PROBLEMATIKA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI KELAS IV SD PUJOKUSUMAN 1 KOTA YOGYAKARTA.

(1)

i

PROBLEMATIKA GURU EDAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI KELAS IV SD NEGERI

PUJOKUSUMAN 1 KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

DiajukankepadaFakultasIlmuPendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Muzdhalifah NIM 11108249012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Sesungguhnya ALLAH sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-NYA kepada sesuatu kaum itu merubah apa yang ada pada diri


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan pada:

1. Ayah Sabri Ridha dan IbuYuliana yang telah memberikan inspirasi hidup yang begitu luar biasa, bimbingan,Do’a,semangat, motivasi sertakasih sayang yang berlimpah.

2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.


(7)

vii

PROBLEMATIKA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI KELAS IV SD PUJOKUSUMAN 1

KOTA YOGYAKARTA Oleh

Muzdhalifah NIM 11108249012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013, 2) hambatan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kurikulum 2013, 3) hambatan yang dihadapi siswa dalam menerima pembelajaran berbasis kurikulum 2013 di kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian guru dan siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, analisis dokumentasi. Proses analisis data mulai dari menelaah seluruh data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengadakan reduksi data, menyajikan data, kedalam tabel dan verifikasi untuk mengambil kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan trianggulasi teknik dan trianggulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesulitan yang dialami oleh guru adalah: 1) mengembangkan materi tematik integratif, 2) waktu kurang efektif dalam menerapkan saintifik, 3) penilaian authentik yang terlalu banyak mendeskripsikan hasil, dan 4) guru masih kesulitan menggunakan internet dalam mengembangkan pembelajaran. Sedangkan problem yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah: 1) Pembelajaran tematik integratif yang lebih banyak menggunakan metode ceramah, 2) kesulitan dalam melaksanakan tahapan-tahapan saintifik, dan 3) siswa kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Kata Kunci : problematika, kurikulum 2013,SD


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran ALLAH SWT, atas karunia berkata dan limpahan serta rahmatNYA, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“ PROBLEMATIKA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI KELAS IV SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1”.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sedalam dalamnya kepada Bapak/Ibu di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang sudah memfasilitasi selama menempuh studi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan sarana yang mendukung kegiatan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Suyatinah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran serta masukan untuk kesempurnaan skripsi ini dengan tulus ikhlas penuh kebijaksanaan dan kesabaran.

4. Bapak Drs. Suparlan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah berkenan memberikan bimbingan serta motivasi selama perkuliahan.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 11

C.Fokus Penelitian ... 11

D.Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12


(11)

xi BAB II KAJIAN TEORI

A.Kajian Tentang Empat Pilar Kurikulum 2013 ... 13

1. Pembelajaran Tematik Integratif ... 13

a. Manfaat Pembelajaran Tematik Integratif ... 16

b. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu ... 16

c. Peran Guru dalam Pembelajaran tematik Integratif ... 18

d. Implikasi Tetamtik Integratif bagi Siswa ... 19

2. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 19

a. Karakteristik Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode saintifik ... 20

b. Tujuan pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik ... 21

c. Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Menggunakan Pengertian Pendekatan Saintifik Penilaian Authentik ... 22

3. Penilaian Authentik ... 24

a. Tujuan Penilaian... 24

b. Proses dan Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian ... 30

c. Proses pembelajaran Sebagai Objek penilaian ... 31

d. Pemanfaatan Hasil penilaian ... 32

e. Pemanfaatan Hasil Penilaian ... 33

4. Pemanfaatan IT ... 34

B.Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 36

1. Tematik Integratif ... 36

2. Pendekatan Saintifik ... 37

3. Penilaian Otentik ... 37

a. Penilaian Sikap ... 37

b. Penilaian Pengetahuan ... 38

c. Penilaian Keterampilan... 38

4. Pemanfaatan IT ... 39


(12)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian ... 42

B.Subjek Penelitian ... 43

C.Waktu dan Tempat penelitian ... 43

D.Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Wawancara ... 44

2. Observasi ... 44

3. Dokumentasi ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 45

1. Pedoman Observasi ... 46

2. Pedoman Wawancara... 49

3. Dokumentasi ... 52

F. Teknik Analisis Data ... 52

1. Data reduction (Reduksi Data) ... 53

2. Data Display (Penyajian Data) ... 53

3. Conclusion Drawing /Verification (PenarikanKesimpulan) ... 54

G.Keabsahan Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 55

1. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Integratif... 55

2. Pendekatan Saintifik ... 57

3. Penilaian Authentik ... 59

4. Pemanfaatan IT ... 61

B.Pembahasan hasil penelitian ... 63

1. Pembelajaran Tematik Integratif ... 63

2. Pendekatan Saintifik ... 64

3. Penilaian Saintifik ... 67


(13)

xiii

C.Pemecahan masalah terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013

Menggunakan tematik, saintifik, authentic dan pemanfaatan IT ... 70

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 72

B.Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Komponen Dalam Analisis Data (intactive model)... 53

Gambar 2. Kegiatan rutin siswa sebelum memulai pelajaran ... 89

Gambar 3. Kegiatan berdo’a sebelum memulai pelajaran ... 89

Gambar 4. Guru menggambargaris paralel untuk diamati ... 89

Gambar 5. Siswa mengamati garis paralel ... 89

Gambar 6. Guru menyuruh siswa untuk mencoba menggambar garis Parallel bertemu dan tidak bertemu ... 90

Gambar 7. Siswa melakukan kegiatan diskusi ... 90

Gambar 8. Guru memberikan selembar kertas kepada siswa ... 90

Gambar 9. Hasil keterampilan siswa dari tanah liat ... 91

Gambar 10 . Siswa membacakan hasil karangan di depan kelas ... 91

Gambar 11. Guru memberikan materi pelajaran ... 91

Gambar 12. Hasil karya menggambar siswa ... 92

Gambar 13. Proses kegiatan siswa melakukan percobaan Membuat boneka ... 92

Gambar 14. Hasil kegiatan siswa membuat boneka... 92


(15)

xv DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Dengan Guru ... 46

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Dengan Siswa ... 48

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dengan Guru ... 49


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Lembar Pertanyaan Wawancara dengan

Guru ... 77 Lampiran 2. Lembar Pertanyaan Wawancara dengan

Siswa ... 79 Lampiran 3. Lembar Observasi dengan

Guru ... 81 Lampiran 4. Lembar Observasi dengan

Siswa ... 84 Lampiran 5. Lembar Data Awal (Foto, RekamanSuara dan Video)

Dan catatan Lapangan ... 87 Lampiran 6. Penyajian Data observasi guru dalam

Pembelajaran ... 102 Lampiran 7. Penyajian Data observasi siswa dalam

Pembelajaran ... 114 Lampiran 8. Penyajian Data wawancara guru dalam

pembelajaran ... 131 Lampiran 9. Penyajian Data wawancara siswa dalam

Pembelajaran ... 137 Lampiran 10. Penyajian Data dan kesimpulan guru dalam

pembelajaran ... 145 Lampiran 11. Penyajian Data dan kesimpulan siswa dalam

Pembelajaran ... 154 Lampiran 12. Kesimpulan dan verifikasi Data Observasi,


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan kurikulum yang sering mengalami perubahan, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan , isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurukulum 2013 yang diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi itu.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 mengatakan dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah.Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.


