Deskripsi Data Analisis Data

c. Uji Multikolonieritas Tujuan dari uji multikolonieritas yaitu untuk mengetahui apakah didalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal atau terjadi kemiripan sehingga model regresi sebaiknya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian ini digunakan untuk menghindari kebiasan didalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pegnujian multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 5.4 : Tabel 5.4: Hasil Pengujian Multikolonieritas Coefficient Correlations a Model NPM DER ROA 1 Correlations NPM 1.000 -.386 -.664 DER -.386 1.000 .355 ROA -.664 .355 1.000 Covariances NPM .003 -8.380E-5 -.003 DER -8.380E-5 1.785E-5 .000 ROA -.003 .000 .010 a. Dependent Variable: DA Berdasarkan tabel 5.4, hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa besarnya korelasi antar variabel independen hanya terlihat pada variabel DER yang mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel ROA dengan tingkat korelasi sebesar 0.355 atau 35.5. nilai korelasi sebesar 35.5 lebih kecil dari 95, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat multikolonieritas. Tabel 5.5: Hasi Pengujian Multikolonieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 Constant -.077 .018 -4.194 .000 DER .002 .004 .049 .421 .676 .833 1.200 ROA .099 .101 .142 .985 .329 .548 1.826 NPM .161 .051 .457 3.135 .003 .533 1.875 a. Dependent Variable: DA Berdasarkan tabel 5.5, nilai tolerance yang dihasilkan dari variabel independen tidak ada yang menunjukkan kurang dari 0.10, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen yang memiliki nilai lebih dari 95. Hasil perhitungan VIF Variance Inflation Factor menunjukkan tidak adanya nilai VIF yang lebih dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen didalam model regresi. d. Uji Heterokedastisitas Tujuan dari uji heterokedastisitas yaitu untuk menguji apakah didalam model terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila variance dari residual tetap maka disebut homokedastisitas dan apabila berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik yaitu model yang mengalami homodekatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Didalam penilitian ini, uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Ghozali, 2006. Apabila grafik memiliki pola tertentu atau membentuk suatu pola yang teratur maka hal itu mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas dan jika tidak membentuk pola maka tidak terjadi heterokedastisitas. Gambar scatterplot yang dihasilkan sebagai berikut: Gambar 5.1: Hasil Pengujian Heterokedastisitas 3. Pengujian Hipotesis a. Uji Regresi Panel Analisis regresi data panel adalah regresi dengan data yang memiliki dimensi waktu dan dimensi ruang. Data panel disebut juga dengan pooled data. 1 Mencari persamaan koefisien regresi setiap variabel independen. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.6: Hasil Pengujian Regresi Panel Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta Constant -.098 .138 -.716 .480 DER .050 .019 1.387 2.694 .012 ROA .001 .001 .164 1.406 .170 NPM -.220 .070 -.627 -3.138 .004 D2 .064 .080 .098 .803 .429 D3 .096 .082 .147 1.174 .250 D4 -.412 .185 -.627 -2.226 .034 D5 -.537 .216 -.818 -2.484 .019 D6 -.120 .126 -.182 -.953 .348 D7 -.465 .203 -.708 -2.294 .029 D8 -.240 .103 -.365 -2.319 .028 D9 -.026 .084 -.040 -.307 .761 D10 -.086 .106 -.131 -.808 .426 D11 .052 .083 .079 .626 .536 D12 .102 .083 .155 1.224 .231 D13 .078 .083 .120 .945 .353 D14 .114 .105 .173 1.082 .288 D15 .109 .080 .166 1.351 .187 Tabel 5.6: Hasil Pengujian Regresi Panel Lanjutan D16 .114 .083 .173 1.362 .184 D17 -.029 .086 -.044 -.336 .739 D18 .025 .080 .038 .311 .758 D19 -.052 .088 -.080 -.596 .556 D20 .017 .080 .026 .212 .834 D21 .000 .084 .000 -.002 .998 D22 -.078 .087 -.119 -.902 .374 D23 .104 .083 .159 1.250 .221 D24 .001 .080 .002 .018 .986 D25 .015 .086 .023 .177 .861 D26 .240 .162 .366 1.486 .148 D27 -.087 .084 -.133 -1.043 .305 D28 -.356 .151 -.543 -2.367 .025 D29 .017 .080 .027 .219 .828 D30 .007 .081 .011 .088 .930 D31 .004 .090 .006 .042 .967 D32 -.024 .082 -.036 -.289 .775 a. Dependent Variable: DA Berdasarkan dari hasil tabel 5.6 , bentuk persamaan regresi yang didapat sebagai berikut: DA = -0,098 +0,050 DER + 0,001 ROA - 0,220 NPM + є Maknanya adalah: AALI = -0,098 + 0,050 DER + 0,001 ROA - 0,220 NPM + є ANTM = -0,098 - 0,064 + 0,050 DER + 0,001 ROA - 0,220 NPM + є ASTRA = -0,098 – 0,096 + 0,050 DER + 0,001 ROA - 0,220 NPM + є Dari persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa variabel DER, ROA, dan NPM mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Konstanta