Identifikasi Masalah Fokus Penelitian Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kajian tentang Disiplin

7 memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada siswa yang berasal dari keluarga yang memang mampu dan ada siswa yang berasal dari keluarga yang sedarhana. Siswa masih kurang dalam melakukan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-harinya, seperti memperhatikan pembelajaran dan masuk kelas tepat waktu. Ketika ada siswanya yang tidak ngerjakan PR maka guru kelas VA akan memberinya hukuman seperti siswa tersebut disuruh untuk mengerjakan PR tersebut di kelas dan juga diberikan tugas tambahan. Berdasarkan uraian tentang pentingnya kedisiplinan bagi siswa, serta hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas VA, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kegiatan yang dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa di SD Negeri Pujokusuman 1. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Penerapan Disiplin Melalui Budaya Sekolah Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Keberagaman karakteristik siswa, dimana setiap siswa memiliki sifat yang berbeda-beda ada yang mudah diatur ada juga yang susah untuk diatur. 2. Siswa masih kurang disiplin dalam menaati peraturan di sekolah. 8 3. Kurang maksimalnya peran guru dalam menangani siswa yang kurang disiplin. 4. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya kedisiplinan oleh siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian difokuskan pada penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

D. Perumusan Masalah

Merujuk dari fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. 9

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian tujuan di atas maka dalam penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat yang diharapkan diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pendidikan, memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca khususnya tentang peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi guru dalam membimbing dan mengarahkan siswanya dalam menerapkan kedisiplinan dalam kehidupannya. b. Bagi sekolah Penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah untuk mengevaluasi dan memantau setiap warga sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. c. Bagi peneliti Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan tentang peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan siswa. 10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan sesuatu yang mudah untuk diucapkan akan tetapi sulit untuk dilakukan. Kedisiplinan berasal dari kata disipin. Istilah disiplin diturunkan dari kata Latin disciplina yang berkaitan langsung dengan dua istilah lain, yaitu discere belajar dan discipulus murid. Disciplina dapat berarti apa yang disampaikan oleh seorang guru kepada murid Maria J. Wantah, 2005: 139. Seseorang dikatakan disiplin ketika taat dan patuh terhadap bentuk aturan-aturan yang berlaku baik dalam masyarakat atau organisasi tertentu. Banyak pengertian tentang disiplin, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 268 disiplin adalah kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku di kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Maria J. Wantah 2005: 140 disiplin suatu cara untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri. Disiplin tidak hanya terbatas pada pengetahuan tentang baik tidaknya suatu tindakan atau perbuatan itu dilakukan. Tetapi juga pengetahuan tentang sebab-sebab atau alasan kenapa harus melakukan atau tidak melakukan suatu hal, dan mengetahui manfaat dari melakukan kedisiplinan tersebut. 11 Kedisiplinan akan membantu anak dalam memperoleh suatu batasan dalam memperbaiki tingkah laku dirinya yang salah. Setelah siswa belajar tentang apa yang benar dan apa yang salah, maka siswa harus diberikan penjelasan mengapa hal ini benar dan hal itu salah. Menurut Ali Imron 2004: 135 disiplin adalah suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung. Kedisiplinan siswa bisa diajarkan dan dikembangkan oleh orang tua maupun guru di sekolah. Kedisiplinan harus diterapkan sejak usia dini. Siswa harus dibiasakan untuk mengenal dan mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk, mana yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan. Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati Mulyasa, 2010: 108. Perlahan-lahan kedisiplinan akan tertanam ke dalam diri siswa dan membentuk kesadaran sikap dan tindakan hingga siswa berusia dewasa. Siswa yang disiplin menunjukkan sikap dan perilaku yang patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang dibantu untuk mengendalikan dirinya sehingga bisa patuh dan tertib dalam melakukan suatu hal dan tidak melanggar aturan-aturan yang telah 12 ditetapkan oleh lingkungan, baik dalam lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat.