(18)

2

Pemerintah juga telah melakukan upaya penyempurnaan sistem pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak (Software) maupun perangkat keras (Hardware). Upaya tersebut, antar lain dengan dikeluarkan Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional pada tahun 2003, dan peraturan pemerintan No. 19 Tahun 2005 Tentang standar Nasional Pendidikan (SNP), yang telah dilakukan penataan kembali dalam peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013. Dalam hal ini, visi, misi dan strategi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat provinsi dan kabupaten kota harus dapat mempertimbangkan dengan bijaksana kondisi nyata oragaisasi maupun lingkungannya, dan harus mendukung visi dan misi pendidikan nasional, serta harus mampu memelihara garis kebijaksanaan dari biokrasi yang lebih tinggi.

Kurikulum dan pembelajaran, merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara afektif.

Menurut Oemar Hamalik (2013: 231) mengatakan guru merupakan peran pertama atau sebagai titik sentral, yaitu sebagai ujung tombank dolapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan professional dan kepribadian guru. Dikarenakan pengembangkan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di


(19)

3

kelasnya. Orang tua merupakan peran kedua sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagaian orang tua siswa saja yang dilibatkan, yaitu mereka yang mempunyai latar belakang memadai, peranan mereka lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum, saat diperlukan adanya kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan orang tua siswa. peran ketiga yaitu siswa. Dalam meningkatkan kualitas siswa, para Pembina kurikulum (dalam kedudukannya sebagai guru) hendaknya tidak melepaskan diri dalam tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing. Sehingga partisipasi siswa tersebut tidak lepas dari bimbingan guru. misalnya memberikan motivasi dalam belajar, dan dorongan untuk mengeluarkan pendapat.

Menurut Ahmad Yani (2014: 54), kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter. Minset ini yang disadari sejak awal sebelum memahami teknis pelaksanaan Kurikulum 2013. Jika tidak ada landasan ini, maka kita akan merasa terbebani oleh banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan. Pekerjaan yang akan banyak menyita waktu adalah mengumpulkan nilai peserta didik di setiap mata pelajaran dari aspek sikap dan keterampilan karena tidak lagi berbentuk nilai angka tetapi berbentuk uraian (kualitatif). Sedangkan menurut M. Fadlillah (2014: 16) kurikulumadalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Hanya saja menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan


(20)

4

soft skillshard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap , keterampilan dan pengetahuan.

Peningkatan kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013 adalah pembinaan atau peningkatan kompetensi guru kelas dan guru bidang studi secara berkelanjutan. Telah banyak program untuk membina kompetensi guru yaitu melalui pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Bentuknya melalui pendidikan, pelatihan, dan kegiatan incidental seperti seminar dan lesson study. Pembinaan karier meliputi penugasan dan promosi. Aktivitas pengembangan profesi guru yang bersifat terus-menerus dikenal dengan pengembangan professional berkelanjutan (PPB) atau Continuing Professional Development (CPD). Dalam implementasi kurikulum 2013 peran guru sangat penting dalam menerapkan empat pilar yaitu: 1) pembelajaran tematik integratif, 2) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, 3) penilaian otentik, dan 4) pemanfaatan IT.

Menurut M. Hosnan (2014: 34) pembelajaran dengan menggunakan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, dengan menggunakan tahapan-tahapan mengamati (untuk megidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang


(21)

5

ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Fahrul Usmi (2014) mengemukakan, bahwa saintifik berasal dari bahasa inggris yang berarti ilmiah, yaitu bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan. Mengacu pada Permendikbud No. 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum dijelaskan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi: 1) mengamati menggunakan kebermaknaan proses pembelajaran dengan menyajikan obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah dalam pelaksanaannya, 2) guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat guru dan siswa bertanya jawab pada ssat itu pulalah guru membimbing dan mendu peserta didiknya dengan baik, dan dapat mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajara yang baik, 3) menalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan dan mengharuskan guru dan siswa aktif, 4) mencoba adalah hasil belajar yang nyata atau otentik,


(22)

6

peserta didik harus melakukan percobaan, terutama untuk materi dan substansi yang terkait, dan 5) jejaring pembelajaran/kolaboratif adalah guru dan siswa mengkomunikasikan hasil bersama, untuk mencapai tujuan pelajaran bersama.

Menurut Kokom Komalasari (2013: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata.

Yasri (2014) mengemukakan, bahwa penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari: 1) penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat oleh peserta didik dan jurnal, 2) penilaian pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan, 3) penilaian keterampilan melalui penilaian kerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan penialaian portofolio.


(23)

7

Menurut Daryanto (2014: 31) pembelajaran tematik integratif merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi dasar dan indikator dari kurikulum atau standar isi dari beberapa matapelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.Sedangkan menurut Sa’dun Akbar (2013: 69), di dalam buku (Daryanto, 2014: 31), mengemukakan bahwa pembelajaran tematik adalah sistem pembelajaran yang memungkin siswa baik secara individual/kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep/prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik melalui tema tertentu.

Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 17 November 2014 di SD negeri Pujokusman 1, guru sudah menggunakan tematik integratif dalam pembelajaran, terbukti ketika dilakukan wawancara, guru sudah menggunakan tematik integratif dalam memadukan beberapa pembelajaran, dan didukung oleh buku, Rpp, silabus yang digunakan guru dalam pembelajaran. selain itu, siswa juga sudah dapat mengikuti pembelajaran terpadu dengan melihat keaktifan, semangat siswa untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik sudah diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, tetapi guru masih mengalami kesulitan dalam penggunaan waktu yang terlalu sedikit dalam menerapkannya. Sedangkan siswa, sangat senang mengikuti pembelajaran dikarenakan guru banyak melakukan kegiatan praktek kepada siswa. berdasarkan hasil observasi penilaian otentik, guru sudah menggunakannya


(24)

8

dalam menilai hasil belajar siswa. Selain itu, siswa juga sudah diberikan penilaian ketika selesai mengerjakan tugas dari guru. Hasil observasi pemanfaatan IT kepada guru, belum menggunakan LCD atau internet dalam pembelajaran. Sedangkan siswa, sudah menggunakan internet dalam pembelajaran.

Hasil Observasi diatas didukung dengan wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 November 2014 di SDN Pujokusuman 1, guru sudah menerapkan saintifik dalam pembelajaran. Tetapi, guru masih mengalami kendala dalam menerapkan saintifik, kendalanya adalah guru dalam pembelajaran masih terbatas ke aktifan dan kreatifnya, sehingga masih sulit untuk menggunakan 5M yaitu: 1)mengamati, 2)mencoba, 3)menalar, 4)menanya, dan 5)mengkomunikasikan. Guru sudah menerapkan penilaian otentik kepada hasil belajar siswa. Namun, guru masih memiliki kendala dalam menggunakannya,dikarenakan penilaian dengan menggunakan autentik tidak hanya dengan angka saja, tetapi guru juga harus menjelaskan tentang perilaku anak sehari-hari, mulai dari penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa. Selain itu dalam memanfaatkan IT, sebagian guru sudah bisa dalam memanfaatkannya, akan tetapi masih ada guru yang tidak bisa menggunakan IT, Sehingga wawasan peserta didik tidak berkembang.

