa baik secara individu maupun kelompok. Pengamat atau observer mengamati jalannya proses
pembelajaran saat pembelajarn berlangsung. Observer menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan Lampiran 18.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi selesai dilakukan. Tahap refleksi oleh peneliti dimanfaatkan untuk berdiskusi dengan guru bidang studi
dan tim kolaborator. Untuk kepentingan refleksi ini peneliti melakukan serangkaian
kegiatan yaitu: 1 mengolah nilai siswa dan 2 berdiskusi dengan guru dan para observer. Dari penelitian di siklus II ini diperoleh data bahwa metode yang digunakan
semakin baik dan jelas. Hal ini terlihat dari apa yang ingin disampaikan peneliti sudah tersampaikan dengan baik melalui masalah yang diberikan kepada siswa dan
diskusi kelompok. Proses penuangan metode pun sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Yang perlu diperhatikan dalam siklus ini adalah waktu dalam mengerjakan
lembar kerja siswa hanya 20 menit. Namun, menjadi 25 menit sehingga ada beberapa kelompok yang belum selesai mengerjakan tetapi presentasi kelompok tetap
dilanjutkan. Proses pembelajaran siklus II jauh lebih baik. Siswa dan guru sudah bekerja sama dengan baik. Peningkatan pada siklus II sudah sesuai dengan indikator
keberhasilan sehingga penelitian dicukupkan pada siklus II.
4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan dan Ketidaktuntasan
Siswa di Siklus II
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus II, dapat dikatakan bahwa siklus II mengalami keberhasilan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah nilai
yang tuntas dalam pembelajaran. Dari hasil yang ditunjukkan pada siklus II, siswa tidak mengalami kesulitan pada saat membaca tajuk rencana yang diberikan karena
tajuk rencana tersebut lebih pendek daripada tajuk rencana yang diberikan pada saat tindakan siklus I. Peneliti berasumsi bahwa pemilihan teks bacaan yang lebih pendek
dapat memengaruhi kemampuan siswa untuk memahami bacaan. Selain itu, dengan bacaan yang lebih pendek pada saat tugas kelompok membuat waktu lebih efektif.
4
d u
p I
p m
r d
4.3 Pembah
Hasil p dari rata-rata
umum, hasil
Nilai Rat Secara Um
Berdasa pemahaman
II. Hal ini da pemahaman
mendapat ni rata-rata ke
dilaksanakan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Frekuensi
hasan
penelitian pe a yang diper
l dari penelit
ta-rata Kem mum Melalui
arkan grafik siswa selal
apat dilihat d oleh siswa
ilai ≥80 atau
elas dari si n terjadi pen
Prasiklu 52,54
eningkatan k roleh siswa m
tian ini dapa
mampuan M i Pembelaja
k di atas, d u mengalam
dari data yan . Hasil pras
u dengan ka iswa yang
ningkatan pa
us S
71,0 100
kemampuan mulai dari pr
at dilihat pad
Grafik 4.3 Membaca Pe
aran Berbas dan Siklus
dapat disimp mi peningkat
ng telah dipe siklus menun
ata lain selur berjumlah
ada jumlah s
Siklus I
08
32 68
membaca rasiklus, sikl
da grafik 4.1
3 emahaman d
sis Masalah II
pulkan bahw tan dari pras
eroleh, yaitu njukkan bah
ruh siswa tid 25 adalah
siswa yang t
Siklus II
84,8 84
pemahaman lus I, dan Si
di bawah in
dan Ketunt h dari Prasik
wa kemampu siklus, siklu
u berupa nila hwa tidak ad
dak ada yan 52,54, set
tuntas adalah
16
n dapat dilih klus II. Seca
i.
asan Siswa klus, Siklus
uan memba s I, dan sikl
ai tes memba da siswa ya
g tuntas. Ni telah siklus
h 8 siswa at
Rata ‐rata
Tuntas Tidak
Tuntas
hat ara
I,
aca lus
aca ang
ilai I
tau
32, dan 68 17 siswa tidak tuntas. Nilai rata-rata siklus I mengalami peningkatan dari siswa yang berjumalah 25 adalah 71,08. Siklus II juga menunjukkan
peningkatan. Terdapat 21 siswa atau 84 siswa yang mencapai nilai KKM, dan 4 siswa atau 16 tidak tuntas. Nilai rata-rata siklus II dari 25 siswa semakin meningkat
menjadi 84,8. Setelah mengetahui peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan di atas, ada
beberapa perbedaan tindakan dan hasil tindakan pada siklus I dan siklus II yang mendukung bahwa penelitian tindakan ini cukup sampai pada siklus II. Perbedaan-
perbedaan itu dapat dilihat dari bacaan yang dipilih, waktu pembelajaran, metode pembelajaran dan keterlibatan siswa dan guru.
Perbedaan yang pertama adalah bacaan yang dipilih. Pada siklus I, bacaan yang dibahas bertema “kegagalan ujian nasional tahun 2013”. Bacaan yang diberikan untuk
tugas kelompok dan individu masih dalam tema yang sama hanya bacaan di ambil dari koran yang berbeda. Namun, siswa merasa kesulitan untuk memahami isi bacaan
tersebut karena bacaan terlalu panjang. Oleh karena itu banyak siswa yang kesulitan memahami bacaan dan membutuhkan waktu yang lama untuk membaca dan
memahami bacaan. Banyak siswa yang kurang maksimal dalam mengerjakan soal pada saat tugas kelompok dan individu. Terutama ketika siswa mencari
permasalahan, isi kesimpulan dan maksud penulis dalam bacaan. Pada siklus II, bacaan yang dibahas pada siklus II bertema “memperingati hari bumi”. Bacaan yang
diberikan untuk tugas kelompok dan individu masih dalam satu tema yang sama. Perbedaannya bacaan yang dipilih di ambil dari Koran yang bacaanya lebih pendek.
Pada prakteknya , pada saat siswa mengerjakan tugas kelompok mereka terlihat tidak malas untuk membaca dan cepat memahami bacaan. Selain itu, pada saat
mengerjakan tugas individu siswa cepat mengerjakannya dan jauh lebih memahami isi bacaan, permasalah, dan maksud penulis.
Perbedaan yang kedua adalah waktu pembelajaran. Pada siklus I, Waktu yang dipergunakan dalam siklus I 3 jam pelajaran 3x45’. Hal ini membuat pembelajaran
lebih santai dan banyak waktu yang dipergunakan siswa untuk membahas hal diluar pelajaran. Pada saat berdiskusi dan mengerjakan tugas individu kurang serius. Pada
siklus II, waktu yang dipergunakan menjadi dua jam pelajaran 2x45’. Hal ini menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif karena materi yang mereka pelajari
sudah cukup dipahami dan siswa lebih efisien dalam mempergunakan waktu. Perbedaan yang ketiga adalah metode pembelajaran. Pada siklus I, siswa cukup
antusias dengan tema permasalahan yang diberikan pada saat apersepsi. Namun, pada saat berdiskusi di dalam kelompok untuk membahas tugas kelompok siswa masih
pasif. Di sini siswa masih belum terlihat rasa ingin tahu, cara memecahkan masalah, dan mencari sumber materi untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Masih ada
siswa yang tidak terlibat dalam menyumbangkan ide, bertanya, dan mencari jawaban atas pertanyaan. Siswa yang pandai dalam kelompok tersebut mendominasi pekerjaan
yang diberikan. Pada saat hasil diskusi dipresentasikan, masih sedikit siswa yang bertanya. Siswa masih sulit untuk menunjukkan alasan dari jawaban yang siswa buat.
Pada siklus II, siswa lebih antusias. Tema permasalahan yang berbeda membuat siswa tidak bosan. Apersepsi berjalan dengan jawaban siswa yang kritis, banyak siswa yang
berkomentar dan mengutarakan pendapatnya, siswa jauh lebih berani. Pada saat berdinamika kelompok terlihat semakin hidup. Di dalam kelompok siswa saling
bertanya dan menjelaskan. Setiap siswa bertugas untuk memberikan pendapatnya di dalam kelompok sehingga tidak ada yang mendominasi dalam kelompok. Siswa
mulai berani bertanya pada guru untuk memahami lebih dalam. Pada saat hasil diskusi dipresentasikan banyak siswa yang aktif untuk membenarkan atau bertanya.
Alasan yang mereka berikan sudah tepat dan berlandaskan hasil yang mereka temukan di dalam kelompok sehingga pembelajaran siklus II lebih terlihat hidup dan
proses menemukan jawaban atas masalah yang diberikan lebih terlihat. Perbedaan yang keempat adalah keterlibatan siswa dan guru. Pada siklus I
terlihat bahawa: 1 siswa masih perlu bimbingan guru, 2 hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, 3 guru kurang memberikan motivasi
dan bimbingan. Pada saat siklus I guru memberikan instruksi kurang jelas sehingga siswa masih terlihat kebingungan untuk mengerjakan tugas kelompok. Siswa masih
malu untuk bertanya sehingga dalam mengerjakan tugas kelompok hanya yang bisa mengerjakan yang membuat tugas kelompok dan kurangnya kerja sama di dalam
kelompok. Banyak siswa yang tidak ikut mengerjakan tugas kelompok sehingga ketika mengerjakan tugas individu siswa tidak bisa mengerjakannya karena guru
kurang memotivasi siswa untuk bertanya dan ikut mengerjakan tugas kelompok. Ada siswa yang tidak terlibat ketika tidak dilihat oleh guru. Bimbingan yang diberikan
guru cenderung kepada siswa yang bertanya. Sehingga yang tidak bertanya tidak mengerti apa-apa. Rasa ingin tahu siswa masih kurang karena guru kurang
memberikan stimulus. Pada siklus II terlihat bahwa: 1 semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, 2 guru mulai banyak memberikan motivasi dan
bimbingan. Pada saat siklus II pembelajaran yang sama dengan siklus I dilakukan dan siswa sudah memahami tugas yang harus mereka kerjakan. Sebelum mereka
mengerjakan tugas kelompok guru memberikan motivasi agar siswa aktif untuk berdiskusi memecahkan masalah yang ada. Menumbuhkan kerjasama di dalam
kelompok untuk saling membantu sehingga semua memahami materi yang dibahas. Pada siklus ini guru tidak harus membimbing siswa satu persatu. Siswa lebih mandiri
dalam mengerjakan tugasnya. Siswa lebih aktif bertanya kemudian pertanyaan dibahas bersama di kelas sehingga banyak siswa yang berpendapat. Siklus II
mengalami peningkatan dalam hal memahami arti kata, menemukan ide pokok dalam sebuah paragraf, mencari permasalahan utama, dan merumuskan maksud penulis
dalam tajuk rencana. Berdasarkan deskripsi perbedaan tindakan di atas, dapat diketahui bahwa pada
siklus I dan siklus II terdapat perbedaan hasil kemampuan membaca pemahaman. Perbedaan-perbedaan itu menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman
siswa dalam proses pembelajaran berbasis masalah pada tindakan siklus I lebih baik dari tindakan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran siswa yang
semakin proaktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada tindakan siklus II.
4.4 Uji Normalitas