2. Pentingnya Disiplin

Sikap disiplin sangat penting bahkan keharusan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Tumbuh kembang anak tidak hanya secara fisik, melainkan juga secara mental dan sosial. Menurut Agustine Dwiputri Ngainun Naim, 2012: 144 Perlunya disiplin adalah untuk mencegah terjadinya kehancuran. Disiplin dapat membantu siswa memperoleh suatu batasan dalam bertingkah laku. Menurut Anonimous Maria J. Wantah, 2005: 140 disiplin juga mendorong, membimbing, dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan kepatuhannya dan mengajarkan pada anak begaimana berfikir secara teratur. Melalui kedisiplinan seseorang bisa berfikir dan menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan kaedah-kaedah dan tata tertib yang berlaku di masyarakat. Apabila disiplin disusun dan dilakukan dengan baik, maka seseorang akan menaati disiplin tanpa adanya rasa keterpaksaan. Dengan disiplin anak akan merasa jalannya aman, bebas dari rintangan dan hambatan yang menggelisahkan dan menimbulkan rasa tidak aman Maria J. Wantah, 2005: 144. Selain rasa aman, anak atau siswa juga membutuhkan irinya diterima dari orang lain dan lingkungannya. Melalui disiplin siswa dapat melakukan sesuatu atau 13 tindakan yang sesuai dengan lingkungan masyarakat dan dapat menghindar dari sesuatu yang tidak sesuai. Anak yang berdisiplin akan menunjukkan tingkah laku yang baik seperti mereka dapat menunda kesenangannya, memperhatikan kebutuhan orang lain, dan memiliki sikap toleransi yang baik Maria J. Wantah, 2005: 176-177. Disiplin memang terasa memberatkan dalam jangka waktu yang pendek, akan tetapi siswa akan merasakan manfaat dari kesiplinan tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Sebagai contoh, jika anak diajarkan untuk menggosok gigi sebelum tidur. Anak sering merasa malas untuk menggosok giginya saat sebelum tidur, akan tetapi karena sudah dibiasakan untuk menggosok gigi sebelum tidur dia akan melakukan hal tersebut secara terus menerus dan merasakan apa manfaat yang di dapat dari perbuatannya tersebut. Kedisiplinan sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan disiplin akan memudahkan seseorang dalam menjalankan kehidupannya menjadi lebih tertata dan terarah. Tanpa disiplin maka seseorang tidak akan mempunyai landasan tentang apa yang baik dan apa yang buruk dalam bertingkah laku di kehidupannya. Siswa harus disadarkan tentang arti pentingnya disiplin. Dengan kesadarkan siswa tentang disiplin maka siswa akan mawas diri dan berusaha untuk mendisiplinkan dirinya sendiri. 14

3. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri Sylvia Rimm, 2003: 47. Menurut Maria J. Wantah 2005: 177 tujuan disiplin adalah untuk membantu anak membangun pengendalian diri mereka, dan bukan membuat anak mengikuti dan mematuhi perintah orang dewasa. Sedangkan menurut Hurlock 1978: 82 tujuan dari disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Berdasarkan penjelasan diatas tujuan disiplin yaitu untuk membantu anak mengetahui dan melakukan hal-hal yang baik sebagai bentuk dari perilakunya sehingga bisa menjalankan peran-peran yang ada dilingkungannya. Sikap disiplin sangat dibutuhkan oleh anak siswa dalam memenuhi masa pertumbuhan dan perkembangannya. Beberapa kebutuhan masa kanak-kanak yang bisa diisi dengan disiplin yaitu sebagai berikut. a. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. b. Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. 15 d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya. e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani “suara dari dalam” pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku Hurlock, 1978: 83 Disiplin dapat mengajarkan kepada siswa tentang kepatuhan. Ketika siswa diajarkan tentang kedisiplinan maka siswa sedang diajarkan tentang melakukan sesuatu yang benar untuk alasan yang benar. Sekolah membantu siswa dalam menemukan pengendalian dirinya, dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga siswa dapat berdiri sendiri dalam menghadapi tantangan hidup dikemudian harinya.