Karakteristik masalah yang terjadi ketika observasi dan wawancara dilakukan adalah pertama Siswa merasa bosan apabila guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran terutama pembelajaran


(25)

9

mengenai sejarah-sejarah Indonesia. kedua dalam penerapan saintifik, guru mengalami kendala dengan waktu yang tidak cukup dalam penerapannya. Ketiga uru dalam penilaian otentik mengalami kesulitan dalam menggunakannya, dikarena guru harus melakukan penilaian kepada siswa per individu, sedangkan guru harus menyelesaikan satu pembelajaran dalam satu hari. Keempat guru belum bisa mengaplikasikan internet dalam mengembangkan pembelajaran, dikarenakan guru tidak bisa menggunakan komputer.

Sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui LPMP (lembaga penjaminan mutu pendidikan) kepada seluruh guru dirasa masih kurang.Fasilitator dalam sosialisasi juga masih kebingungan terhadap kurikulum 2013 ketika ditanya.Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru masih bingung dengan materi kurikulum 2013 yang sedikit dan mengharuskan guru mencari sumber lain untuk mengajar.

Siswa dituntut untuk mandiri dan mencari tahu jawabannya.Selain itu, sistem penilaian pada kurikulum 2013 dikeluhkan para guru karena dianggap lebih rumit dan sangat membingungkan para guru. Sistem penilaian kurukulum 2013 tidak hanya menilai dengan angka, tetapi guru harus mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran satu persatu. Hal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang hanya memberikan angka tanpa mendeskripsikan alasannya, guru yang sudah lama menerapkan kurikulum KTSP mengalami kesulitan dalam melaksanakan kurikulum


(26)

10

2013.Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif ketika pembelajaran.Tetapi, dalam menggunakan IT guru mengalami kesulitan dan bahkan tidak tahu dalam menggunakan IT.Sehingga pembelajaran tidak menambah wawasan peserta didik.

Guru mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013. Hal ini di karenakan adanya penerapan dengan menggunakan 4 pilar yang harus dilakukan oleh guru, yaitu : a) penerapan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Saintifik yang menekankan lima aspek penting yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan, serta guru di wajibkan menggunakan kelima aspek tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran, b)pendekatan autentik yang terbagi atas penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan, dalam penilaian guru tidak hanya memberikan dengan skor angka, tetapi guru harus menyertakan penjelasan tentatang kemampuan siswa, c) pendekatan tematik integratif yang menggabungkan seluruh mata pelajaran yang menuntut guru untuk mencari bahan ajar tambahan, karena materi ajar di buku kurikulum 2013 tidak lengkap d) pemanfaatan IT yang menuntut guru harus bisa menguasai IT, sementara masih banyak guru yang belum bisa dalam menggunakan IT.


(27)

11 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut.

1. Siswa dalam pembelajaran merasa bosan apabila guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

2. Guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik terkendala dengan waktu.

3. Guru mengalami kesulitan dalam membuat penilaian otentik (sikap, pengetahuan dan keterampilan) kepada siswa.

4. Guru belum bisa memanfaatkan internet dalam pembelajaran. C. FokusPenelitian

Mengingat banyaknya permasalahan yang tidak mungkin semua diteliti karena keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penelitian ini hanya dibatasi pada problematika guru dan siswa dalam pembelajaran berbasis kurikulum 2013 dikelas IV SD Negeri Pujokusuman 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang muncul pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimanakah problem guru dan siswa dalam pembelajaran berbasis kurikulum 2013 di kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1 Kota Yogyakarta serta kendala-kendala yang terjadi ?


(28)

12 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Memberi masukan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Pasal 3 Tahun 2003 Sikdinas.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru untuk lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menerapkan empat pilar (Tematik, Saintifik, Otentik dan IT).

b. Bagi Siswa

Memberikan pemahaman kepada siswa cara mengatasi kesulitan dalam mengerjakan tugas dengan menggunakan Kurikulum 2013.


(29)

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Empat Pilar Kurikulum 2013 1. Pembelajaran Tematik integratif

Menurut Abdul Majid (2014: 80), pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik ,erupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan holistic, bermakna, dan otentik.

Pelaksanaan pembelajaran terpadu dalah kegiatan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pembelajaran adalah proses komunikasi antar siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. sesuai dengan model yang dikembangkan yaitu model pembelajaran terpadu, maka proses pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dan mencerminkan pembelajaran secara terpadu (integrasi). Adapun langkah umum yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran terpadu meliputi 3 tahap kegiatan yaitu: a) kegiatan awal, b) kegiatan inti, dan c) kegiatan akhir.


(30)

14 a. Kegiatan awal

Kegiatan awal pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi siap belajar pada siswa. kesiapan tersebut baik dari segi perhatian, motivasi, fisik, mental maupun sosial dan emosionalnya agar tertuju pada aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Kegiatan inti

Kegiatan inti merupakan suatu kegiatan yang paling pentingdalam suatui proses pembelajaran, dimana seorang pendidik sebaiknya memahami dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapinya dalam suatu proses pembelajaran, sehingga informasi dapat diserap dengan baik oleh peserta didik.

c. Kegiatan akhir

Kegiatan akhir merupakan kegiatan untuk mengakhiri pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk menyimpulkan atau memberi penguatan dengan tujuan memusatkan perhatian siswa, merangkum persoalan yang baru dibahas, mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal pokok dalam pembelajaran, mengorganisasikan semua kegiatan yang telah dipelajari siswa menjadi satu kebulatan yang bermakna, melakukan unjuk kerja sesuai dengan proses dan pengalaman belajar peserta didik, dan melakukan kegiatan evaluasi.


(31)

15

Menurut Daryanto (2014: 3), pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. keuntungan dari pembelajaran tematik sebagai berikut.

1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

2. Siswa mamapu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, Pemahaman terhadap materi pembelajaran lebih mendalam dan berkesan, dan kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

3. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

4. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

5. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tematik integratif adalah pembelajaran yang memadukan beberapa pembelajaran seperti IPA, IPS, Matematika, PKN, SBDB, dan Bahasa Indonesia yang dikemas menjadi satu tema.


(32)

16

a. Manfaat Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Tim Paskur (Daryanto, 2104: 33) mengatakan ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut.

1. Banyak materi-materi yang tertuang dari beberapa mapel mempunyai keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan utuh. 2. Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa maple

dikemas dalam satu tema yang sama.

3. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi beberapa mapel dalam tema yang sama.

4. Pembelajaran Tematik Integratif melatih peserta didik untuk semakin banyak membuat hubungan beberapa maple, sehingga mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep.

5. Menghemat waktu karena beberapa maple dikemas dalam satu tema dan disajikan secara terpadu dalam lokasi pertemuan-pertemuan yang direncanakan.

b. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu 1. Kelebihan

a) Meteri pembelajaran lebih dekat dengan kehidupan anak sehingga dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.


(33)

17

b) Siswa dengan mudah mengaitkan hubungan materi pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.

c) Dengan kerja kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.

d) Pembelajaran terpadumengakomodir jenis kecerdasan siswa.

e) Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.