yang dihasilkan sebesar -0,098. Hal ini menunjukkan bahwa jika semua variabel independen bernilai nol maka nilai tetap manajemen laba yang dihasilkan sebessar - 0,098. Dengan nilai konstanta yang negatif menunjukkan bahwa tanpa adanya nilai DER, ROA, dan NPM maka perusahaan cenderung melakukan manajemen laba dengan mengurangi tingkat labanya sebesar -0,098. Besarnya hubungan antara variabel DA dengan variabel DER ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi β1 sebesar 0,050. Koefisie n regresi β1 sebesar 0,050 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 DER akan meningkatkan manajemen laba sebesar 0,050. Sebaliknya, jika DER mengalami penurunan sebesar 1, maka manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 0,050. Besarnya hubungan antara variabel DA dengan variabel ROA ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi β2 sebesar 0,001. Koefisie n regresi β2 sebesar 0,001 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 ROA akan meningkatkan manajemen laba sebesar 0,001. Sebaliknya, jika ROA mengalami penurunan sebesar 1, maka manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 0,001. Besarnya hubungan antara variabel DA dengan variabel NPM ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi β3 sebesar - 0,220. Koefisie n regresi β3 sebesar -0,220 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 NPM akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,220. Sebaliknya, jika NPM mengalami penurunan sebesar 1, maka manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,220. 2 Menghitung seberapa besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil dari perhitungan sebagai berikut: Tabel 5.7: Hasil Perhitungan R Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .883 a .779 .521 .07966 2.072 Pada tabel 5.7, nilai Adjusted R 2 yang diperoleh sebesar 0,521. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel independen tersebut dapat mempengaruhi variabel dependen sebesar 52,1. Sedangkan sisanya 47,9 dipengaruhi oleh faktor lain. 3 Menghitung apakah variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 5.8: Hasil Pengujian F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .650 34 .019 3.014 .002 a Residual .184 29 .006 Total .834 63 a. Predictors: Constant, UNVR, TRUB, TINS, NPM, GGRM, ASTRA, ELSA, INDF, ELTY, BUMI, ANTM, MEDC, PNBN, ISAT, BDMN, LPKR, BTEL, ITM, DEWA, BBRI, SMGR, BMRI, INDY, LSIP, JSMR, INTP, BNBR, PGAS, BBCA, ENRG, ROA, KLBF, MIRA, DER b. Dependent Variable: Y Berdasarkan hasil uji F, nilai F hitung yang diperoleh sebesar 3,014 dengan nilai probabilitas sebesar 0,002. Tingkat probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,0020,05, maka variabel DER, ROA, dan NPM secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan LQ-45. Sehingga model regresi sudah tepat untuk diuji. b. Menentukan Rumusan Hipotesis dengan Uji Parsial t-test Uji Parsial t-test digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah-langkah Uji parsial t-test yaitu: 1 Merumuskan hipotesis H 01 =0 Debt to equity ratio DER tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H 01 ≠0 Debt to equity ratio DER berpengaruh terhadap manajemen laba. H 02 =0 Return on asset ROA tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H 02 ≠0 Return on asset ROA berpengaruh terhadap manajemen laba. H 03 =0 Net profit margin NPM tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H 03 ≠0 Net profit margin NPM berpengaruh terhadap manajemen laba. 2 Menentukan tingkat signifikan dengan α sebesar 5 dan tingkat keyakinannnya sebesar 95 derajat kebebasan df=n-1 = 64-1 = 63, diperoleh t tabel sebesar 1,99834. 3 Menentukan kriteria pengujian hipotesis: Bila t hitung ≤ t tabel maka H secara parsial tidak ditolak. Bila t hitung ≥ t tabel maka H secara parsial ditolak. 4 Mengambil keputusan Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel variabel: DER: t hitung = 2.694 t tabel = 1,99834. ROA: t hitung = 1.406 t tabel = 1,99834. NPM: t hitung = 3.138 t tabel = 1,99834. 5 Menarik kesimpulan a Berdasarkan dari hasil perbandingan antara t hitung = 2.694 t tabel = 1,99834 sehingga dapat disimpulkan bahwa H 01 ditolak, artinya bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap manajemen laba. b Berdasarkan dari hasil perbandingan antara t hitung = 1.406 t tabel = 1,99834 sehingga dapat disimpulkan bahwa H 02 tidak ditolak, artinya bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. c Berdasarkan dari hasil perbandingan antara t hitung = 3.138 t tabel = 1,99834 sehingga dapat disimpulkan bahwa H 03 ditolak, artinya bahwa net profit margin berpengaruh terhadap manajemen laba.