4. Macam-macam Disiplin

Berbagai cara dan kebiasaan masyarakat dan orangtua dalam membentuk kedisiplinan anak tergantung kepada pengalaman, sikap, karakter, kebiasaan pribadinya Maria J. Wantah, 2005: 170. Jika orangtua sebelumnya dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang saling menghargai, terbuka dan demokratis maka orangtua akan mengajarkan dan memperlakukan anaknya dengan cara yang serupa. Begitu pula sebaliknya, jika orangtua dibesarkan dari keluarga yang otoriter maka perlakuan yang diberikan kepada anaknya akan serupa dengan apa yang dialami oleh orangtua. Akibat pandangan dari masyarakat, disiplin terbagi menjadi dua konsep, yaitu disiplin yang positif dan disiplin yang negatif. 16 a. Disiplin Positif Konsep positif dari disiplin ialah sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di dalam, disiplin diri dan pengendalian diri, ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam Hurlock, 1978: 82. Disiplin positif dilaksanakan dengan cara menggunakan kesabaran, kasih sayang, dan kepedulian. Seperti yang dikatakan oleh Maria J. Wantah 2005: 173 kesabaran dan pengertian adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran disiplin pada anak. Tindakan yang dilakukan berpusat pada anak dan berdasarkan pada apa yang dibutuhkan anak bukan pada apa yang diinginkan anak. b. Disiplin negatif Konsep negatif, disiplin berarti pengendalian dengan kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan secara sembarangan Hurlock, 1978: 82. Biasanya bentuk kedisiplinan yang negatif ini digambarkan dengan adanya hukuman apabila seseorang melanggar aturan yang ada dalam lingkungannya. Banyak orang tua yang tanpa menyadari mengajarkan anak mereka dengan cara disiplin yang negatif, berupa hukuman fisik dan kata-kata yang dapat merugikan perkembangan anak Maria J. Wantah, 2005: 171. Tidak jarang orang tua memberikan hukuman kepada anak terlalu berlebihan sehingga bisa saja membuat bertingkah laku tidak baik. 17 Menurut Ali Imron 2004: 136 menyebutkan ada tiga macam disiplin yaitu, pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritas. Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisif. Dan yang ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Ketiga macam disiplin dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritas. Disiplin otoritas dilakukan dengan cara menerapkan peraturan- peraturan yang keras. Disiplin otoriter anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri Hurlock, 1978: 93. Anak hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tua mereka, dan mengesampingkan pilihan atau keputusan yang sudah dipilih oleh anak. Jika diterapkan dalam lingkungan sekolah, siswa diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah Ali Imron, 2004: 136. Penerapan disiplin ini akan membuat siswa menjadi tertekan dan takut. b. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisif. Disiplin permisif sebetulnya berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin Hurlock, 1978: 93. Orang tua yang menerapkan disiplin permisif membiarkan anak mereka memilih dan menentukan sendiri apa yang diinginkan, dan diijinkan mengambil keputusan sendiri tanpa ada kendali dari orang tua. Pengaruh dari disiplin permisif 18 yaitu anak akn menjadi manja dan kurang bisa mengambil keputusan sendiri. c. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin yang berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali juga bisa disebut dengan disiplin yang demokratis. Disiplin demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan Hurlock, 1978: 93. Anak diberikan kebebasan untuk berbuat sesuatu, akan tetapi apa yang dilakukan pasti ada konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan. Disiplin yang baik diterapkan kepada siswa yaitu disiplin yang positif dan yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Karena disiplin positif dilaksanakan dengan rasa kasih sayang dan penuh kesabaran, dan disiplin positif juga menumbuhkan kedisiplinan siswa berdasarkan apa yang dibutuhkan siswa. Sedangkan kedisiplinan bebas yang bertanggung jawab siswa diberikan kebebasan dalam bertindak akan tetapi kebebasan tersebut tidak mutlak, ada konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan terhadap tindakan yang dilakukan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Disiplin