2. Kekurangan

a) Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.

b) Peserta didik dituntut kemampuan belajar peserta didik yang relative “baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan mengurai, kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).

c) Sarana dan prasarana diperlukan sebagai bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.


(34)

18

d) Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi).

e) Penilaian, pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajara peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. f) Pembelajaran terpadu berkecendungan mengutamakan salah satu

bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajar sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru tersebut.

c. Peran Guru Dalam pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Abdul Majid (2014: 183) mengatakan guru merupakan suatu pekerjaan yang professional. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, selain harus memenuhi syarat-syarat kedewasaan, sehat jasmani dan rohani, guru harus memiliki ilmu dan kecakapan-kecakapan keguruan. Agar mampu menyampaikan ilmu pengetahuan atau bidang studi yang diajarkannya ia harus menguasai ilmu atau bidang studi yang diajarkannya, terutama bagi guru sekolah dasar yang berperan sebagai wali kelas dan memegang beberapa mata pelajaran. Karena itulah ia harus menguasai ilmu atau bidang tersebut secaramendalam dan meluas.


(35)

19

Untuk dapat menyajikan dan menyampaikan materi pengetahuan atau bidang studi dengan tepat, guru juga dituntut menguasai strategi serta metode mengajar dengan baik. Ia diharapkan dapat mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan dan menilai dan menggunakan model-model interaksi belajar mengajar yang tepat.

d. Implikasi Tematik Integratif Bagi Siswa

Siswa sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran tematik integratif harus dikondisikan dengan baik dan harus siap mengikuti pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil, ataupun klasik. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.

2. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik

Menurut M. Hosnan (2014: 34), pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran ya ng dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hokum atau prinsip-prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hokum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan


(36)

20

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklafikasi, mengukur, meramalkan menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah yang menerapkan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan, sehingga siswa dapat menemukan jawaban dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan dalam pembelajaran.

a. Karakteristik Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Saintifik 1. Berpusat kepada siswa.

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.


(37)

21

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

b. Tujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Menurut daryanto (2014: 54) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.


(38)

22

c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik.

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Meliputi: menggali informasi melalui observasing/pengamatan, quentioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan.

1. Mengamati

Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah pada langkah pembelajaran mengamati/Observing. Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar.

2. Menanya

Langkah kedua pada pendekatan ilmiah /Scientific approach adalah questioning(menanya). Kegiatan belajaranya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual


(39)

23

sampai kepertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran bertanya.

3. Mengumpulkan informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber, dan sebagainya.

4. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/menalar

Langkah berikutnya pada saintific approach adalah associating (menalar/mengolah informasi). Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal


(40)

24

dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meskipun penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

5. Mengkomunikasikan/Membentuk jejaring

Langkah kelima pada scientificapproachadalah networking(membentuk jejaring). Model networkedadalah model pembelajaran berupa kerja sama antar siswa dengan seorang ahli dalam mencari data., keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu darberbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang tua atau guruyang dianggap ahli olehnya. Siswa memperlua wawasan belajarnya sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

3. Penilaian Authentik a. Pengertian Authentik

Menurut Abdul Majid (2014: 2) penilaian authentik (authentic assessment) adalah proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai


(41)

25

akuntabilitas publik ( pusat kurikulum, 2009). Penilaian autentik dikembangkan karena penilaian tradisional yang selama ini digunakan mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan siswa secara holistik. Istilah penilaian autentik sering disejajarkan pengertiannya dengan performance assessment, alternative assessment, direct assessment, dan realistic assessment.

Penilaian autentik dinamakan penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja, karena dalam penilaian ini secara langsung mengukur performance(kinerja) actual (nyata) siswa dalam hal-hal terntu, siswa diminta melakukan tugas-tugas yang bermakna dengan menggunakan dunia nyata atau autentik tugas atau konteks. Penilaian autentik dikatakan penilaian karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari aplikasi bermakna pengetahuan dan keterampilan dalam konteks dunia nyata. Penilaian autentik juga dikatakan sebagai realistis assessment atau berhubungan dengan penerapan dalam kehidupan nyata.

Jenis-jenis penilaian autentik dalam rangka melaksanakan penilaian yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: 1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai, 2) fokus penilaian akan dilakukan misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, dan 3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.


(42)

26

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

1. Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubric, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinabungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penialain diri.

c. Penilaian antar peserta didik merupakan penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpesertadidik.


(43)

27

d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2. Penilaian kompetensi pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat benar salah, menjodohklan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertnayaan.

c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan /atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3. Penilaian kompetensi keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Menurut Ahmad Yani (2014: 145), penilaian otentik adalah penilaian yang nyata dan dibuktikan dengan kinerja dan atau hasil-hasil yang telah dibuat oleh peserta didik. Untuk memperoleh hasil penilaian otentik dibutuhkan proses pengumpulan data selengkap mungkin sehingga


(44)

28

memberikan gambaran perkembangan dan hasil belajar peserta didik. Manfaat penilaian otentik sifatnya berkelanjutan sejak peserta didik mulai sampai akhir pembelajaran. fungsinya tidak untuk menghakimi peserta didik tetapi memberikan informasi perkembangan dari waktu ke waktu sehingga sejak dini peserta didik dapat dibina untuk mencapai tujuan pembelajaran.

penilaian otentik sudah dikenalsejak kurikulum 2006 terutama ketika membahas tentang model pembelajaran contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan arti penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Hal yang paling menonjol dan berbeda dengan system penilaian dari kurikulum sebelumnya adalah bahwa adanya penilaian diri yang merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan criteria yang telah ditetapkan. Selain itu, memperkuat penilaian berbasisi portofolio yaitu penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/ atau kelompok didalam dan/ atau di luar kelas khususnya pada sikap/ perilaku dan keterampilan.

Secara teori, penilaian otentik bertumpu pada dua jenis penilaian pokok yaitu penilaian kinerja (performance assessment) dan penilaian portofolio. Untuk melaksanakan perangkat penilaian kinerja perlu dua perangkat lainnya


(45)

29

yaitu daftar tugas (task) dan rubrik. Daftar tugas berisi sejumlah tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik atau dijadikan daftar observasi terhadap perubahan sikap peserta didik. Hal ini sesuai dengan hakikat penilaian peserta didik dalam menerapkan semua kompetensi (spiritual, sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Sedangkan perangkat kedua adalah rubrik yang berisi pedoman atau criteria penilaian yang di dalamnya ditetapkan standar-standar tertentu untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus diketahui atau dikuasai oleh peserta didik.

Adapun jenis penilaian lainnya dari penilaian otentik adalah penilaian portofolio. Penilaian jenis ini merupakan kegiatan penilian terhadap kumpulan hasil kerja peserta didik. Syarat portofolio yang dapat dinilai adalah yang dapat dinilai adalah yang dapat dijadikan bukti bahwa yang bersangkutan menunjukkan usaha terntentu, menunjukkan perkembangan dan kecakapan dalam satu bidang atau lebih, representative, dan telah dikoleksi selama periode waktu tertentu. portofolio sangat baik digunakan dalam merefleksi prestasi dan perkembangan diri peserta didik, memberikan motivasi peserta didik untuk banyak terlibat dalam pembelajaran, serta dpat meningkatkan komunikasi antara guru, peserta didik, bahkan dengan orang tua peserta didik. Menurut Abdul Majid (2014: 2) pendidik atau guru merupakan salah satu unsur penting dalam mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi sekaligus sebagai pelaksana. Oleh karenanya menilai dan evaluasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pada aspek pedagogik.


(46)

30 b. Tujuan Penilaian

1. Dengan melakukan penilaian pendidik dapat mengethaui seberap jauh siswa untuk mencapai tingkat kompetensi yang dpersyaratkan, baik selam mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung.

2. Saat melakukan penilaian pendidik bisa langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.

3. Dapat melakukan pemantauan secara terus menerus kemajuan peserta didik serta dapat mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.

4. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil belajar bisa digunakan sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.

5. Hasil belajar dapat menjadikan landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat digunakan pada materi tertentu dan mata pelajaran tertentu.

6. Hasil dari penilaian dapat memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan. komunikasi antar pendidik, orang tua, dan komite harus dijalin dan dilakukan terus-menerus.


(47)

31

c. Proses dan Hasil Belajar Sebagai Objek penilaian

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian authentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring dari pembelajaran.

Hasil penelitian authentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu hasil penilaian authentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar penilaian pendidikan. Oleh karenanya penilaian authentik dilakukan bukan hanya terhadap hasil belajar, tetapi juga terhadap proses pembelajaran.


(48)

32

d. Proses Pembelajaran Sebagai Objek Penilaian

Menurut Abdul Majid (2014: 23) salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui system penilaian. Sistem penilaian ini sangat berguna bagi kualitas hasil lulusan. Oleh karena itu, seorang pendidik harus mengetahui kriteria dan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan. Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak berorientasi pada hasil belajar dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang dan kalau memungkinkan dapat dilaksanakan secara simultan.

Penilaian terhadap proses pembelajaran dilakukan guru sebagai integral pengajaran itu sendiri. Artinya, penilaian tidak dapat terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Penilaian proses bertujuan menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program serta pelaksanaannya. Objek dan sasaran penilaian proses adalah komponen-komponen system pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses maupun dengan keluaran, dan semua dimensi. Penilaian proses dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitikberatkan sasaran penilaian pada tingkat efektivitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.


(49)

33

Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan terlaksanaan proses belajar mengajar. Penilaian proses belajar berkaitan dengan paradigm bahwa dalam kegiatan belajar utama terletak pada siswa, siswa yang secara dominan berkegiatan belajar mandiri dan guru hanya melakukan pembimbingan. Dalam konteks ini guru harus memantau berbagai kesukaran siswa dalam proses belajar setiap pertemuan. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar dilakukan ulangan harian, tengah semester, dan akhir semester. Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengethaui kegiatan belajar mengajar, terutama efisiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan pengajaran.

e. Pemanfaatan Hasil penilaian

Abdul Majid (2014: 285) Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang dapat digunakan anatar lain: 1) perbaikan (remedial) bagi perserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan dapat memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajar peserta sisik pada waktu yang tepat sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk, 2) pengayaan apabila mencapai criteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, 3) perbaikan program dan proses pembelajaran bagi guru misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai


(50)

34

kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum atau guru harus mengulang pemeblajaran dengan mengubah strategi dan memperbaiki pembelajaran, 4) pelaporan kepada hasil penilaian kepada kepala sekolah untuk menilai guru dan tingkat keberhasilan peserta didik, dan 5) penentuan kenaikan kelas.

4. Pemanfaatan IT

Menurut Ahmad yani (2014: 209), media dan sumber belajar di sekolah menjadi tuntutan pembelajaran, terutama pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, kebutuhan media dan sumber belajar sangat banyak. Stiap mata pelajaran memiliki kebutuhan media dan sumber belajar pada setiap materi pokok dan pada setiap materi pokok memiliki kebutuhan untuk setiap tahap kegiatan pembelajaran yaitu media dan sumber belajar untuk kegitan mengamati, menanya, mengeksplorasi/eksperimen, mengasosiasi, dan menyajikan. Dengan demikian, nampaknya sekolah perlu melakukan identifikasi, menyediakan, dan menajemen pengelolaan media dan sumber belajar.

Secara teoritis, media dapat dibagi atas tiga jenis saja yaitu pertama media penyaji (Multimedia, audio, film, Tv, proyeksi diam, audio dan visual diam dan grafis melalui proses gambar dan bersifat fotografis). Yang kedua media objek ( objek sebenarnya/alami dan buatan, objek pengganti/ replika, model/benda tiruan). Yang ketiga media interaktif (model praktik dan latihan (drill and practice, model tutorial, model permainan/games, model simulasi,


(51)

35

model penemuan, model pemecahan masalah/probem solving. Jika dilihat dari keragaman sumber belajar, setiap guru dapat mengidentifikasi dan menfaatkan sumber belajar yang ada baik yang telah dirancang maupun yang tinggal dimanfaatkan saja.

Pengembangan media dan sumber belajar dapat dilakukan oleh sekolah dengan cara menyediakan dan dan merencanakan produksi. Guru yang terlibat dalam tim pengembangan media sumber belajar, sebaiknya melakukan koordinasi dengan banyak pihak termasuk dunia usaha di bidang media dan sumber belajar. Pengembangan media sederhana dapat dirancang melalui tugas yang dibebankan kepada peserta didik. Hasil karya peserta didik dapat digunakan guru dalam pembelajaran.


(52)

36

B. Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

Permendikbud 81A Tahun 2013, (M. Fadlillah 2014: 179) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pun harus disetting sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi tujuan utama pembelajaran tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 mengacu kepada empat pilar yaitu: 1) pendekatan saintifik, 2) tematik, 3) authentik dan 4) pemanfaatan IT.

1. Tematik Integratif

Menurut Ahmad Yani (2014: 114) tematik adalah pembelajaran yang menggunkan “ nama-nama disiplin ilmu” sebagai nama mata pelajaran tetapi menggunkan tema-tema tertentu. tema tersebut merupakan pengait dari sejumlah pokok bahasan dalam mata pelajaran dan atau memadukan beberapa mata pelajaran. Filosofi pembelajaran tematik sebenarnya berbasis pada pembelajaran tentang kehidupan nyata, peserta didik didorong untuk memperoleh pengalaman langsung dan terlatih dalam


(53)

37

menemukan pengetahuan yang dipelarinya.Perserta didik tidak perlu dibingungkan dengan batas-batas disiplin dari setiap mata pelajaran. 2. Pendekatan saintifik

Menurut Ahmad Yani (2014: 121) model pembelajaran saintifik pada dasarnya memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan metode ilmiah secara mandiri. Dengan demikian, proses transfer pengetahuan dari guru ke peserta tidak melalui ceramah tetapi melalui fasilitasi untuk mengantarkan peserta didik menemukan pengetahuan. Secara konseptual, model pembelajaran saintifik memang dianggap lebih unggul daripada konsep eksplorasi, elaborasi, dan konformasi (EEK) karena model ini mendorong siswa untuk aktif mengamati, menanya, mencari data, menimpulkan dan mengkomunikasikan.

