Kajian tentang Penerapan Disiplin melalui Budaya Sekolah Pada Siswa

29 tahu mana yang penting dan prioritas, dan mana yang tidak penting dan harus ditinggalkan Muhaimin, dkk, 2010: 58.

D. Kajian tentang Penerapan Disiplin melalui Budaya Sekolah Pada Siswa

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak siswa agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya Syamsu Yusuf LN., 2007: 140. Anak tidak hanya hidup dan berinteraksi dalam lingkungan keluarga, namun juga berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga seperti dalam lingkungan sekolah, sehingga tidak hanya keluarga yang mempunyai peranan dalam menerapkan kedisiplinan melainkan lingkungan di luar keluarga juga ikut berperan walaupun peranannya tidak sebesar dalam lingkungan keluarga. Sekolah harus menyadari bahwa kedisiplinan anak tidak terjadi dengan sendirinya. Sekolah memberikan pengetahuan dan hal-hal baru yang belum dipelajari dalam lingkungan keluarga. Saat sekolah mendisiplinkan siswa sebenarnya sekolah membantu para siswa dalam mengembangkan tanggung jawab dan pengendalian diri. Guru memberikan pengaruh penting terhadap keberhasilan penerapan kedisiplinan pada siswa di sekolah, karena guru yang paling dekat dengan siswa dan teladan bagi siswa. Tugas dari guru dalam mendisiplinkan siswa adalah mengenali diri siswanya dan kemudian memberikan pelayanan dan perlakuan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa. 30 Disiplin diri bagi siswa bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan Mulyasa, 2013: 26. Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan potensi dirinya melalui proses pendidikan yang dilaluinya. Kapan dan bagaimana cara menerapkan disiplin sangat bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan dan temperamen masing-masing anak Sylvia Rimm, 2003: 48. Banyak teori dari para ahli yang menjelaskan bagaimana proses dan pentahapan pertumbuhan dan perkembangan pada diri peserta didik mulai dari masa anak-anak sampai dewasa Dwi Siswoyo, 2007: 100. Masing-masing dari tahap pertumbuhan dan perkembangan tersebut merupakan masa dimana siswa membutuhkan perlakuan yang sesuai dengan tahapannya. Lingkungan sekolah juga memberi pengaruh terhadap kedisiplinan siswa. Peranan dan tanggung jawab sekolah diantaranya adalah membimbing dan memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Selain sebagai lembaga atau tempat bagi siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sekolah juga dijadikan sebagai tempat mengembangkan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa, seperti nilai-nilai kedisiplinan. Ketika menerapkan kedisiplinan pada siswa yang bisa dilakukan oleh sekolah yaitu dengan melalui budaya sekolah. Budaya sekolah 31 menurut Muhaimin 2010: 48 merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai Values yang dianut oleh kepala sekolahmadrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolahmadrasah tersebut. Dari budaya yang dibentuk oleh sekolah kemudian akan muncul tindakan yang dapat diamati dan dirasakan yang merupakan akibat dari adanya budaya tersebut. Menurut Kennedy Syamsul Kurniawan, 2013: 174-175 budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika sekolah membangun dan menerapkan budaya disiplin maka sekolah akan mempunyai budaya disiplin dan siswapun melakukan kedisiplinan tersebut, sehingga akan terbiasa untuk melakukan kedisiplinan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Saat menerapkan disiplin pada siswa terdapat lima unsur penting yang bisa digunakan sekolah dalam menerapkan sikap disiplin siswa. Kelima unsur tersebut menurut Maria J. Wantah 2005: 150 yaitu peraturan, kebiasaan-kebiasaan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi. kelima unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Peraturan Sekolah dapat menerapkan peraturan sebagai upaya dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. Secara bertahap anak belajar peraturan yang ditentukan berbagai kelompok, yaitu kelompok tempat mereka mengidentifikasi diri di rumah, sekolah, dan lingkungan 32 Elizabeth B. Hurlock, 1978: 76. Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi, atau komunitas Maria J. Wantah, 2005: 150. Diterapkannya peraturan baik dalam rumah maupun sekolah akan membantu dalam mengendalikan tingkah laku siswa. Siswa juga akan bertindak dan melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan adanya peraturan siswa akan mengetahui mana yang baik dan boleh dilakukan dan mana yang tidak baik dan tidak boleh dilakukan. Menurut Elizabeth B. Hurlock 1978: 76 peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai sumber motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan sosial, sebagaimana hukum dan kebiasaan menjadi pedoman dan sumber motivasi bagi anak remaja dan orang dewasa. Ketika membuat peraturan, maka sekolah harus menyesuaikan peraturan tersebut dengan karakteristik siswa. Peraturan untuk siswa sekolah dasar berbeda dengan peraturan untuk siswa SMP maupun SMA. Peraturan tidak lepas dari dua hal, yaitu melakukan apa yang boleh dilakukan dan tidak melakukan apa yang tidak boleh dilakukan. Anonimous Maria J. Wantah, 2005: 156 menjelaskan bahwa penggunaan aturan adalah untuk meningkatkan disiplin pada anak agar belajar hidup bersama dengan orang lain. Peraturan dalam sekolah bisa berupa tata tertib yang telah diberlakukan oleh sekolah yang harus ditaati oleh warga sekolah termasuk di dalamnya yaitu siswa. 33 2. Kebiasaan-kebiasaan Kebiasaan merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap harinya dan diulang-ulang. Jika disiplin ditanamkan secara terus menerus, maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik Ali Imron, 2004: 135. Meskipun tidak tertulis, kebiasaan- kebiasaan ini telah menjadi semacam keharusan sosial dan menjadi kewajiban setiap anggota masyarakat untuk melaksanakannya Maria J. Wantah, 2005: 156. Kebiasaan-kebiasaan untuk disiplin yang dilakukan oleh sekolah setiap harinya dapat membuat siswa bertindak atau berperilaku disiplin. Ketika melakukan kebiasaan-kebiasaan juga harus diselaraskan dengan proses pembentukan kedisiplinan pada siswa. Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan Mulyasa, 2013: 166. Disiplin tidak terbangun secara instan. Dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat dalam diri seorang anak Ngainun Naim, 2012: 143. Karena kedisiplinan tidak bisa muncul begitu saja, maka sejak dini siswa harus dibiasakan untuk bersikap disiplin sehingga menjadi bagian dari dirinya sebagai bekal untuk di masa selanjutnya. 3. Hukuman Hukuman adalah balasan atau ganjaran yang harus diterima oleh seseorang yang telah melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Menurut Anonimous Maria J. Wantah, 2005: 157 mengemukakan 34 bahwa tujuan dari hukuman adalah menghentikan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku dengan menggunakan metode yang memberikan efek jera baik secara biologis maupun psikologis. Hukuman akan membantu siswa menjadi lebih disiplin, karena jika siswa tidak disiplin ada sanksi atau hukuman yang harus diterima. Menurut Craig Maria J. Wantah, 2005: 161 menguraikan tentang cara- cara memberikan hukuman yang lebih efektif dan menghindari terjadinya dampak-dampak sampingan sebagai berikut. a. Hindarilah pemakaian teguran, omelan, ancaman, dan hukuman kata-kata lainnya, meskipun hal itu kemungkinan dapat dilakukan. b. Jika perlu menghukum, berilah hukuman yang tidak memberikan efek menyakitkan pada anak. c. Perhitungkanlah hubungan yang akan datang antara anak dan orangtua. Usahakan agar tidak terjebak dalam situasi-situasi konflik pribadi yang abadi yang menuntut penerapan hukuman yang semakin keras. d. Janganlah menuntut anak menaati aturan tingkah laku yang secara biologis tidak dapat dipenuhi oleh anak. e. Usahakan agar tidak menghukum anak karena dia gagal untuk melaksanakan tugas-tugas rutin. f. Perlembutlah hukuman dengan rasa belas kasihan. Pada saat-saat tertentu berikan ungkapan-ungkapan kasih sayang pada anak meskipun ia telah melakukan kesalahan. g. Pendidik harus menyadari bahwa untuk meminta anak bertingkah laku dengan baik membutuhkan waktu yang lama, serta menuntut kesabaran dan keluwesan. Hukuman harus sesuai dengan perkembangan dan harus dilakukan secara adil, kalau tidak dapat menimbulkan kebencian anak Elizabeth B. Hurlock, 1980: 166. Hukuman yang diberikan harus bisa memotivasi anak siswa untuk bisa menyesuaikan diri dengan cara menghindari 35 perilaku yang tidak diterima oleh dilingkungannya, dan dengan hukuman juga membuat anak tidak mengulangi kesalahan yang telah dibuatnya.