C. Pembahasan dan Interprestasi

1. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Manajemen Laba Hasil penelitian ini menunjukkan variabel debt to equity ratio berpengaruh terhadap manajemen laba. DER berpengaruh terhadap manajemen laba dikarenakan perusahaan memiliki total hutang yang tinggi mendorong manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba agar dapat menghindari perjanjian utang Julia Halim, et al 2005. Perjanjian yang diberikan oleh kreditur yang digunakan sebagai peringatan awal untuk memberikan sinyal-sinyal masalah keuangan peminjam. Apabila perjanjian tersebut dilanggar, perusahaan akan dinilai memiliki kinerja yang buruk oleh kreditur. Perusahaan yang melanggar perjanjian akan dikenakan sanksi seperti, percepatan jatuh tempo, kenaikkan tingkat bunga, dan negosiasi ulang masa utang Beneish dan Press, 1995 dalam Ni Made Dewi, 2011. Selain itu, Perusahaan mengalami default tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo karena kesulitan keuangan sangat rentan terhadap tindakan earnings management. Biasanya tindakan earnings management dilakukan oleh perusahaan ketika ia mengetahui terancam default, yaitu dengan memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan labanya Agnes Utari widyaningdyah, 2001 . Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes Utari widyaningdyah 2001, Carlson dan Bathala 1997 dan Julia Halim, et al 2005 menyatakan bahwa perusahaan dengan utang yang besar akan cenderung melakukan manajemen laba. Akan tetapi, hasil ini tidak sejalan dengan penilitian Antonia 2008 dan Kusumaning 2004 yang menyatakan bahwa leverage yang diproksikan dengan DER tidak mempengaruhi manajemen laba. 2. Pengaruh Return On Asset ROA terhadap Manajemen Laba Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel return on asset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Tidak berpengaruhnya ROA disebabkan oleh laba yang dihasilkan relatif stabil dan tidak terjadi fluktuasi sehingga para manajer tidak perlu untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk menaikkan laba. Selain itu, para investor juga cenderung mengabaikan informasi ROA yang ada sehingga manajemen tidak termotivasi untuk melakukan manajemen laba Noor 2004. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Husnainidan Rosyida 2006 , Juniarti dan Corolina 2005, dan Noor 2004 yang menyatakan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan ROA tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba karena investor cenderung mengabaikan informasi ROA yang ada. 3. Pengaruh Net Profit Margin NPM terhadap Manajemen Laba Hasil penelitian ini menunjukkan bahwavariabel net profit margin berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan penetilian yang dilakukan Arnawa 2006 dan Beatie et.al 1994 yang menyatakan bahwa dengan NPM yang rendah, perusahaan cenderung melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaan belum memiliki kinerja yang baik, sehingga para manajer termotivasi untuk melakukan tindakan manajemen laba agar terlihat baik di mata para investor. NPM sering digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi yang berhubungan dengan perusahaan dengan tujuan meratakan laba oleh manajemen untuk mengurangi laba yang berfluktuasi dan menunjukkan pihak luar bahwa kinerja manajemen telah efektif Azhari, 2010 dalam Rahmawati dan Muid, 2012. Jika dilihat dari segi laba, perusahaan dengan laba yang stabil dapat dijadikan dasar oleh para pemegang saham bahwa manajer memiliki kinerja yang baik dan sebaliknya jika laba yang dimiliki berfluktuasi akan menyebabkan kekhawatiran oleh pihak manajemen karena investor dapat menilai kinerja perusahaan yang kurang optimal Rahmawati dan Muid, 2012. Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Husnaini dan Rosyida 2006, Masodah 2007 yang menyatakan bahwa NPM tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 64