3. Penilaian Authentik

Menurut M. Fadlillah (2014: 211) authentik dalah penilaian yang dilakukan berdasarkan indicator-indikator pencapaian hasil belajar, baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Teknik dan instrumen penilaian terbagi menjadi tiga, yaitu: a) penilaian sikap, b) penilaian pengetahuan, dan c) penilaian keterampilan.

a. Penilaian sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation)


(54)

38

oleh peserta didik dan jurnal.Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (ratting scale) yang disertai rubric, sedangkan jurnal berupa catatan.

b. Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang berhubungan dengan kompetensi kognitif. Penilaian kompetensi ini dapat berupa tes tulis yang berupa soal pilihan ganda,isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan uraian, tes lisan berupa daftar pertanyaan, dan penugasan berupa pekerjaan rumah/ tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok .

c. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan merupakan penilaian yang berhubungan dengan kompetensi keterampilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.pendidik meilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.instrumen yang digunkan berupa daftar cek atau skala penilaian (rafting scale) yang dilengkapi dengan rubrik.


(55)

39 4. Pemanfaatan IT

Dalam menerapkan Kurikulum 2013 guru dituntut harus kreatif menggunakan IT untuk menunjang proses pelaksanaan kurikulum 2013, serta mengembangkan proses belajar mengajar. Terutama dalam menggunakan komputer, guru dituntut bukan hanya bisa menggunakan komputer, tetapi juga harus bisa menguasi aplikasi komputer.


(56)

40 C. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah guru mengalami kesulitan dalam membuat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Tematik?

2. Kendala apakah yang dialami guru dalam menerapkan penilaian otentik? 3. Apakah guru mengalami kesukaran dalam membuat penilaian

pengetahuan?

4. Apakah guru sudah membuat penilaian pengetahuan ?

5. Apakah guru sudah membuat penilaian sikap dalam pembelajaran?

6. Apakah guru sudah mennngunakan penilaian keterampilan dalam pembelajaran ?

7. Apakah guru mengalami kesukaran melakukan penilaian dalam pembelajaran menulis ( Bahasa Indonesia )?

8. Apakah guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik?

9. Apakah guru mengetahui tentang urutan Pendekatan Saintifik dalam pembelajaran?

10.Apakah guru sudah menggunakan IT dalam proses pembelajaran ?

11.Apakah siswa mengalami kesulitan mengikuti pengembangan materi yang dilakukan guru?

12.Apakah siswa mengalami kesulitan dalam melakukan tahapan-tahapan pendekatan saintifik?


(57)

41

13.Apakah semua siswa dapat mengikuti/melaksanakan penilaian yang akan dinilai guru?

14.Apakah siswa mengalami kesulitan menggunakan internet dalam mengembangkan pelajaran?


(58)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2007: 15) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Djam’an satori dan Aan Komariah (2011: 22) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa.Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena /gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.Penelitian kualitatif dapat didesain untuk memberikan sumbangannya terhadap teori, praktis, kebijakan, masalah-masalah sosial dan tindakan.

Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomen yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif


(59)

43

seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara, suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa Sekolah Dasar Negeri Pujokusman 1kota yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah Guru dan Siswa kelas IV SDN 1 Pujokusuman . penelitian ini dilakukan karena SD tersebut masih menggunakan Kurikulum 2013.

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan November hingga Februari 2015

2. Tempat penelitian

Sekolah Dasar Negeri Pujokusuman 1 , khususnya pada Guru dan Siswa kelas IV Pujokusuman 1 Yogyakarta.

D. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara.


(60)

44

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. 1. Wawancara

Lexy J Moleong (2013: 186), menjelakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur (Sugiyono 2012: 319). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur untuk pelaksanaan pengumpulan data karena jenis wawancara ini tergolong dalam kategori in-depth interview, yang dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, sehingga peneliti dapat menambah pertanyaan yang tidak ada pada pedoman wawancara agar dapat mengunkap pendapat dan ide-iden responden.

2. Observasi

Nasution (1988), (Sugiyono 2012: 310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.Para ilmuawan hanya dapat bekerja berdasarkan data.Para ilmuawan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan


(61)

45

berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2012: 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

E. Instrumen Penelitian

Emory, (1985), (Sugiyono 2007: 147) pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian.Namun demikian dalam skala yang paling rendah juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian.Karena pada dasarnya prinsip meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena


(62)

46

alam maupun sosial yang diamati.Secara spesifik semua fenomena disebut variable penelitian.

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dilakukan sebelum kegiatan observasi dulakukan agar tetap fokus dan tidak keluar dari konteks penelitian.Berikut ini pedoman kisi-kisi Observasi Guru dan Siswa.

Tabel 1.Kisi-kisi Pedoman Observasi problematika dalam Kurikulum 2013 pada Guru di SD 1 Penjokususman Kec.Margangsan Kota Madya Yogyakarta.

No Indikator Sub Indikator No Butir Jumlah

1.

Penggunaan Tema a. Pemilihan Tema. b. Penyajian Tema. c. Pemanfaatan Tema. d. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tematik.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 6 2. Pendekatan Saintifik a. Penggunaan Saintifik. b. Unsur-unsur pembelajaran Saintifik. c. Pelaksanaan saintifik

7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 8 Penilaian Authentik a. Pemahaman Authentik

15, 16, 17, 18, 19


(63)

47 3.

b. Penggunaan Authentik c. Penilaian

Pengetahuan. d. Penilaian

Keterampilan. e. Penilaian sikap 4. Pemanfaatan IT a. Memanfaatkan

IT. b. Memiliki

pengetahuan menggunakan internet. c. Menguasai

Aplikasi.

20, 21, 22, 23, 24, 25, 26


(64)

48

Tabel 2.Kisi-kisi pedoman Observasi Poblematika guru dan siswa Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 pada siswa di SD 1 Penjokusuman Kec.Margangsan Kota Madya Yogyakarta.

No Indikator Sub Indikator No Butir Skor 1. Pembelajaran

Tematik

a. Penggunaan tematik 1, 2, 3, 4, 5, 6 6

2.

Pembelajaran saintifik

a. kegiatan mengamati b. kegiatan menanya c. kegiatan menalar d. kegiatan mencoba e. kegiatan

mengkomunikasikan/je jaring

7, 8, 9, 10, 11,

5

3. Penilaian Authentik

a. Penilaian pengetahuan b. Penilaian keterampilan

12, 13, 14, 15, 16, 17

6

4. Pemanfaatan IT

a. Memanfaatkan komputer b. Menggunakan

Komputer

c. Menguasai aplikasi komputer

18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26


(65)

49 2. Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan kegiatan wawancara terlebih dahulu peneliti melakukan pedoman wawancara.Berikut ini kisi-kisi pedoman wawancara Gur dan siswa.

Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara Guru pelaksanaan kurikulum 2013 di SD Penjokusuman Kec. margangsan kota Madya Yogyakarta.

No Indikator Sub indicator No Butir Skor 1. Penggunaan

Tema

a.Penggunaan tematik b.Memadukan berbagai

mata pelajaran c.Menentukan tema

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

9

2. Pendekatan Saintifik

a.Penggunaan saintifik. b.Unsur-unsur saintifik. c.Mengamati.

d.Menanya. e.Menalar. f. Mencoba.

g.Mengkomunikasikan.

10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18

9

3. Penilaian Authentik

a. Penggunaan penilaian autentik

b. Penilaian pengetahuan

19, 20, 21, 22, 23


(66)

50

c. Penilaian keterampilan d. Pengetahuan sikap 4. Pemanfaatan IT a. pemanfaatannkomputer.

b. Menguasai aplikasi komputer

c. menggunakan internet.

24, 25, 26, 27


(67)

51

Tabel 4. Kisi-kisi Wawancara Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 di SD 1 Penjokusuman Kec.Margangsan Kota Madya Yogyakarta.

No Indikator Sub Indikator No Butir Skor 1. Pembelajaran

Tematik

a. Penggunaan tematik 1, 2, 3, 4, 5 5 b. Pembelajaran saintifik a. kegiatanmengamati. b. Kegiatan menanya c. Kegiatan menalar d. Kegiatan mencoba e. Kegiatan

mengkomunikasikan

6, 7, 8, 9, 10,

5

c. Penilaian Authentik

a. Penilaian pengetahuan b. Penilaian keterampilan

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17

7

d. Pemanfaatan IT a. Memanfaatkan Komputer

b. Menggunakan internet d. Menguasai

aplikasicomputer

18, 19, 20, 21, 22, 23


(68)

52 3. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk mendukung mempermudah peneliti untuk mengumpulkan informasi penelitian.Dalam penelitian ini instrumen dokumentasi di fokuskan pada pelaksanaan kurikulum 2013, yang terkait dengan pengunaan tema, pendekatan Saintifik, penilaian Authentik dan pemanfaatan IT sesuai dengan Instrumen Observasi dan Wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (1982), (Lexy J. Moleong 2013: 248) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuanyang dapat dikelola mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.Miles dan Huberman (1984), (Sugiyono 2012: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.


(69)

53

Aktivitas dalam analisis data, yaitu: 1)datareduction,2) data display dan 3) conclusion drawing/verification.Aktivitas analisis data digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interactive model)

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Data Colection

Data Display

Conclusions:=drawing /verifyng

Data reduction


(70)

54

Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing /Verification (Penarikan Kesimpulan)

Dalam penelitian kualitatif akan ditarik kesimpulan dari data atau bukti-bukti yang kuat dan mendukung dari lapangan selama penelitian berlangsung. G. Keabsahan Data

Sugiyono (2012: 366) menjelaskan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatatif meliputi uji, creadibility (validityas interbal), transferability (validitas eksternal), dependability (realibilitas), dan confirmability (obyektivitas).Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas.

Sugiyono (2012: 368) mengemukakan bahwa uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antar lain dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara antara lain yaitu dengan perpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check. Dalam pengujian kreadibilias penelitian ini, peneliti meggunakan trianggulasi . Menurut Lexy J. Moleong (2013: 330) menjelaskan trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu


(71)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung sejak bulan November hingga Februari 2015 dan pelaksanaan pengambilan data berlangsung selama empatbulan dimulai bulan November sampai Februari 2015. Adapun hasil dari data ini adalah sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran Tematik Integratif

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru S, Sw, Nw dan H tentang pelaksanaan tematik integratif dalam pembelajaran, guru sudah menggunakan tematik integratif dalam memadukan beberapa mata pembelajaran. Namun, guru masih mengalami kesulitan dalam menerapkan tematik integratif dikarenakan materi yang ada dibuku guru terlalu sempit dan harus dikembangkan lagi. Sedangkan guru tidak bisa mengaplikasikan internet dalam mengembangkan materi ajar, dan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.Sehingga adanya keterbatasan guru menjadi sumber masalah bagi siswa dalam memahami pembelajaran dengan menghadapi karakteristik siswa yang berbeda-beda. Akan tetapi, dengan adanya pembelajaran tematik integratif kedekatan antara guru dan siswa sangat erat. Sehingga siswa tidak merasa takut untuk bertanya.


(72)

56

Hasil observasi yang dilakukan selama 8 kali pengamatan tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara. Guru sudah melaksanakan tematik integratif yang memadukan beberapa pembelajaran dalam satu tema. Namun, selama pengamatan belum pernah melihat guru mengembangkan materi ajar dengan menggunakan internet ataupun LCD, dikarenakan guru yang sudah keterbatasan guru dalam menggunakan serta guru yang sudah lanjut usia.

Hasil wawancara kepada siswa L, Ary, Dta, Aar, A, Ept, H, dan Syp pembelajaran dengan menggunakan tematik integratif sangat menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran. selain itu siswa tidak banyak membawa buku dan menulis. Namun, apabila guru dalam pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah siswa tanpak lesu, tidak memahami pembelajaran dengan baik dan tidak bersemangat. Hal ini dikarenakan guru tidak menggunakan media untuk menarik perhatian siswa, sehingga siswa merasa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah sangat membosankan. Menurut siswa ketika pembelajaran IPS yang membahas tentang peninggalan sejarah, guru tidak menggunakan media dalam memberikan contoh peninggalan-peninggalan sejarah,siswa tidak dapat memahaminya. Dikarenakan siswa ingin mengetahui bagaiman bentuk dari peninggaln-peninggalan sejarah.


(73)

57

Hal ini didukung dengan hasil observasi yang dilakukan dikelas IVA, IVB, IVC, dan IVD apabila guru banyak menggunakan metode ceramah siswa tanpak bosan, lesu dan sibuk bermain dengan temannya. Hal ini dikarenakan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat pendukung lain seperti media. Akan tetapi, apabila guru menggunakan media dalam pembelajaran, siswa tanpak penasaran dan bertanya-tanya tentang pembelajaran saat itu. Sehingga dengan rasa penasaran siswa tersebut, pembelajaran terlihat aktif dan menyenangkan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menerapkan tematik integratif kepada siswa dikarenakan keterbatasan guru dalam mengembangkan pembelajaran menggunakan internet. Siswa juga masih mengelami kesulitan dalam pembelajaran tematik integratif apabila guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.

2. Pendekatan Saintifik

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru S, Sw, Nw dan H sudah dapat menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Namun, guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakannya, dikarenakan waktu yang tidak cukup dan guru harus menyelesaikan satu pembelajaran dalam sehari. Sedangkan guru, harus melanjutkan kepembelajaran berikutnya dan melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa, keseharian siswa secara bersamaan. Sehingga guru dalam penerapan saintifik tidak dapat


(74)

58

sepenuhnya dapat menjalankan. Terutama, apabila guru meminta siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengerjakan tugas, terlalu banyak menyita waktu, dan terkadang guru hanya meminta siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi tanpa mempersentasikannya.Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang peneliti lakukan selama delapan kali pengamatan yang menunjukkan, bahwa guru mengalami kesulitan dalam menerapkan saintifik. Dikarenakan keterbatas kreatifitas guru yang sudah lanjut usia, sehingga dalam penerapan saintifik guru masih mengalami kesulitan.

Hasil wawancara dan observasi diperkuat lagi dengan dokumentasi berupa gambar yang memperlihatkan guru meminta siswa untuk berdiskusi kelompok, tetapi guru tidak meminta siswa untuk mempersentasikannya. Dikarenakan waktu untuk mempersentasikan hasil diskusi siswa tidak cukup, dan guru hanya meminta siswa untuk mengumpulkan hasilnya saja.

Hasil wawancara kepada siswa L, Ary, Dta, Aar, Ept, H, dan Syp sangat senang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dikarenakan banyak menggunakan kegiatan praktek dan bisa belajar sambil bermain. Siswa tanpak senang, aktif, mandiri serta bersemangatdalam mengikuti pembelajaran. Namun, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengikuti tahapan-tahapan pembelajaran saintifik. Hal ini dikarenakan guru memberikan batasan waktu kepada


(75)

59

siswa, ketika mengerjakan tugas baik itu mengamati, menanya, berdiskusi dan mengkomunikasikan. Sehingga siswa merasa terburu-buru oleh waktu dan tidak dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas dari guru.

Hasil observasi kepada menunjukkan bahwa siswa sudah melaksanakan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Namun, siswa masih mengalami kesulitan waktu, terutama ketika guru menyuruh siswa membuat karangan deskriptif mengenai cita-cita, siswa diberikan batasan waktu untuk mengerjakannya. Sehingga siswa tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Dikarenakan siswa merasa dikejar oleh waktu yang diberikan oleh guru.

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami keterbatasan waktu dalam merapkkan kegiatan mengamti, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan dalam pembelajaran. sedangkan siswa mengalami kesulitan waktu yang diberikan guru dalam mengerjakan tugas.

3.

Penilaian Authentik

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru S, Sw, Nw dan H sudah menggunakan penilaian authentik kepada siswa.. Namun, dalam penerpannya guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakannya, dikarena guru harus menilai tiga aspek siswa yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pertama penilaian sikap dilakukan dengan mengamati


(76)

60

keseharian siswa/perilaku yang di deskripsikan secara rinci. Kedua , guru harus menilai pengetahuan siswa melalui hasil belajar yang diperolehnya. Ketiga penilaian keterampilan melalui hasil karya siswa. Guru merasa kesulitan dalam menerapkan ketiga penilaian tersebut, dikarenakan guru pada saat bersamaan harus menilai sedetail mungkin prilaku dan sikap siswa. sedangkan jumlah siswa dalam kelas 29-30 siswa, dan guru harus menilai ketiga aspek tersebut dimulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. sedangkan guru harus menyelsaikan pembelajaran dalam satu hari.

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam menerapkan penilaian authentik, dikarenakan guru harus mengajar, melakukan penialaian dan menyelesaikan pembelajaran dalam satu hari, mengembangkan materi ajar, sedangkan guru tidak bisa memanfaatkan internet dalam pembelajaran dan guru harus melakukan penilaian kepada siswa dari awal pembelajaran hingga selesai.

Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa L, Ary, Ata, Aar, Ept, H dan Syp tidak mengalami masalah dalam penilaian. Siswa sudah mendapatkan nilai setelah mengerjakan tugas, baik dalam bentuk diskusi kelompok, dan individu. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti yang menunjukkan ketika siswa diminta membuat karangan deskriptif mengenai cita-cita, guru menyuruh siswa membacakan hasil di depan kelas dan memberikan penilaian serta


(77)

61

perbaikan terhadap hasil tulis siswa. selain itu, guru memberikan penilaian keterampilan berupa hasil karya siswa ketika praktek yang dikumpulkan dimeja guru. Hasil wawancara dan observasi diperkuat lagi dengan hasil dokumentasi berupa gambar hasil penilaian yang diberikan guru kepada siswa berupa paraf, angka atau huruf. Dengan adanya penilaian yang diberikan guru, siswa merasa senang dan giat dalam pembelajaran.

Dari hasil penelitian authentik dapat disimpulkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam menerapkan penilaian authentik, dikarenakan guru secara bersamaan harus menilai perilaku /sikap siswadengan jumlah siswa di dalam kelas mencapai 30, serta guru harus menyelesaikan pembelajaran dalam sehari. Sedangkan siswa tidak mengalami masalah dalam penilaian, dikarenakan guru sudah memberikan penilaian dengan baik kepada siswa.

4. Pemanfaatan IT

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru S, Sw, Nw, dan H mengatakan belum bisa menggunakan internet dalam pembelajaran, dikarena kemampuan guru dalam mengaplikasikan komputer masih terbatas, dan tidak ada pelatihan-pelatihan untuk guru dalam menggunakan internet, terlebih lagi sebagian guru kelas IV sudah lanjut usia. Hal ini menjadi problem besar bagi penerapan kurikulum, karena setiap pembelajaran membutuhkan sarana dan prasarana dalam melaksanakannya seperti penggunaan media agar lebih mendekatkan


(1)

191 pembelajaran dengan

menggunakan internet.

dengan menggunakan internet. IV B

Guru mengalami kesukaran dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan internet. IV C

Guru mengalami kesukaran dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan internet. IV D

Guru mengalami kesukaran dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan internet

pembelajaran dengan menggunakan internet

7. Guru menggunakan

LCD dalam

pembelajaran.

IV A

Guru belum pernah menggunakan LCD dalam pembelajaran.

IV B

Guru belum pernah menggunakan LCD dalam pembelajaran.

IV C

Guru belum pernah menggunakan LCD dalam pembelajaran. Karena LCD dalam keadaan rusak.

IV D

Guru belum pernah menggunkan LCD dalam pembelajaran.

Guru belum pernah menggunakan LCD dalam

pembelajaran kepada siswa.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGOLAH RAPORT KURIKULUM 2013 DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR Problematika Guru Dalam Mengolah Raport Kurikulum 2013 Di SD IT Muhammadiyah Al-Kautsar.

0 4 13

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGOLAH RAPORT KURIKULUM 2013 DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR Problematika Guru Dalam Mengolah Raport Kurikulum 2013 Di SD IT Muhammadiyah Al-Kautsar.

0 3 18

PROBLEMATIKA GURU DALAM PENILAIAN PEMBELAJARANKURIKULUM 2013 DI SD MUHAMMADIYAH Problematika Guru dalam Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013 di SD Muhammadiyah 24 Surakarta Tahun 2016/2017.

0 2 17

PROBLEMATIKA GURU DALAM PENILAIAN PEMBELAJARANKURIKULUM 2013 DI SD MUHAMMADIYAH Problematika Guru dalam Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013 di SD Muhammadiyah 24 Surakarta Tahun 2016/2017.

0 4 16

PROBLEMATIKA GURU DALAM MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI BAYAN Problematika Guru Dalam Menerapkan Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 Di SD Negeri Bayan No. 216 Surakarta.

0 2 17

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS KELAS VII Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013 (Studi Kasus Kelas VII Di SMP Negeri 4 Klaten).

0 1 14

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KURIKULUM 2013 Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013 (Studi Kasus Kelas VII Di SMP Negeri 4 Klaten).

0 5 16

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KURIKULUM 2013 Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Kurikulum 2013 (Studi kasus pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Blora).

0 2 15

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 KECAMATAN MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015.

0 4 190

Pola Pikir Guru (dan Siswa) Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013

0 0 19