Kedisiplinan dalam penerapannya siswa harus dijadikan sebagai subyek dari disiplin untuk mencapai kematangan dalam berfikir, 19 memilih, dan menata tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dilingkungannya. Ketika menerapkan disiplin tidak cukup hanya menggunakan larangan saja, tetapi perlu diberikan penjelasan tentang arti kedisiplinan dan memberi motivasi untuk melakukan apa yang diharapkan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penerapan kedisiplinan pada siswa. Faktor yang dapat mempengaruhi penerapan kedisiplinan yaitu faktor internal yaitu dari siswa itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari luar. Kontrol internal merupakan kontrol diri yang digunakan anak dalam mengarahkan perilakunya Gnagey dalam Moh. Shochib, 2000: 22. Serupa dengan apa yang dikatakan oleh Ali Imron 2004: 137 kontrol internal merupakan teknik yang mengupayakan agar siswa dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri. Kontrol diri terdiri dari asessmen diri, perekaman diri, determinasi diri terhadap penguatan, dan administrasi diri trhadap penguatan Gnagey dalam Moh. Shochib, 2000: 22. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 1. Asesmen diri Asesmen diri yaitu anak dengan sendirinya dapat menyadari apakah tindakan-tindakannya sesuai atau tidak dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Kesadaran ini akan menghindarkan anak dari mengulang kesalahan yang sama serta dapat meningkatkan perilaku- perilaku yang patuh terhadap nilai-nilai moral Moh. Shochib, 2000: 22. 20 2. Perekaman diri Ketika perekaman diri anak mampu mengidentifikasikan tindakan yang dapat menyebabkan penyimpangan dan tindakan yang sesuai dengan aturan dengan sendirinya. Moh. Shochib 2000: 22 menjelaskan bahwa dalam kondisi ini anak-anak telah mampu membedakan antara perilaku-perilaku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan nilai moral, berdasarkan kesadaran diri kata hati. 3. Determinasi diri terhadap penguatan Determinasi diri dapat dimiliki jika anak dapat mengapresiasi dan menyadari bahwa penguatan-penguatan berupa hukuman atau pujian yang diberikan oleh orang tua terhadap anak merupakan bentuk dari pertolongan, bimbingan, dan bantuan Moh. Shochib, 2000: 24. 4. Administrasi diri terhadap penguatan Administrasi diri terhadap penguatan dapat dimiliki anak jika dalam memberikan hukuman, orang tua mematuhi tatanan-tatanan nilai moral yang jelas sumbernya Moh. Shochib, 2000: 25. Pada hal ini anak dapat mengetahui atas segala konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan olehnya. Jika anak melakukan tindakan yang menyimpang maka dia akan mendapatkan hukuman, dan sebaliknya jika dia melakukan tindakan yang sesuai dengan aturan maka dia juga akan mendapatkan imbalan atas perbuatannya seperti pujian. 21 Kedisiplinan siswa bisa berkembang dengan didukung atau diikuti dengan tindakan-tindakan atau dorongan dari luar yang dapat merangsang berkembangnya kedisiplinan siswa. Agar seimbang maka faktor internal juga harus diikuti dengan faktor eksternal. Ali Imron 2004: 137 kontrol eksternal adalah suatu teknik dimana disiplin siswa haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Siswa selalu disiplinkan dengan dorongan atau paksaan dari luar. faktor eksternal tiada lain adalah lingkungan dimana individu itu hidup Syamsu Yusuf LN., 2007: 138. Lingkungan itu merupakan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 1. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Kepribadian atau sikap anak terbentuk bermula dari lingkungan keluarga. Pada hal ini orang tua mempunyai peranan penting dalam menerapkan kedisiplinan pada anak. Pola asuh orang tua kepada anak akan tercermin pada sikap anak. Ketika dalam lingkungan keluarga orang tua menerapkan kedisiplinan seperti bangun tepat waktu dan merapikan tempat tidur dalam kehidupan sehari-sehari mereka maka anak akan berperilaku atau bersikap disiplin. 2. Lingkungan sekolah Sekolah merupakan tempat dimana seseorang anak untuk pertama kalinya berkelompok atau bergabung dengan orang-orang 22 lain di luar keluarganya. Orang tua selalu berharap bahwa anak-anak mempelajari apa yang dituntut dari mereka, begaimana mereka harus berlaku sopan, apa yang harus mereka kerjakan Robert Coles, 2003: 149. Maka dari itu para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka dengan tujuan anak bisa mempelajari hal-hal baru yang belum dipelajari dalam lingkungan keluarga. Disamping keluarga, sekolah juga berperan dalam mempengaruhi kedisiplinan siswa. Peraturan-peratuan yang ada di sekolah seperti masuk sekolah tepat waktu juga bisa melatih kedisiplinan siswa. Saat siswa ada di sekolah maka orang tua mereka adalah guru. Guru merupakan panutan bagi siswa dalam bersikap atau bertindak, apapun yang dilakukan oleh guru maka akan dicontoh oleh siswanya, sehingga ketika guru bersikap disiplin maka siswa akan ikut bersikap disiplin karena masa sekolah dasar adalah masa dimana anak meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. 3. Lingkungan masyarakat Anak akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya Syamsu Yusuf LN., 2007: 141. Apabila anak berteman atau berinteraksi dengan orang yang berperilaku kurang baik dan selalu melanggar aturan maka anak cenderung akan mengikuti perilaku tersebut, dan sebaliknya jika anak berinteraksi dengan orang yang berperilaku baik dan 23 menaati peraturan yang berlaku di masyarakat maka anak juga cenderung akan berperilaku yang sama. Selain faktor-faktor diatas terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi penerapan kedisiplinan pada siswa. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin adalah sebagai berikut. a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua. Orang tua dan guru akan mengajarkan disiplin kepada anak sebagai mana mereka diajarkan kedisiplinan oelh orang tua dan guru mereka dulu. b. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok. Orang tua maupun guru dalam mengajarkan kedisiplinan pada anak tidak akan jauh beda dengan apa yang diterapkan oleh kelompok atau lingkungan mereka tinggal. c. Usia orang tua atau guru. Orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. d. Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru. Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan orang tua yang tidak mendapat pelatihan. e. Jenis kelamin. Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan pria. f. Status sosioekonomis. Anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah, mereka cenderung diajarkan kedisiplinan dengan cara yang keras dan memaksa. g. Konsep mengenai peran orang dewasa. Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut konsep yang lebih modern. h. Jenis kelamin anak. Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada terhadap anak laki-lakinya. i. Usia anak. Saat mendidik anak juga harus disesuaikan dengan usia sang anak. j. Situasi. Orang tua mendidik anaknya dipengaruhi oleh situasi yang sedang dialami Hurlock, 1978: 95 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penerapan disiplin. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disiplin yaitu seperti latar belakang keluarga dan masyarakat, pergaulan, dan kondisi belajar di 24 sekolah. Kedisiplinan anak dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti yang telah dijelaskan. Jika lingkungan anak baik dan harmonis maka anak tersebut juga akan memiliki kedisiplinan yang baik. Akan tetapi sebaliknya jika anak berada pada lingkungan yang kurang kondusif maka kedisiplinan anak tersebut kurang baik.

B. Karakteristik Perkembangan Siswa Kelas V