4. Penghargaan

Penghargaan dapat mendorong orang lebih termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hukuman Maria J. Wantah, 2005: 164. Penghargaan adalah cara yang bisa dilakukan dalam menunjukkan kepada siswa ketika siswa telah melakukan tindakan yang baik. Penghargaan yang diberikan kepada siswa tidak harus berupa benda, penghargaan bisa diberikan melalui pujian pada siswa. Melalui penghargaan dapat membuat siswa untuk lebih termotivasi melakukan tindakan yang baik dan mempertahankan tindakan tersebut. Karena ketika siswa mendapat penghargaan, siswa pasti akan merasa senang dan akan melakukan tindakan-tindakan yang baik supaya ia bisa mendapatkan penghargaan tersebut. Penghargaan menunjukkan kepada siswa bahwa perilaku atau tindakan yang dilakukan itu baik.

5. Konsistensi

Saat menerapkan kedisiplinan maka konsistensi harus tetap dipertahankan. Menurut Elizabeth B. Hurlock 1978: 91 konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Disiplin yang baik harus selalu konsisten, apa yang benar hari ini, maka besoknya juga harus tetap benar dan begitu untuk seterusnya. Perbuatan yang salah harus mendapat hukuman yang sama bila perbuatan itu setiap kali diulang, dan perbuatan 36 yang benar juga harus mendapat ganjaran yang sama Elizabeth B. Hurlock, 1980: 166. Menerapkan kedisiplinan pada siswa, maka tidak hanya dengan memberikan informasi tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, akan tetapi juga melalui pengalaman yang dialami oleh siswa itu sendiri. Pada lingkungan sekolah, yang paling dekat dengan siswa yaitu guru, maka guru juga harus memberikan contoh kedisiplinan yang baik. Karena siswa cenderung akan mengikuti apa yang dilakukan oleh gurunya, sehingga apabila gurunya memberikan contoh yang baik, seperti menaati peraturan sekolah dan selalu datang tepat waktu, maka siswa akan melakukan hal sama yang dilakukan oleh gurunya. Agar siswa dapat menunjukkan tingkah laku yang baik seperti yang dikatakan oleh Anonimous dalam Maria J. Wantah, 2005: 214-215 maka guru seyogyanya mempertimbangkan hal-hal berikut. 1. Memperkuat sikap yang baik dengan memberikan pujian. 2. Memberikan pilihan secara bebas kepada anak. 3. Menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan. 4. Membuat suatu sistem penghargaan hadiah untuk mendorong sikap yang baik. 5. Konsisten terhadap metode disiplin yang digunakan dan dalam menghukum anak. 6. Menyiapkan pemikiran kedepan tentang apa yang akan dilakukan dan membantu anak memahami konsistensi dari sikapnya. 7. Buatlah batasan-batasan yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak. 8. Jangan memberikan pilihan dalam situasi dimana anak harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan. 9. Belajar mengabaikan sikap-sikap yang kurang baik yang tidak penting. 10. Berilah hukuman atau penghargaan segera. Jangan berbantahan dengan anak tentang hukuman. 11. Hindari mengulangi perintah. 37 Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa siswa tidak mungkin melakukan kedisiplinan dengan sendirinya, sehingga sekolah harus ikut serta dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. Berkaitan dengan ini, menurut Syamsul Kurniawan 2013: 136-137 seorang guru harus mampu melakukan hal-hal berikut. 1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya. 2. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya karena peserta didik berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat. Guru merupakan model bagi para siswanya. Sebagai guru, orangtua, dan pemberi perhatian, kita harus ingat bahwa kita memiliki salah satu keistimewaan untuk memberi dampak pada kehidupan anak yang sedang tumbuh Khalsa, 2008: 222. Menerapkan disiplin kepada siswa membutuhkan upaya dan peranan sekolah. Meskipun peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa tidak mudah, namun hal tersebut sangatlah bermanfaat bagi siswa. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melaksanakan hal-hal sebagai berikut. a. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya. b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya. c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin Mulyasa, 2010:109. Ketika menerapkan kedisiplinan pada siswa yang perlu diperhatikan oleh sekolah adalah mendidik dengan positif dan bersikap jika sesekali siswa membangkang atau memberontak. Kedisiplinan tidak akan berhasil diterapkan dengan baik kepada siswa tanpa dimulai dari 38 sekolah yang juga baik, dan peranan dari sekolah kepala sekolah dan guru dalam menerapkan kedisiplinan pada siswanya. Ketika menerapkan kedisiplinan, sekolah juga harus memberikan contoh tentang kedisiplinan yang baik pada siswa supaya siswa tidak hanya tau tentang teori mana yang baik dan mana yang tidak baik, namun siswa juga dapat mengetahui bagaimana melakukannya sehingga siswa bisa menerapkannya dalam kehidupan.

E. Kerangka Pikir