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dibahas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Debt to equity ratio berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai debt to equity ratio, maka manajemen laba akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mengalami default lebih cenderung akan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba untuk menghindari kontrak perjanjian utang. 2. Return on asset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Tidak berpengaruhnya ROA disebabkan oleh laba yang dihasilkan relatif stabil dan tidak terjadi fluktuasi sehingga para manajer tidak perlu untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk menaikkan laba. Para manajer cenderung melakukan manajemen laba jika laba yang dihasilkan berfluktuasi. 3. Net profit margin berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini menjelaskan bahwa nilai net profit margin yang rendah lebih cenderung akan memotivasi manajer melakukan manajemen laba karena perusahaan belum memiliki kinerja keuangan yang baik.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan didalam penelitian sebagai berikut: 1. Manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual menggunakan Model Jones yang telah dimodifikasi karena belum ada penelitian yang membuktikan bahwa model lain yaitu model Healy, model DeAngelo, dan model Jones lebih tepat digunakan. 2. Penelitian ini hanya menggunakan 64 sampel selama periode 2 tahun dikarenakan ada beberapa perusahaan yang tidak konsisten masuk didalam indeks LQ-45 selama 2 periode berturut-turut.

C. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan dari penelitian ini yaitu variabel dari rasio DER dan NPM dapat digunakan dalam memprediksi perusahaan yang termasuk dalam indek LQ-45 melakukan manajemen laba atau tidak. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan model lain, seperti model Healy, model DeAngelo, dan model Jones untuk menghitung discretionary accrual dengan cara yang berbeda dan menambah jumlah sampel.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN ISO 26000 TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE ( Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Termasuk Dalam Indeks LQ45 Periode 2009 -2010 )

0 8 21

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2008

0 2 78

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA RIIL Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Riil (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Indeks Lq-45 Dan Jii P

0 1 18

PENDAHULUAN Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Riil (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Indeks Lq-45 Dan Jii Periode 2004-2013).

0 1 12

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Riil (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Indeks Lq-45 Dan Jii Periode 2004-2013).

0 1 7

PENGARUH EARNINGS POWER TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ 45.

2 17 23

Pengaruh Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Termasuk dalam Indeks LQ 45 Periode 2010-2014).

0 0 20

Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45 Periode 2010-2014.

0 0 21

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO (BETA) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ 45

0 0 20

ANALISIS HUBUNGAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45 periode 2009 - 2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Aku

0 0 117