terdapat dalam teks; 3 para siswa dapat menyusun ringkasan; 4 para siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-katanya sendiri secara tepat dan
sistematis.
2.2.2 Tingkatan Kemampuan Membaca Pemahaman
Tingkatan pemahaman membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.
Oleh karenanya, kita perlu mengenal dan menguasai beberapa tingkatan membaca pemahaman. Tingkatan dalam membaca pemahaman menurut Anderson dalam
Tarigan 1986 meliputi: 1 mengidentifikasi arti kataistilah, 2 menangkap makna tersurat dan tersirat, 3 menyimpulkan, 4 memprediksi, 5
mengevaluasi. Menurut Nurhadi 2004: 57, kegiatan membaca pemahaman memiliki tiga
tipe kemampuan membaca yaitu: 1 kemampuan membaca literal; kemampuan pembaca mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat
eksplisit, 2 kemampuan membaca kritis; kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bacaan, baik
makna tersurat, maupun makna tersirat, dan 3 kemampuan membaca kreatif; pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna
dibalik baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Menurut Hafni 1981:33-37 berdasarkan taksonomi Barret. Barret memaparkan lima kategori tingkat kemampuan membaca pemahaman yang terdiri
dari: 1 pemahaman literal, 2 reorganisasi bacaan, 3 pemahaman inferensial,
4 evaluasi, 5 apresiasi. Lima tingkatan ini mengajak siswa untuk memahami, berpikir, dan berinteraksi dengan wacana atau bacaan mulai dari makna tersurat
hingga interpretasi dan reaksi terhadap pesan dalam wacana atau bacaan. Berikut pemaparannya:
1. Pemahaman Literal
Pemahaman literal meningkatkan keterampilan memahami ide atau informasi yang tersurat di dalam bacaan. Tugas-tugas dalam pemahaman
literal ini adalah mengenal dan mengingat kembali suatu fakta atau kejadian. Pembaca hanya menangkap makna yang tersurat di dalam bacaan dan
merupakan tingkat pemahaman yang paling rendah. 2.
Reorganisasi Bacaan
Tingkat reorganisasi bacaan, siswa dituntut untuk menganalisis, mensintesis, dan menyusun ide atau informasi yang secara tersurat dinyatakan
di dalam bacaan. Tingkat ini dapat dilakukan dengan memparafrasekan atau menerjemahkan.
3. Pemahaman Inferensial
Tingkat pemahaman inferensial, siswa diminta untuk membuat kesimpulan. Pemahaman inferensial dirangsang oleh tujuan membaca dan
pertanyaan-pertanyaan guru yang menghendaki pemikiran dan imajinasi siswa di luar teks bacaan makna tersirattersembunyi. Tugas-tugas pada tingkat ini
misalnya menyimpulkan pikiran utama, tema, dan lain-lain. 4.
Evaluasi
Pada tahap ini siswa mampu memberi penilaian dan pendapat tentang isi bacaan dengan menggunakan perbandingan ide dan informasi di dalam bacaan
dan dengan menggunakan pengalaman, pengetahuan, kriteria, dan nilai-nilai yang sebelumnya dimiliki siswa. Pada tahap ini siswa menganalisis dan
mengevaluasi maksud penulis. 5.
Apresiasi
Apresiasi melibatkan seluruh dimensi kognitif yang telah disebutkan sebelumnya karena apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan
estetis pembaca terhadap isi bacaan. Apresiasi menghendaki supaya pembaca secara emosional dan estetis peka terhadap suatu karya dan meminta bereaksi
terhadap nilai dan kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang ada dalam karya itu.
Peneliti memergunakan tingkat pemahaman bacaan menurut Anderson. Alasannya, penjelasan menurut Anderson 1 lebih mudah dipahami dan 2 lebih
mudah dalam membuat kisi-kisi indikator kemampuan membaca pemahaman. Pada penelitian ini, membaca pemahaman yang dimaksudkan peneliti ditunjukkan
dalam indikator dan aspek penilaian. Berikut ini merupakan indikator yang harus dimiliki siswa berkaitan dengan membaca pemahaman, yakni:
Indikator Membaca Pemahaman
1 Siswa mampu menjelaskan arti
kata sukar dalam fakta dan opini. 2
Siswa mampu menemukan ide pokok paragraf pada tajuk
rencana. 1
Mengidentifikasi arti kataistilah, 2
Menangkap makna tersurat
3 Siswa mampu menjelaskan
makna tersirat yang terdapat pada tajuk rencana.
4 Siswa mampu menyimpulkan isi
informasi yang dibahas pada tajuk rencana.
5 Siswa mampu memprediksi
masalah yang ada pada tajuk rencana.
6 Siswa mampu menuliskan
maksud penulis tajuk rencana dengan menggunakan bahasa
sendiri. 3
Menangkap makna tersirat
4 Menyimpulkan
5 Memprediksi
6 Mengevaluasi
Harapan guru untuk mengembangkan keterampilan membaca pemahaman dengan enam macam keterampilan tersebut adalah siswa mampu memahami
bacaan yang dibacanya dan menyimpulkannya sendiri. Kegiatan membaca pemahaman bukan hanya kegiatan memahami isi bacaan melainkan siswa
memiliki keterampilan yang sudah disebutkan di atas. Siswa yang menguasi enam keterampilan di atas dinyatakan baik. Keterampilan tersebut dapat dikuasai siswa
dengan bermacam metode. Penelitian yang dilakukan oleh Brigitta Juliana 2008 berjudul Perbedaan
kemampuan membaca pemahaman wacana eksposisi antara siswa kelas X jurusan akuntansi dengan siwa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran SMK
BOPKRI I Yogyakarta Tahun Ajaran 20062007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Kemampuan membaca pemahaman wacana eksposisi siswa kelas X
Jurusan Akuntasi SMK Bopkri I Yogyakarta adalah 64,87 dan berada pada tingkat
penguasaan 56 - 65 sehingga termasuk dalam kategori sedang, 2 kemampuan membaca pemahaman wacana eksposisi siswa kelas X Jurusan
Administrasi Perkantoran SMK Bopkri I Yogyakarta adalah 65,88 dan berada pada tingkat penguasaan 66 - 75 sehingga termasuk dalam kategori cukup, 3
perbedaan kemampuan membaca pemahaman wacana eksposisi antara siswa kelas X Jurusan Akuntansi dengan siswa kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran
adalah 1,01. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian mengenai
kemampuan membaca pemahaman masih harus dilakukan dan dikembangkan. Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca pemahaman harus lebih
ditingkatkan. Upaya yang dilakukan pertama dari pihak guru lebih kreatif serta meningkatkan semangat siswa agar gemar membaca dan diberikan latihan-latihan
yang rutin.
2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah