PENERAPAN DISIPLIN MELALUI BUDAYA SEKOLAH PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA.

(1)

PENERAPAN DISIPLIN MELALUI BUDAYA SEKOLAH PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Shofwatul Badi’ah NIM 11108241029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PENERAPAN DISIPLIN MELALUI BUDAYA SEKOLAH PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Shofwatul Badi’ah NIM 11108241029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

Bakat tanpa disiplin adalah seperti gurita pada sepatu roda. Ada banyak gerakan, tetapi Anda tidak pernah tahu apakah itu akan menjadi maju, mundur, atau ke

samping.

(H. Jackson Brown, Jr)

Penderitaan karena disiplin, lebih baik daripada penderitaan karena penyesalan. (Mario Teguh)


(7)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibuku tercinta. 2. Almamaterku.


(8)

PENERAPAN DISIPLIN MELALUI BUDAYA SEKOLAH PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA

Oleh

Shofwatul Badi’ah NIM 11108241029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas VA, dan siswa kelas VA. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi dan wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA dilaksanakan dengan cara 1) menerapkan peraturan seperti berpakaian seragam sekolah yang bersih dan rapi dan hadir 15 menit sebelum pelajaran dimulai khusus petugas piket 30 menit sebelumnya, guna untuk menertibkan siswa, 2) kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta, seperti kebiasaan baris berbaris sebelum masuk kelas, menyanyikan lagu-lagu nasional dan melaksanakan 3S (Senyum, Sapa, Salam) ketika berpapasan dengan guru atau orang lain, 3) hukuman untuk siswa kelas VA ketika melanggar peraturan diantaranya yaitu push up 10 kali dan bernyanyi di depan kelas, 4) sebaliknya, ketika siswa menaati peraturan seperti memakai seragam yang bersih dan rapi maka guru akan berkata “bagus”, 5) disamping itu, konsistensi dalam menerapkan disiplin terlihat ketika kepala sekolah dan guru kelas VA selalu tegas dalam mengambil sikap terhadap perilaku siswa kelas VA.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Penerapan Disiplin Melalui Budaya Sekolah Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta” Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan serta membantu kelancaran penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Ibu Unik Ambar wati, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi I yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

5. Ibu Septia Sugiarsih, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi II yang juga sabar dalam memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.


(10)

6. Bapak Agus Kusmantoro, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin dan bantuan untuk penelitian.

7. Bapak Erfendi, S. Pd. selaku guru kelas VA di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penulis dalam proses pengumpulan data.

8. Siswa-siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta yang telah menerima penulis dengan hangat dan membantu dalam proses pengumpulan data.

9. Orang tuaku, Bapak Abdul Rohim dan Ibu Jalaliyah atas dukungan do’a, material, cinta kasih, dan pelajaran hidup yang berharga.

10. Kakak-kakakku, Anisatul Roufah dan Ahmad Ja’far Lutfi atas do’a, perhatian, keceriaan, dan semangat yang tulus diberikan.

11. Keluargaku di Kost Niar, Siti Nurjannah, Dian Yuliani, Avivteen Oktavi Indrayani, Novy Tri Anggraeni, Fitrolina Sri Rejeki, Fatimah Nur Isnaini, Ellin dan Hasmi naura Nazifa atas keceriaan, semangat, bantuan, dan do’a yang tulus diberikan.

12. Teman-teman PGSD UNY 2011 kelas E yang telah berbagi suka, duka, dan berjuang bersama.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan do’a, semangat, dan motivasi.


(11)

(12)

DAFTAR ISI

hal

JUDUL... i

PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Fokus Penelitian ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Disiplin ... 10

1. Pengertian Disiplin ... 10

2. Pentingnya Disiplin ... 12

3. Tujuan Disiplin ... 14

4. Macam-macam Disiplin ... 15

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Disiplin... 18

B. Karakteristik Perkembangan Siswa Kelas V... 24

1. Perkembangan Moral ... 25


(13)

3. Perkembangan Sosial ... 26

C. Kajian tentang Budaya Sekolah... 27

D. Kajian tentang Penerapan Disiplin Melalui Budaya Sekolah Pada Siswa... 29

E. Kerangka Pikir ... 38

F. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Sumber Data ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 50

H. Uji Keabsahan Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 54

1. Peraturan... 54

2. Kebiasaan... 63

3. Hukuman... 68

4. Penghargaan... 71

5. Konsistensi... 74

B. Pembahasan... 78

1. Peraturan... 78

2. Kebiasaan... 80

3. Hukuman... 83

4. Penghargaan... 85

5. Konsistensi... 86

C. Keterbatasan Penelitian... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 89


(14)

B. Saran... 91 DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN ... 94


(15)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi siswa kelas VA... 46

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman observasi guru kelas VA... 46

Tabel 3. Kisi-kisi pedoman observasi kepala sekolah... 47

Tabel 4. Kisi-kisi pedoman wawancara siswa kelas VA... 47

Tabel 5. Kisi-kisi pedoman wawancara guru kelas VA... 48


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi... 94

Lampiran 2. Pedoman Wawancara... 101

Lampiran 3. Hasil Observasi... 107

Lampiran 4. Hasil Wawancara... 162

Lampiran 5. Catatan Lapangan... 212

Lampiran 6. Triangulasi Data... 235

Lampiran 7. Hasil Dokumentasi... 258


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia selalu di isi dengan pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan atau pengulangan kegiatan yang dilakukan secara rutin tiap harinya. Di dalam kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan secara rutin tersebut, terdapat aturan-aturan yang menjadi tolok ukur tentang benar tidaknya atau efektif tidaknya pelaksanaannya oleh seseorang, karena adanya kebiasaan dan pengulangan kegiatan yang dilakukan setiap harinya maka karakter individupun akan terbentuk. Menurut Suyanto (Syamsul Kurniawan, 2013: 28) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan karakter bukan semata-mata soal pengetahuan belaka, namun terlebih soal kepribadian dan perilaku siswa sehari-hari (Sofan Amri, dkk, 2011: 26). Setiap siswa yang berkarakter maka dapat ditunjukkan dengan perilaku unik sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kondisi dimana siswa tinggal. Sehingga, menurut Zamroni (Darmiyati Zuchdi, 2011: 174) pendidikan karakter tidak hanya bisa diceramahkan, atau dipaksakan lewat proses indoktrinasi berselubung pendidik. Pendidikan karakter perlu di dasarkan pada strategi yang tepat.

Kedisiplinan merupakan salah satu upaya dalam pembentukan pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak lepas dari nilai-nilai tentang


(18)

benar dan salah, dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah, orangtua maupun guru harus mengenalkan nilai-nilai baku yang akan menjelaskan prinsip-prinsip benar dan salah tersebut kepada anak. Ketika mengenalkan nilai-nilai dan menjelaskan prinsip-prinsip yang benar, maka orangtua maupun guru dapat membuat peraturan yang harus dilakukan oleh anak agar karakter disiplinnya bisa berkembang.

Siswa sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter diantaranya yaitu disiplin. Disiplin merupakan bentuk perilaku patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku. Disiplin sangat penting untuk menjadikan individu lebih terarah dalam menjalani kehidupannya. Menurut Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (Darmiyati Zuchdi, 2011: 168) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat. Tinggi atau rendahnya suatu kedisiplinan masyarakat maka dapat menunjukkan tinggi rendahnya budaya masyarakat yang dimiliki. Menurut Syamsul Kurniawan (2013: 136) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.

Kedisiplinan telah diajarkan dalam lingkungan keluarga seperti tidur tepat waktu. Akan tetapi, tidak hanya dalam lingkungan keluarga,


(19)

kedisiplinan juga harus diterapkan dalam lingkungan sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat atau lingkungan yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak supaya menjadi baik. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk menumbuhkan kembali kesadaran siswa terhadap disiplin salah satunya adalah sekolah harus ikut berperan dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa, dengan cara sekolah dapat memberikan arahan atau petunjuk yang pasti bagi siswa tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa. Setiap siswa harus dibantu agar bisa menjalani hidup secara disiplin. Siswa tidak mungkin mengetahui dan melaksanakan kedisiplinan tanpa adanya bantuan dan arahan dari orang lain, khususnya sekolah ketika mereka berada dalam lingkungan sekolah.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan dalam mendisiplinkan siswa yaitu bagaimana memahami bentuk dan cara-cara yang tepat untuk menerapkan dan menanamkan kedisiplinan pada siswanya. Perintah dan larangan hanya bantuan sederhana dalam menolong anak untuk melakukan kebaikan dan menghindari kesalahan. Hal pertama yang paling penting sesungguhnya adalah menanamkan kesadaran kepada anak tentang pentingnya sebuah kebaikan (Abdullah Munir, 2010: 11). Tanpa adanya sesadaran dari anak, maka anak akan merasa berat melakukan atau menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-harinya, karena belum mengetahui tentang kegunaan dan kepentingan dari disiplin tersebut.


(20)

Sebuah penelitian dilakukan oleh Ari Parmiyati (2013: 103) tentang identifikasi penyebab rendahnya kedisiplinan siswa kelas V SD Negeri Salam 1 Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi rendahnya kedisiplinan siswa terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kedisiplinan yaitu kurangnya pemahaman disiplin baik dari siswa, siswa yang suka mencari perhatian di kelas, siswa yang suka meniru gaya artis, dan siswa yang sering diledek oleh siswa lain. Disamping itu, faktor eksternal yang mempengaruhi kedisiplinan yaitu orang tua yang acuh tak acuh, pola asuh orang tua yang terlalu berlebihan dalam memperhatikan maupun menasehati anak, program pengecekan kebersihan yang tidak berjalan lancar, kurangnya pemahaman disiplin baik dari guru maupun orang tua, guru jarang memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa.

Berdasarkan uraian tentang penyebab rendahnya kedisiplinan siswa, disiplin dalam menjalankan tata tertib tidak akan terasa berat jika dilaksanakan dengan kesadaran akan penting dan manfaatnya. Kemauan dan kesediaan mematuhi disiplin itu datang dari dalam diri orang yang bersangkutan atau tanpa paksaan dari luar atau orang lain, khususnya dalam diri siswa. Akan tetapi dalam keadaan seseorang belum memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang sering dirasakan yaitu terasa berat karena tidak mengetahui manfaat dan kegunaannya, maka diperlukan tindakan pemaksaan dari luar atau dari orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan atau mewujudkan sikap disiplin, sehingga rasa atau sikap


(21)

disiplin akan tertanam dan muncul dari dalam diri siswa sendiri. Tanggung jawab dalam menerapkan kedisiplinan di lingkungan sekolah yaitu semua warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan siswa.

Berdasarkan pernyataan di atas, salah satu peranan yang dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa-siswanya, yaitu dengan ikut berperan dengan memberikan arahan pada siswa tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Karena karakter dari siswa SD masih bersifat meniru lingkungan sekitarnya. Saat melaksanakan observasi pada tanggal 10 januari 2015 peneliti menemukan hal yang menarik di SD Negeri Pujokusuman 1. Setiap harinya ketika bel berbunyi maka semua siswa langsung pergi ke lapangan untuk melakukan kegiatan berbaris. Saat kegiatan tersebut mereka menyanyikan lagu-lagu nasional dan terkadang juga menyanyikan lagu jawa yang isi dari lagu-lagu tersebut merupakan ajaran tentang hal-hal atau sikap yang baik.

Ketika kegiatan berbaris juga ada kegiatan dimana guru menyampaikan cerita tentang tindakan-tindakan yang menyimpang yang dilakukan oleh siswa SD Negeri Pujokusuman 1 supaya siswa lainnya mengambil hikmah dari cerita tersebut dan tidak melakukan hal yang sama. Peneliti juga melakukan observasi di kelas VA. Peneliti menemukan bahwa masih ada siswa yang kurang disiplin saat pembelajaran berlangsung, seperti masih ada siswa yang asik berbicara dengan temannya dan tidak memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran di depan kelas dan masih ada siswa yang kurang rapi dalam berpakaian.


(22)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 6 Februari 2015 menunjukkan bahwa SD Negeri Pujokusuman 1 menerapkan nilai kedisiplinan tidak hanya diinternalisasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, melainkan juga diterapkan dalam kegiatan-kegiatan yang lain, diantaranya adalah kegiatan berbaris yang dilakukan setiap paginya sebelum masuk kelas. Disamping itu, kepala sekolah juga ikut andil dalam memantau atau mengawasi kedisiplinan para siswa dan menindak lanjuti jika ada siswa yang melanggar peraturan sekolah dengan cara diberikan arahan untuk menjadi lebih baik atau diberikan sanksi sebagai efek jera untuk siswa yang melanggar tersebut. Seperti ketika siswa sering terlambat maka siswa tersebut akan dipanggil kepala sekolah dan ditanya sebab kenapa dia suka terlambat, dan diberikan nasehat atau arahan untuk menjadi lebih baik.

Saat wawancara peneliti juga mendapatkan informasi bahwa sekolah telah membuat tim bimbingan dan konseling untuk menangani anak yang melakukan kesalahan atau melanggar aturan yang diterapkan di sekolah. Tim bimbingan dan konseling beranggotakan guru kelas. Walaupun sudah ada tim tersebut ketika ada siswa yang melakukan pelanggaran yang menangani atau mengatasi kepala sekolah. Hal tersebut disebabkan karena tim yang telah dibentuk tersebut kurang bisa bekerja dengan maksimal karena masing-masing dari anggota tim tersebut sudah sibuk dengan tugas mengajarnya.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1. Ketika wawancara, guru kelas VA menjelaskan bahwa siswa kelas VA sangat beragam, ada siswa yang berasal dari keluarga yang


(23)

memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada siswa yang berasal dari keluarga yang memang mampu dan ada siswa yang berasal dari keluarga yang sedarhana. Siswa masih kurang dalam melakukan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-harinya, seperti memperhatikan pembelajaran dan masuk kelas tepat waktu. Ketika ada siswanya yang tidak ngerjakan PR maka guru kelas VA akan memberinya hukuman seperti siswa tersebut disuruh untuk mengerjakan PR tersebut di kelas dan juga diberikan tugas tambahan.

Berdasarkan uraian tentang pentingnya kedisiplinan bagi siswa, serta hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas VA, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kegiatan yang dilakukan oleh sekolah dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa di SD Negeri Pujokusuman 1. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Penerapan Disiplin Melalui Budaya Sekolah Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Keberagaman karakteristik siswa, dimana setiap siswa memiliki sifat yang berbeda-beda ada yang mudah diatur ada juga yang susah untuk diatur.


(24)

3. Kurang maksimalnya peran guru dalam menangani siswa yang kurang disiplin.

4. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya kedisiplinan oleh siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian difokuskan pada penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.

D. Perumusan Masalah

Merujuk dari fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta.


(25)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian tujuan di atas maka dalam penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat yang diharapkan diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pendidikan, memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca khususnya tentang peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi guru dalam membimbing dan mengarahkan siswanya dalam menerapkan kedisiplinan dalam kehidupannya.

b. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah untuk mengevaluasi dan memantau setiap warga sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan tentang peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan siswa.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Disiplin 1. Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan sesuatu yang mudah untuk diucapkan akan tetapi sulit untuk dilakukan. Kedisiplinan berasal dari kata disipin. Istilah disiplin diturunkan dari kata Latin disciplina yang berkaitan langsung dengan dua istilah lain, yaitu discere (belajar) dan discipulus (murid). Disciplina dapat berarti apa yang disampaikan oleh seorang guru kepada murid (Maria J. Wantah, 2005: 139). Seseorang dikatakan disiplin ketika taat dan patuh terhadap bentuk aturan-aturan yang berlaku baik dalam masyarakat atau organisasi tertentu. Banyak pengertian tentang disiplin, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 268) disiplin adalah kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku di kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Maria J. Wantah (2005: 140) disiplin suatu cara untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri. Disiplin tidak hanya terbatas pada pengetahuan tentang baik tidaknya suatu tindakan atau perbuatan itu dilakukan. Tetapi juga pengetahuan tentang sebab-sebab atau alasan kenapa harus melakukan atau tidak melakukan suatu hal, dan mengetahui manfaat dari melakukan kedisiplinan tersebut.


(27)

Kedisiplinan akan membantu anak dalam memperoleh suatu batasan dalam memperbaiki tingkah laku dirinya yang salah. Setelah siswa belajar tentang apa yang benar dan apa yang salah, maka siswa harus diberikan penjelasan mengapa hal ini benar dan hal itu salah.

Menurut Ali Imron (2004: 135) disiplin adalah suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung. Kedisiplinan siswa bisa diajarkan dan dikembangkan oleh orang tua maupun guru di sekolah. Kedisiplinan harus diterapkan sejak usia dini. Siswa harus dibiasakan untuk mengenal dan mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk, mana yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan.

Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati (Mulyasa, 2010: 108). Perlahan-lahan kedisiplinan akan tertanam ke dalam diri siswa dan membentuk kesadaran sikap dan tindakan hingga siswa berusia dewasa. Siswa yang disiplin menunjukkan sikap dan perilaku yang patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang dibantu untuk mengendalikan dirinya sehingga bisa patuh dan tertib dalam melakukan suatu hal dan tidak melanggar aturan-aturan yang telah


(28)

ditetapkan oleh lingkungan, baik dalam lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat.

2. Pentingnya Disiplin

Sikap disiplin sangat penting bahkan keharusan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Tumbuh kembang anak tidak hanya secara fisik, melainkan juga secara mental dan sosial. Menurut Agustine Dwiputri (Ngainun Naim, 2012: 144) Perlunya disiplin adalah untuk mencegah terjadinya kehancuran. Disiplin dapat membantu siswa memperoleh suatu batasan dalam bertingkah laku. Menurut Anonimous (Maria J. Wantah, 2005: 140) disiplin juga mendorong, membimbing, dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan kepatuhannya dan mengajarkan pada anak begaimana berfikir secara teratur.

Melalui kedisiplinan seseorang bisa berfikir dan menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan kaedah-kaedah dan tata tertib yang berlaku di masyarakat. Apabila disiplin disusun dan dilakukan dengan baik, maka seseorang akan menaati disiplin tanpa adanya rasa keterpaksaan. Dengan disiplin anak akan merasa jalannya aman, bebas dari rintangan dan hambatan yang menggelisahkan dan menimbulkan rasa tidak aman (Maria J. Wantah, 2005: 144). Selain rasa aman, anak atau siswa juga membutuhkan irinya diterima dari orang lain dan lingkungannya. Melalui disiplin siswa dapat melakukan sesuatu atau


(29)

tindakan yang sesuai dengan lingkungan masyarakat dan dapat menghindar dari sesuatu yang tidak sesuai.

Anak yang berdisiplin akan menunjukkan tingkah laku yang baik seperti mereka dapat menunda kesenangannya, memperhatikan kebutuhan orang lain, dan memiliki sikap toleransi yang baik (Maria J. Wantah, 2005: 176-177). Disiplin memang terasa memberatkan dalam jangka waktu yang pendek, akan tetapi siswa akan merasakan manfaat dari kesiplinan tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Sebagai contoh, jika anak diajarkan untuk menggosok gigi sebelum tidur. Anak sering merasa malas untuk menggosok giginya saat sebelum tidur, akan tetapi karena sudah dibiasakan untuk menggosok gigi sebelum tidur dia akan melakukan hal tersebut secara terus menerus dan merasakan apa manfaat yang di dapat dari perbuatannya tersebut.

Kedisiplinan sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan disiplin akan memudahkan seseorang dalam menjalankan kehidupannya menjadi lebih tertata dan terarah. Tanpa disiplin maka seseorang tidak akan mempunyai landasan tentang apa yang baik dan apa yang buruk dalam bertingkah laku di kehidupannya. Siswa harus disadarkan tentang arti pentingnya disiplin. Dengan kesadarkan siswa tentang disiplin maka siswa akan mawas diri dan berusaha untuk mendisiplinkan dirinya sendiri.


(30)

3. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri (Sylvia Rimm, 2003: 47). Menurut Maria J. Wantah (2005: 177) tujuan disiplin adalah untuk membantu anak membangun pengendalian diri mereka, dan bukan membuat anak mengikuti dan mematuhi perintah orang dewasa. Sedangkan menurut Hurlock (1978: 82) tujuan dari disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Berdasarkan penjelasan diatas tujuan disiplin yaitu untuk membantu anak mengetahui dan melakukan hal-hal yang baik sebagai bentuk dari perilakunya sehingga bisa menjalankan peran-peran yang ada dilingkungannya.

Sikap disiplin sangat dibutuhkan oleh anak (siswa) dalam memenuhi masa pertumbuhan dan perkembangannya. Beberapa kebutuhan masa kanak-kanak yang bisa diisi dengan disiplin yaitu sebagai berikut.

a. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

b. Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.

c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan.


(31)

d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.

e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani “suara dari dalam” pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku (Hurlock, 1978: 83)

Disiplin dapat mengajarkan kepada siswa tentang kepatuhan. Ketika siswa diajarkan tentang kedisiplinan maka siswa sedang diajarkan tentang melakukan sesuatu yang benar untuk alasan yang benar. Sekolah membantu siswa dalam menemukan pengendalian dirinya, dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga siswa dapat berdiri sendiri dalam menghadapi tantangan hidup dikemudian harinya.

4. Macam-macam Disiplin

Berbagai cara dan kebiasaan masyarakat dan orangtua dalam membentuk kedisiplinan anak tergantung kepada pengalaman, sikap, karakter, kebiasaan pribadinya (Maria J. Wantah, 2005: 170). Jika orangtua sebelumnya dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang saling menghargai, terbuka dan demokratis maka orangtua akan mengajarkan dan memperlakukan anaknya dengan cara yang serupa. Begitu pula sebaliknya, jika orangtua dibesarkan dari keluarga yang otoriter maka perlakuan yang diberikan kepada anaknya akan serupa dengan apa yang dialami oleh orangtua.

Akibat pandangan dari masyarakat, disiplin terbagi menjadi dua konsep, yaitu disiplin yang positif dan disiplin yang negatif.


(32)

a. Disiplin Positif

Konsep positif dari disiplin ialah sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di dalam, disiplin diri dan pengendalian diri, ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam (Hurlock, 1978: 82). Disiplin positif dilaksanakan dengan cara menggunakan kesabaran, kasih sayang, dan kepedulian. Seperti yang dikatakan oleh Maria J. Wantah (2005: 173) kesabaran dan pengertian adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran disiplin pada anak. Tindakan yang dilakukan berpusat pada anak dan berdasarkan pada apa yang dibutuhkan anak bukan pada apa yang diinginkan anak.

b. Disiplin negatif

Konsep negatif, disiplin berarti pengendalian dengan kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan secara sembarangan (Hurlock, 1978: 82). Biasanya bentuk kedisiplinan yang negatif ini digambarkan dengan adanya hukuman apabila seseorang melanggar aturan yang ada dalam lingkungannya. Banyak orang tua yang tanpa menyadari mengajarkan anak mereka dengan cara disiplin yang negatif, berupa hukuman fisik dan kata-kata yang dapat merugikan perkembangan anak (Maria J. Wantah, 2005: 171). Tidak jarang orang tua memberikan hukuman kepada anak terlalu berlebihan sehingga bisa saja membuat bertingkah laku tidak baik.


(33)

Menurut Ali Imron (2004: 136) menyebutkan ada tiga macam disiplin yaitu, pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritas. Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisif. Dan yang ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Ketiga macam disiplin dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritas.

Disiplin otoritas dilakukan dengan cara menerapkan peraturan-peraturan yang keras. Disiplin otoriter anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri (Hurlock, 1978: 93). Anak hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tua mereka, dan mengesampingkan pilihan atau keputusan yang sudah dipilih oleh anak. Jika diterapkan dalam lingkungan sekolah, siswa diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah (Ali Imron, 2004: 136). Penerapan disiplin ini akan membuat siswa menjadi tertekan dan takut.

b. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisif.

Disiplin permisif sebetulnya berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin (Hurlock, 1978: 93). Orang tua yang menerapkan disiplin permisif membiarkan anak mereka memilih dan menentukan sendiri apa yang diinginkan, dan diijinkan mengambil keputusan sendiri tanpa ada kendali dari orang tua. Pengaruh dari disiplin permisif


(34)

yaitu anak akn menjadi manja dan kurang bisa mengambil keputusan sendiri.

c. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab.

Disiplin yang berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali juga bisa disebut dengan disiplin yang demokratis. Disiplin demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan (Hurlock, 1978: 93). Anak diberikan kebebasan untuk berbuat sesuatu, akan tetapi apa yang dilakukan pasti ada konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan.

Disiplin yang baik diterapkan kepada siswa yaitu disiplin yang positif dan yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Karena disiplin positif dilaksanakan dengan rasa kasih sayang dan penuh kesabaran, dan disiplin positif juga menumbuhkan kedisiplinan siswa berdasarkan apa yang dibutuhkan siswa. Sedangkan kedisiplinan bebas yang bertanggung jawab siswa diberikan kebebasan dalam bertindak akan tetapi kebebasan tersebut tidak mutlak, ada konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan terhadap tindakan yang dilakukan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Disiplin

Kedisiplinan dalam penerapannya siswa harus dijadikan sebagai subyek dari disiplin untuk mencapai kematangan dalam berfikir,


(35)

memilih, dan menata tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dilingkungannya. Ketika menerapkan disiplin tidak cukup hanya menggunakan larangan saja, tetapi perlu diberikan penjelasan tentang arti kedisiplinan dan memberi motivasi untuk melakukan apa yang diharapkan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penerapan kedisiplinan pada siswa. Faktor yang dapat mempengaruhi penerapan kedisiplinan yaitu faktor internal yaitu dari siswa itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari luar. Kontrol internal merupakan kontrol diri yang digunakan anak dalam mengarahkan perilakunya (Gnagey dalam Moh. Shochib, 2000: 22). Serupa dengan apa yang dikatakan oleh Ali Imron (2004: 137) kontrol internal merupakan teknik yang mengupayakan agar siswa dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri. Kontrol diri terdiri dari asessmen diri, perekaman diri, determinasi diri terhadap penguatan, dan administrasi diri trhadap penguatan (Gnagey dalam Moh. Shochib, 2000: 22). Adapun penjelasannya sebagai berikut.

1. Asesmen diri

Asesmen diri yaitu anak dengan sendirinya dapat menyadari apakah tindakan-tindakannya sesuai atau tidak dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Kesadaran ini akan menghindarkan anak dari mengulang kesalahan yang sama serta dapat meningkatkan perilaku-perilaku yang patuh terhadap nilai-nilai moral (Moh. Shochib, 2000: 22).


(36)

2. Perekaman diri

Ketika perekaman diri anak mampu mengidentifikasikan tindakan yang dapat menyebabkan penyimpangan dan tindakan yang sesuai dengan aturan dengan sendirinya. Moh. Shochib (2000: 22) menjelaskan bahwa dalam kondisi ini anak-anak telah mampu membedakan antara perilaku-perilaku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan nilai moral, berdasarkan kesadaran diri (kata hati). 3. Determinasi diri terhadap penguatan

Determinasi diri dapat dimiliki jika anak dapat mengapresiasi dan menyadari bahwa penguatan-penguatan berupa hukuman atau pujian yang diberikan oleh orang tua terhadap anak merupakan bentuk dari pertolongan, bimbingan, dan bantuan (Moh. Shochib, 2000: 24).

4. Administrasi diri terhadap penguatan

Administrasi diri terhadap penguatan dapat dimiliki anak jika dalam memberikan hukuman, orang tua mematuhi tatanan-tatanan nilai moral yang jelas sumbernya (Moh. Shochib, 2000: 25). Pada hal ini anak dapat mengetahui atas segala konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan olehnya. Jika anak melakukan tindakan yang menyimpang maka dia akan mendapatkan hukuman, dan sebaliknya jika dia melakukan tindakan yang sesuai dengan aturan maka dia juga akan mendapatkan imbalan atas perbuatannya seperti pujian.


(37)

Kedisiplinan siswa bisa berkembang dengan didukung atau diikuti dengan tindakan-tindakan atau dorongan dari luar yang dapat merangsang berkembangnya kedisiplinan siswa. Agar seimbang maka faktor internal juga harus diikuti dengan faktor eksternal. Ali Imron (2004: 137) kontrol eksternal adalah suatu teknik dimana disiplin siswa haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Siswa selalu disiplinkan dengan dorongan atau paksaan dari luar. faktor eksternal tiada lain adalah lingkungan dimana individu itu hidup (Syamsu Yusuf LN., 2007: 138). Lingkungan itu merupakan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

1. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Kepribadian atau sikap anak terbentuk bermula dari lingkungan keluarga. Pada hal ini orang tua mempunyai peranan penting dalam menerapkan kedisiplinan pada anak. Pola asuh orang tua kepada anak akan tercermin pada sikap anak. Ketika dalam lingkungan keluarga orang tua menerapkan kedisiplinan seperti bangun tepat waktu dan merapikan tempat tidur dalam kehidupan sehari-sehari mereka maka anak akan berperilaku atau bersikap disiplin.

2. Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan tempat dimana seseorang anak untuk pertama kalinya berkelompok atau bergabung dengan orang-orang


(38)

lain di luar keluarganya. Orang tua selalu berharap bahwa anak-anak mempelajari apa yang dituntut dari mereka, begaimana mereka harus berlaku sopan, apa yang harus mereka kerjakan (Robert Coles, 2003: 149). Maka dari itu para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka dengan tujuan anak bisa mempelajari hal-hal baru yang belum dipelajari dalam lingkungan keluarga. Disamping keluarga, sekolah juga berperan dalam mempengaruhi kedisiplinan siswa.

Peraturan-peratuan yang ada di sekolah seperti masuk sekolah tepat waktu juga bisa melatih kedisiplinan siswa. Saat siswa ada di sekolah maka orang tua mereka adalah guru. Guru merupakan panutan bagi siswa dalam bersikap atau bertindak, apapun yang dilakukan oleh guru maka akan dicontoh oleh siswanya, sehingga ketika guru bersikap disiplin maka siswa akan ikut bersikap disiplin karena masa sekolah dasar adalah masa dimana anak meniru apa yang dilakukan oleh orang lain.

3. Lingkungan masyarakat

Anak akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya (Syamsu Yusuf LN., 2007: 141). Apabila anak berteman atau berinteraksi dengan orang yang berperilaku kurang baik dan selalu melanggar aturan maka anak cenderung akan mengikuti perilaku tersebut, dan sebaliknya jika anak berinteraksi dengan orang yang berperilaku baik dan


(39)

menaati peraturan yang berlaku di masyarakat maka anak juga cenderung akan berperilaku yang sama.

Selain faktor-faktor diatas terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi penerapan kedisiplinan pada siswa. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin adalah sebagai berikut.

a. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua. Orang tua dan guru akan mengajarkan disiplin kepada anak sebagai mana mereka diajarkan kedisiplinan oelh orang tua dan guru mereka dulu.

b. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok. Orang tua maupun guru dalam mengajarkan kedisiplinan pada anak tidak akan jauh beda dengan apa yang diterapkan oleh kelompok atau lingkungan mereka tinggal.

c. Usia orang tua atau guru. Orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua.

d. Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru. Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan orang tua yang tidak mendapat pelatihan.

e. Jenis kelamin. Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan pria.

f. Status sosioekonomis. Anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah, mereka cenderung diajarkan kedisiplinan dengan cara yang keras dan memaksa.

g. Konsep mengenai peran orang dewasa. Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut konsep yang lebih modern.

h. Jenis kelamin anak. Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada terhadap anak laki-lakinya.

i. Usia anak. Saat mendidik anak juga harus disesuaikan dengan usia sang anak.

j. Situasi. Orang tua mendidik anaknya dipengaruhi oleh situasi yang sedang dialami (Hurlock, 1978: 95)

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penerapan disiplin. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disiplin yaitu seperti latar belakang keluarga dan masyarakat, pergaulan, dan kondisi belajar di


(40)

sekolah. Kedisiplinan anak dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti yang telah dijelaskan. Jika lingkungan anak baik dan harmonis maka anak tersebut juga akan memiliki kedisiplinan yang baik. Akan tetapi sebaliknya jika anak berada pada lingkungan yang kurang kondusif maka kedisiplinan anak tersebut kurang baik.

B. Karakteristik Perkembangan Siswa Kelas V

Perkembangan yang dialami seseorang bersifat seumur hidup. Selain itu, perkembangan seseorang juga diperngaruhi oleh hasil interaksi atau sosialisasi antar individu maupun kelompok. Siswa kelas V termasuk dalam akhir masa kanak-kanak. Hurlock (1980: 146) menjelaskan bahwa akhir masa kanak-kanak berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa tersebut juga sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 104). Pada masa tersebut anak diharapkan dapat memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk bekal dalam menyesuaikan diri pada masa selanjutnya. Disamping itu, dalam masa ini anak juga mempelajari berbagai keterampilan.

Pada masa sekolah dasar Sumadi Suryabrata (2007: 205) menjelaskan bahwa terdapat dua fase, yaitu masa kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas tinggi sekolah dasar. Siswa kelas V SD termasuk ke dalam masa kelas tinggi. Beberapa sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh kelas tinggi yaitu: a. Adanya perhatian kepada kehidupan yang praktis dan konkret, sehingga

membawa kecenderungan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Realistik, ingin tahu, dan ingin belajar sehingga membuat siswa selalu bertanya dan berpendapat tentang sesuatu yang membuatnya penasaran.


(41)

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.

d. Sampai kira-kira usia 11 tahun siswa membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya.

e. Pada masa ini anak memandang nilai raport adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya.

f. Siswa pada masa ini gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya dan untuk dapat bermain bersama-sama (Sumadi Suryabrata, (2007: 205-205).

Pada masa ini anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya. Anak sudah bisa berinteraksi dengan orang-orang di luar rumah, yaitu dengan teman bermain di sekitar rumah, dengan teman di sekolah, dan masyarakat sekitar (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 103).

1. Perkembangan Moral

Rita Eka Izzaty (2008: 110) menjelaskan bahwa perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral merupakan hal yang sangat penting sebagai cara dalam membentuk sikap dan kepribadian anak. Perilaku moral anak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana ia tinggal, baik itu dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat dimana anak tinggal dan bersosialisasi.

2. Perkembangan Emosi

Menurut Kartono (Sugihartono dkk, 2007: 20) emosi diartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang dan jantung berdebar. Emosi memiliki peran penting dalam kehidupan. Melalui emosi seseorang bisa


(42)

merasakan rasa senang, sedih, takut, dan sebagainya. Pergaulan dengan teman sekolah dan teman sebaya dapat mengembangkan emosi anak. Saat pergaulan anak akan belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak akan diterima oleh lingkungannya, sehingga anak akan belajar untuk mengendalikan emosinya sehingga dapat diterima oleh lingkungannya.

3. Perkembangan Sosial

Sejak lahir perilaku sosial anak banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang berada di lingkungan dimana anak tinggal. Interaksi anak dengan orang tua, teman sebaya, dan sekolah memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi perilaku sosial anak. Hurlock (1980: 155) menjelaskan bahwa akhir masa kanak-kanak sering disebut dengan usia berkelompok, karena dalam masa ini ditandai dengan adanya minat anak untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Hal tersebut berlaku bagi anak laki-laki maupun bagi anak perempuan.

Saat mengembangkan potensi dirinya, siswa membutuhkan bantuan orang lain agar bisa tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (Dwi Siswoyo, 2007: 97) peserta didik merupakan:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik dan memiliki potensi yang berbeda dengan individu lain.

b. Individu yang sedang berkembang secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun kearah penyesuaian dengan lingkungan.


(43)

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari pihak lain sesuai kodrat kemanusiaannya.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Sehingga megharuskan bagi guru dan orangtua untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri.

Pada masa ini siswa suka berkelompok dengan teman sebayanya dan membuat aturan sendiri yang terkadang aturan yang dibuat berbeda dengan aturan yang sudah ada. Seperti dalam penelitian ini siswa kelas VA terlihat melanggar peraturan saat peneliti melakukan observasi di kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1, seperti kurang rapi dalam memakai seragam dan berbicara dengan teman sebangku. Pada masa ini sekolah juga ikut andil yang cukup besar dalam membantu siswa untuk menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik.

Sekolah perlu memahami bahwa semua siswa memiliki kebutuhan meskipun kebutuhan siswa sangat bervariasi antara siswa satu dengan yang lainnya. Hurlock (1980: 146) memandang bahwa masa ini masa kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan yang sekali terbentuk kebiasaan tersebut akan cenderung menetap sampai dewasa. Sehingga apabila siswa dibiasakan untuk bersikap disiplin pada masa ini maka siswa akan terbiasa untuk melakukan sikap disiplin saat siswa sudah dewasa.

C. Kajian tentang Budaya Sekolah

Menurut Koentjaraningrat (2002: 5) berpendapat bahwa kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu:


(44)

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, perraturan, dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-bendahasil karya.

Kebudayaan mengatur dan memberi arah kepada manusia dalam perbuatan dan tindakannya sehari-hari. Manusia dan kebudayaannya merupakan pusat permasalahan yang ada di dunia ini. Seakin berkembangnya pengetahuan manusia maka akan akan mempengaruhi kebudayaan manusia. Memiliki pengetahuan yang luas tentang manusia dan kebudayaan memungkinkan manusia dapat mengembangkan suatu cara hidup yang lebih baik dan lebih baik lagi (Rafael, 2000: 5).

Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam seklah tersebut (Muhaimin, dkk, 2010: 48). Pertemuan nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah dan guru-guru akan muncul dan menghasilkan bentuk nilai-nilai berupa tindakan yang dilaksanakan bersama-sama sehari-harinya.

Budaya sekolah tergantung pada nilai-nilai yang dijunjung oleh sekolah tersebut. Nilai-nilai yang dikembangkan dapat berbeda antara sekolah satu dengan sekolah lain. Perbedaan tersebut karena dipengaruhi oleh fokus sekolah dan kondisi lingkungan dari sekolah tersebut (Muhaimin, dkk, 2010: 55). Salah satu nilai yang dianut adalah nilai kedisiplinan. Kedisiplinan dalam budaya sekolah yaitu menjaga seluruh orang-orang di sekitar sekolah agar


(45)

tahu mana yang penting dan prioritas, dan mana yang tidak penting dan harus ditinggalkan (Muhaimin, dkk, 2010: 58).

D. Kajian tentang Penerapan Disiplin melalui Budaya Sekolah Pada Siswa Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya (Syamsu Yusuf LN., 2007: 140). Anak tidak hanya hidup dan berinteraksi dalam lingkungan keluarga, namun juga berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga seperti dalam lingkungan sekolah, sehingga tidak hanya keluarga yang mempunyai peranan dalam menerapkan kedisiplinan melainkan lingkungan di luar keluarga juga ikut berperan walaupun peranannya tidak sebesar dalam lingkungan keluarga.

Sekolah harus menyadari bahwa kedisiplinan anak tidak terjadi dengan sendirinya. Sekolah memberikan pengetahuan dan hal-hal baru yang belum dipelajari dalam lingkungan keluarga. Saat sekolah mendisiplinkan siswa sebenarnya sekolah membantu para siswa dalam mengembangkan tanggung jawab dan pengendalian diri. Guru memberikan pengaruh penting terhadap keberhasilan penerapan kedisiplinan pada siswa di sekolah, karena guru yang paling dekat dengan siswa dan teladan bagi siswa. Tugas dari guru dalam mendisiplinkan siswa adalah mengenali diri siswanya dan kemudian memberikan pelayanan dan perlakuan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa.


(46)

Disiplin diri bagi siswa bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan (Mulyasa, 2013: 26). Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan potensi dirinya melalui proses pendidikan yang dilaluinya.

Kapan dan bagaimana cara menerapkan disiplin sangat bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan dan temperamen masing-masing anak (Sylvia Rimm, 2003: 48). Banyak teori dari para ahli yang menjelaskan bagaimana proses dan pentahapan pertumbuhan dan perkembangan pada diri peserta didik mulai dari masa anak-anak sampai dewasa (Dwi Siswoyo, 2007: 100). Masing-masing dari tahap pertumbuhan dan perkembangan tersebut merupakan masa dimana siswa membutuhkan perlakuan yang sesuai dengan tahapannya. Lingkungan sekolah juga memberi pengaruh terhadap kedisiplinan siswa.

Peranan dan tanggung jawab sekolah diantaranya adalah membimbing dan memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Selain sebagai lembaga atau tempat bagi siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sekolah juga dijadikan sebagai tempat mengembangkan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa, seperti nilai-nilai kedisiplinan. Ketika menerapkan kedisiplinan pada siswa yang bisa dilakukan oleh sekolah yaitu dengan melalui budaya sekolah. Budaya sekolah


(47)

menurut Muhaimin (2010: 48) merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (Values) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Dari budaya yang dibentuk oleh sekolah kemudian akan muncul tindakan yang dapat diamati dan dirasakan yang merupakan akibat dari adanya budaya tersebut.

Menurut Kennedy (Syamsul Kurniawan, 2013: 174-175) budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika sekolah membangun dan menerapkan budaya disiplin maka sekolah akan mempunyai budaya disiplin dan siswapun melakukan kedisiplinan tersebut, sehingga akan terbiasa untuk melakukan kedisiplinan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Saat menerapkan disiplin pada siswa terdapat lima unsur penting yang bisa digunakan sekolah dalam menerapkan sikap disiplin siswa. Kelima unsur tersebut menurut Maria J. Wantah (2005: 150) yaitu peraturan, kebiasaan-kebiasaan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi. kelima unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Peraturan

Sekolah dapat menerapkan peraturan sebagai upaya dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. Secara bertahap anak belajar peraturan yang ditentukan berbagai kelompok, yaitu kelompok tempat mereka mengidentifikasi diri di rumah, sekolah, dan lingkungan


(48)

(Elizabeth B. Hurlock, 1978: 76). Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi, atau komunitas (Maria J. Wantah, 2005: 150). Diterapkannya peraturan baik dalam rumah maupun sekolah akan membantu dalam mengendalikan tingkah laku siswa. Siswa juga akan bertindak dan melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan adanya peraturan siswa akan mengetahui mana yang baik dan boleh dilakukan dan mana yang tidak baik dan tidak boleh dilakukan.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 76) peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai sumber motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan sosial, sebagaimana hukum dan kebiasaan menjadi pedoman dan sumber motivasi bagi anak remaja dan orang dewasa. Ketika membuat peraturan, maka sekolah harus menyesuaikan peraturan tersebut dengan karakteristik siswa. Peraturan untuk siswa sekolah dasar berbeda dengan peraturan untuk siswa SMP maupun SMA. Peraturan tidak lepas dari dua hal, yaitu melakukan apa yang boleh dilakukan dan tidak melakukan apa yang tidak boleh dilakukan. Anonimous (Maria J. Wantah, 2005: 156) menjelaskan bahwa penggunaan aturan adalah untuk meningkatkan disiplin pada anak agar belajar hidup bersama dengan orang lain. Peraturan dalam sekolah bisa berupa tata tertib yang telah diberlakukan oleh sekolah yang harus ditaati oleh warga sekolah termasuk di dalamnya yaitu siswa.


(49)

2. Kebiasaan-kebiasaan

Kebiasaan merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap harinya dan diulang-ulang. Jika disiplin ditanamkan secara terus menerus, maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik (Ali Imron, 2004: 135). Meskipun tidak tertulis, kebiasaan-kebiasaan ini telah menjadi semacam keharusan sosial dan menjadi kewajiban setiap anggota masyarakat untuk melaksanakannya (Maria J. Wantah, 2005: 156). Kebiasaan-kebiasaan untuk disiplin yang dilakukan oleh sekolah setiap harinya dapat membuat siswa bertindak atau berperilaku disiplin. Ketika melakukan kebiasaan-kebiasaan juga harus diselaraskan dengan proses pembentukan kedisiplinan pada siswa.

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan (Mulyasa, 2013: 166). Disiplin tidak terbangun secara instan. Dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat dalam diri seorang anak (Ngainun Naim, 2012: 143). Karena kedisiplinan tidak bisa muncul begitu saja, maka sejak dini siswa harus dibiasakan untuk bersikap disiplin sehingga menjadi bagian dari dirinya sebagai bekal untuk di masa selanjutnya.

3. Hukuman

Hukuman adalah balasan atau ganjaran yang harus diterima oleh seseorang yang telah melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Menurut Anonimous (Maria J. Wantah, 2005: 157) mengemukakan


(50)

bahwa tujuan dari hukuman adalah menghentikan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku dengan menggunakan metode yang memberikan efek jera baik secara biologis maupun psikologis.

Hukuman akan membantu siswa menjadi lebih disiplin, karena jika siswa tidak disiplin ada sanksi atau hukuman yang harus diterima. Menurut Craig (Maria J. Wantah, 2005: 161) menguraikan tentang cara-cara memberikan hukuman yang lebih efektif dan menghindari terjadinya dampak-dampak sampingan sebagai berikut.

a. Hindarilah pemakaian teguran, omelan, ancaman, dan hukuman kata-kata lainnya, meskipun hal itu kemungkinan dapat dilakukan. b. Jika perlu menghukum, berilah hukuman yang tidak memberikan

efek menyakitkan pada anak.

c. Perhitungkanlah hubungan yang akan datang antara anak dan orangtua. Usahakan agar tidak terjebak dalam situasi-situasi konflik pribadi yang abadi yang menuntut penerapan hukuman yang semakin keras.

d. Janganlah menuntut anak menaati aturan tingkah laku yang secara biologis tidak dapat dipenuhi oleh anak.

e. Usahakan agar tidak menghukum anak karena dia gagal untuk melaksanakan tugas-tugas rutin.

f. Perlembutlah hukuman dengan rasa belas kasihan. Pada saat-saat tertentu berikan ungkapan-ungkapan kasih sayang pada anak meskipun ia telah melakukan kesalahan.

g. Pendidik harus menyadari bahwa untuk meminta anak bertingkah laku dengan baik membutuhkan waktu yang lama, serta menuntut kesabaran dan keluwesan.

Hukuman harus sesuai dengan perkembangan dan harus dilakukan secara adil, kalau tidak dapat menimbulkan kebencian anak (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 166). Hukuman yang diberikan harus bisa memotivasi anak (siswa) untuk bisa menyesuaikan diri dengan cara menghindari


(51)

perilaku yang tidak diterima oleh dilingkungannya, dan dengan hukuman juga membuat anak tidak mengulangi kesalahan yang telah dibuatnya. 4. Penghargaan

Penghargaan dapat mendorong orang lebih termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hukuman (Maria J. Wantah, 2005: 164). Penghargaan adalah cara yang bisa dilakukan dalam menunjukkan kepada siswa ketika siswa telah melakukan tindakan yang baik. Penghargaan yang diberikan kepada siswa tidak harus berupa benda, penghargaan bisa diberikan melalui pujian pada siswa.

Melalui penghargaan dapat membuat siswa untuk lebih termotivasi melakukan tindakan yang baik dan mempertahankan tindakan tersebut. Karena ketika siswa mendapat penghargaan, siswa pasti akan merasa senang dan akan melakukan tindakan-tindakan yang baik supaya ia bisa mendapatkan penghargaan tersebut. Penghargaan menunjukkan kepada siswa bahwa perilaku atau tindakan yang dilakukan itu baik.

5. Konsistensi

Saat menerapkan kedisiplinan maka konsistensi harus tetap dipertahankan. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 91) konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Disiplin yang baik harus selalu konsisten, apa yang benar hari ini, maka besoknya juga harus tetap benar dan begitu untuk seterusnya. Perbuatan yang salah harus mendapat hukuman yang sama bila perbuatan itu setiap kali diulang, dan perbuatan


(52)

yang benar juga harus mendapat ganjaran yang sama (Elizabeth B. Hurlock, 1980: 166).

Menerapkan kedisiplinan pada siswa, maka tidak hanya dengan memberikan informasi tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, akan tetapi juga melalui pengalaman yang dialami oleh siswa itu sendiri. Pada lingkungan sekolah, yang paling dekat dengan siswa yaitu guru, maka guru juga harus memberikan contoh kedisiplinan yang baik. Karena siswa cenderung akan mengikuti apa yang dilakukan oleh gurunya, sehingga apabila gurunya memberikan contoh yang baik, seperti menaati peraturan sekolah dan selalu datang tepat waktu, maka siswa akan melakukan hal sama yang dilakukan oleh gurunya. Agar siswa dapat menunjukkan tingkah laku yang baik seperti yang dikatakan oleh Anonimous dalam (Maria J. Wantah, 2005: 214-215) maka guru seyogyanya mempertimbangkan hal-hal berikut.

1. Memperkuat sikap yang baik dengan memberikan pujian. 2. Memberikan pilihan secara bebas kepada anak.

3. Menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan.

4. Membuat suatu sistem penghargaan (hadiah) untuk mendorong sikap yang baik.

5. Konsisten terhadap metode disiplin yang digunakan dan dalam menghukum anak.

6. Menyiapkan pemikiran kedepan tentang apa yang akan dilakukan dan membantu anak memahami konsistensi dari sikapnya.

7. Buatlah batasan-batasan yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak.

8. Jangan memberikan pilihan dalam situasi dimana anak harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

9. Belajar mengabaikan sikap-sikap yang kurang baik yang tidak penting.

10. Berilah hukuman atau penghargaan segera. Jangan berbantahan dengan anak tentang hukuman.


(53)

Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa siswa tidak mungkin melakukan kedisiplinan dengan sendirinya, sehingga sekolah harus ikut serta dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. Berkaitan dengan ini, menurut Syamsul Kurniawan (2013: 136-137) seorang guru harus mampu melakukan hal-hal berikut.

1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya.

2. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya karena peserta didik berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.

Guru merupakan model bagi para siswanya. Sebagai guru, orangtua, dan pemberi perhatian, kita harus ingat bahwa kita memiliki salah satu keistimewaan untuk memberi dampak pada kehidupan anak yang sedang tumbuh (Khalsa, 2008: 222). Menerapkan disiplin kepada siswa membutuhkan upaya dan peranan sekolah. Meskipun peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa tidak mudah, namun hal tersebut sangatlah bermanfaat bagi siswa. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melaksanakan hal-hal sebagai berikut.

a. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya.

b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin (Mulyasa, 2010:109).

Ketika menerapkan kedisiplinan pada siswa yang perlu diperhatikan oleh sekolah adalah mendidik dengan positif dan bersikap jika sesekali siswa membangkang atau memberontak. Kedisiplinan tidak akan berhasil diterapkan dengan baik kepada siswa tanpa dimulai dari


(54)

sekolah yang juga baik, dan peranan dari sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menerapkan kedisiplinan pada siswanya. Ketika menerapkan kedisiplinan, sekolah juga harus memberikan contoh tentang kedisiplinan yang baik pada siswa supaya siswa tidak hanya tau tentang teori mana yang baik dan mana yang tidak baik, namun siswa juga dapat mengetahui bagaimana melakukannya sehingga siswa bisa menerapkannya dalam kehidupan.

E. Kerangka Pikir

Disiplin adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang dibantu untuk mengendalikan dirinya sehingga bisa patuh dan tertib dalam melakukan suatu hal dan tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada. Disiplin sangat penting bagi kehidupan siswa. Tumbuh kembang anak tidak hanya secara fisik, melainkan juga secara mental dan sosial. Disiplin dapat membantu siswa memperoleh suatu batasan dalam bertingkah laku. Disiplin memiliki tujuan untuk membantu anak mengetahui dan melakukan hal-hal yang baik sebagai bentuk dari perilakunya sehingga bisa menjalankan peran-peran yang ada dilingkungannya.

Terdapat beberapa macam kedisiplinan yang diterapkan pada siswa. Jenis kedisiplinan yang diterapkan pada siswa tergantung dari cara dan kebiasaan orangtua, masyarakat dan sekolah, seperti pengalaman, sikap, karakter, kebiasaan pribadinya. Disamping itu, juga ada beberapa faktor yang


(55)

dapat mempengaruhi kedisiplinan yaitu seperti latar belakang keluarga dan masyarakat, pergaulan, dan kondisi belajar di sekolah.

Anak tidak hanya berinteraksi dengan lingkungan keluarga, namun juga berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga seperti dalam lingkungan sekolah, sehingga tidak hanya keluarga yang mempunyai peranan dalam menerapkan kedisiplinan pada anak melainkan lingkungan di luar keluarga juga ikut berperan walaupun peranannya tidak sebesar dalam lingkungan keluarga. Ketika sekolah mendisiplinkan siswa sebenarnya sekolah membantu para siswa dalam mengembangkan tanggung jawab dan pengendalian diri. Peranan dan tanggung jawab sekolah diantaranya adalah membimbing dan memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Disamping itu, peranan sekolah juga mempengaruhi penerapan kedisiplinan pada siswa khususnya pada siswa kelas VA.

Siswa kelas V SD merupakan anak yang banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik, karena semakin luasnya lingkungan pergaulan anak. Siswa sudah banyak bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, yaitu dengan teman di sekitar rumah maupun dengan teman di sekolah. Pada masa ini siswa suka berkelompok dan membuat aturan sendiri dan terkadang aturan yang dibuat berbeda dengan aturan yang ada dalam masyarakat. Aturan dalam kelompok seperti tidak gaul jika memakai seragam bajunya dimasukkan, hal tersebut dapat membuat siswa suka melakukan pelanggaran dan tidak disiplin supaya dapat diterima


(56)

dalam kelompok, sehingga membutuhkan peranan sekolah untuk membantu siswa dalam meluruskan atau memberikan pemahaman dan arahan kepada siswa tentang aturan yang benar yang ada dan diterima dalam masyarakat.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk menumbuhkan kesadaran siswa terhadap disiplin salah satunya adalah sekolah harus ikut berperan dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa, dengan cara sekolah bisa memberikan arahan atau petunjuk dan teladan yang pasti bagi siswa tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa, sehingga siswa bisa mengetahui dan menerapkan apa yang telah dipahaminya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Pertanyaan Penelitian

Guna mendapat serta mengarahkan proses pengumpulan data dan informasi tentang aspek-aspek yang diteliti secara akurat, maka peneliti menguraikan dan mempertajam dengan lebih detail rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya ke dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara melaksanakan peraturan dalam menerapkan disiplin pada siswa kelas VA?

2. Bagaimana cara melaksanakan kebiasaan dalam menerapkan disiplin pada siswa kelas VA?

3. Bagaimana cara melaksanakan hukuman dalam menerapkan disiplin pada siswa kelas VA?


(57)

4. Bagaimana cara melaksanakan penghargaan dalam menerapkan disiplin pada siswa kelas VA?

5. Bagaimana cara melaksanakan konsistensi dalam menerapkan disiplin pada siswa kelas VA?


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak menggunakan perhitungan angka-angka.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Karena penelitian ini berisi tentang kutipan-kutipan data untuk memberikan penyajian mengenai hasil penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta dan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2015. Sekolah tersebut terletak di Jalan Kolonel Sugiyono no.9 Keparakan Mergangsan Yogyakarta.


(59)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. Subjek dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru kelas VA, dan siswa kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti dari informan (kepala sekolah, guru, dan siswa kelas VA)

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa kelas VA, baik itu penerapan disiplin yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun penerapan disiplin yang dilakukan oleh guru kelas VA.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam berbagai cara dan sumber. Pada penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, atau gabungan keempatnya (Sugiyono, 2007: 309). Sehingga dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.


(60)

1. Observasi

Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan (Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, 2012: 165). Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Marshall dalam Sugiyono, 2007:310).

Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 220) menyebutkan cara dalam observasi yaitu sebagai berikut.

Observasi dapat dilakukan secara partisipasif ataupun nonpartisipasif. Observasi partisipasif yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan observasi nonpartisipasif yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipasif, karena peneliti datang hanya sebagai pengamat untuk mencatat dan menuliskan semua yang terjadi dalam penerapan kedisiplinan siswa di sekolah untuk dianalisis dalam membuat kesimpulan tentang penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta tanpa melakukan suatu tindakan apapun dan tidak ikut serta dalam pelaksanaannya.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2007: 186). Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto,


(61)

2006: 155). Esterberg dalam Sugiyono (2007: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur pelaksanaannya lebih bebas.

Sebelum peneliti melakukan wawancara dengan para responden peneliti sudah menyiapkan pedoman wawancara agar proses wawancara tetap fokus dan tidak keluar dari masalah atau konteks yang sedang diteliti. Walaupun peneliti sudah membuat pedoman wawancara peneliti, peneliti dapat menambahkan pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk menambah pendapat atau ide responden. Isi dari peretanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 216). Teknik ini digunakan peneliti untuk mengungkap penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa dari berbagai sumber di lapangan.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2007: 305) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data dan informasi dalam melaksanakan penelitian maka peneliti perlu menyusun indikator yang


(62)

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan observasi dan wawancara yang disesuaikan dengan kajian teori yang telah disusun pada bab sebelumnya. Pedoman yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

1. Pedoman observasi

Instrumen observasi ini disusun guna sebagai pedoman oleh peneliti dalam mengamati penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. Pedoman observasi digunakan peneliti dalam memberikan panduan selama proses observasi sehingga tidak menyimpang dari fokus penelitian. Secara lebih rinci instrumen yang digunakan dalam pedoman observasi diuraikan pada tabel berikut.

Berikut adalah kisi-kisi pedoman observasi yang digunakan peneliti.

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi siswa kelas VA

Variabel Sub Variabel Indikator

Disiplin

Peraturan

Peraturan sekolah Peraturan kelas Peraturan bermain Kebiasaan

Kebiasaan sebelum masuk kelas Kebiasaan di dalam kelas Kebiasaan di luar kelas Hukuman Melanggar peraturan sekolah

Melanggar peraturan kelas Penghargaan Menaati peraturan sekolah

Menaati peraturan kelas Konsistensi Ketetapan siswa

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman observasi guru kelas VA

Variabel Sub Variabel Indikator Disiplin Peraturan Peraturan sekolah


(63)

Variabel Sub Variabel Indikator

Disiplin

Peraturan Peraturan bermain Kebiasaan

Kebiasaan sebelum masuk kelas Kebiasaan di dalam kelas Kebiasaan di luar kelas Hukuman Melanggar peraturan kelas Penghargaan Menaati peraturan kelas

Konsistensi Ketetapan guru Tabel 3. Kisi-kisi pedoman observasi kepala sekolah

Variabel Sub Variabel Indikator

Disiplin

Peraturan Peraturan sekolah Kebiasaan

Kebiasaan sebelum masuk kelas Kebiasaan di dalam kelas Kebiasaan di luar kelas Hukuman Melanggar peraturan sekolah Penghargaan Menaati peraturan sekolah

Konsistensi Ketetapan kepala sekolah

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini disusun guna sebagai pedoman oleh peneliti dalam melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, serta siswa SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. Pedoman ini disusun guna untuk menggali informasi dan data tentang penerapan disiplin melalui budaya sekolah pada siswa di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. Pedoman wawancara perlu disusun supaya proses wawancara tetap fokus pada masalah yang diteliti. Secara lebih rinci pedoman yang digunakan dalam pedoman wawancara diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 4. Kisi-kisi pedoman wawancara siswa kelas VA Variabel Sub Variabel Indikator

Disiplin Peraturan

Peraturan sekolah Peraturan kelas Peraturan bermain


(64)

Variabel Sub Variabel Indikator

Disiplin

Kebiasaan

Kebiasaan sebelum masuk kelas Kebiasaan di dalam kelas Kebiasaan di luar kelas Hukuman Melanggar peraturan sekolah

Melanggar peraturan kelas Penghargaan Menaati peraturan sekolah

Menaati peraturan kelas Konsistensi Ketetapan siswa

Tabel 5. Kisi-kisi pedoman wawancara guru kelas VA

Variabel Sub Variabel Indikator

Disiplin Peraturan Peraturan sekolah Peraturan kelas Peraturan bermain Kebiasaan

Kebiasaan sebelum masuk kelas Kebiasaan di dalam kelas Kebiasaan di luar kelas Hukuman Melanggar peraturan kelas Penghargaan Menaati peraturan kelas

Konsistensi Ketetapan guru Tabel 6. Kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah

Variabel Sub Variabel Indikator

Disiplin

Peraturan Peraturan sekolah Kebiasaan

Kebiasaan sebelum masuk kelas Kebiasaan di dalam kelas Kebiasaan di luar kelas Hukuman Melanggar peraturan sekolah Penghargaan Menaati peraturan sekolah

Konsistensi Ketetapan kepala sekolah

F. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2007: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 129) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian


(1)

258

Lampiran 7. Hasil Dokumentasi

HASIL DOKUMENTASI

Gambar 1. Budaya malu yang dipasang

di dinding sekolah

Gambar 2. Siswa kelas VA sedang

piket kelas

Gambar 3. Siswa bersiap untuk berbaris

dan guru mengatur siswa untuk berbaris

dengan tertib

Gambar 4. Siswa sedang baris berbaris

sebelum masuk kelas


(2)

259

Gambar 5. Siswa sedang berdo’a

Gambar 6. Kegiatan belajar mengajar

di dalam kelas

Gambar 7. Ruang tempat cctv untuk

memantau siswa

Gambar 8. Siswa kelas VA yang tidak

memperhatikan dihukum menyanyi

Gambar 9. Siswa perempuan

melaksanakan hukuman

push up

Gambar 10. Siswa laki-laki

melaksanakan hukuman

push up


(3)

Dengan

ini

saya,

Nama NIP Instansi

PERNYATAAN IttPERrこ

DGEttiVr

PEDOⅣ

IAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

:Ap五 lia Tina LidyasaH,M.Pd.

:198204252005012001

:Fakuitas 1lmu Pendidikan■nゞ

Y

Sebagai expert judgement yang disusun oleh: Nama

NIM

Program Studi Fakultas

Sho缶

atul Badi'ah

ll108241029

PGSD

11lnu Pendidikan

Menyatakan bahwa pedoman observasi dan wawancara yang disusun oleh mahasisrva tersebut

di

atas, sudah dikonsultasikan

dan layak

digunakan untuk

penelitian dalam

iangka men)rusun

skripsi

yang

berjudul "Peranan

Sekolah

dalam

Menerapkan Kedisiplinan

Siswa Kelas

VA

SD Negeri Pujokusuman

Yogyakarta".

Demikian

pemyataan

ini

saya

buat

dengan

sebenar-benalxya untuk

di gunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta,

?l

Juni 201 5

Dosen Pembimbing Judgement

Aprllia Tina Lidyasan,M.Pd.


(4)

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS ILPIIU PENDIDIKAN

Alalnat i Karangmalang,Yogyakarta 55281

Telp(0274)586168 Hunting,Fax(0274)540611;Dckan Tclp(0274)520094

Tclp(0274)586168 Ps、 v(221,223,224,295,344,345,366,368,369,401,402,403,417)

Certincate No QSC 00687

Diberitahukan dengan hormat, bahrva untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik yang ditetapkan oleh

Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, mahasiswa berikut ini diwaj ibkan melaksanakan pene I itian :

l Juli 2015

Sho御/atul Badi'ah ll108241029

PGSDPPSD

Jin Bantui no.75 Yowakarta

Mempcroleh data penclitian tugas akhir skripsi

SD Negeri PLliOkuSuman Yogyakarta

kcpala sekolah,guru kelasヽ ちへ,dan Siswa kelas VA

Peranan Sekolah dalanl Menerapkan Kedisiplinan Sia、 va Kclas VA SD Ncgcri PttOkusuman Yogyakarta

Juli―Septcmber 2015

PERANAN SEKOLAH DALAM NIEllERAPKAN KttDISIPLINAN SISWA

KELAS VA SD NEGERIPUJOKUSUMAN YOGYAKARTA

Atas perhatian dan kerjasama yang baik kami mengucapkan terima kasih.

蠍 篤綿l→ 19600902198702100り

No. :

l{V7

/UN34.

rllPLlz)ls

Lamp. :

I

(satu) Bendel Proposal

Hal

: Permohonan izin Penelitian

Yth . Walikota Yogyakarta

Cq. Ka. Dinas Perizinan Kota Yogyakarla Jl.Kenari No.56 Yogyakarta Kode Pos 55165 Telp (0274) sssZ4t Fax. (0274) sss24t

Yogyakarta

Nama

NIM

Prodi/Jurusan Alamat

Tujuan Lokasi Subyek Obyek Waktu Judul

Tembusan Yth:

l.Rektor ( sebagai laporan)

2.WakilDekan I FIP 3.Ketua Jurusan PPSD FIP 4.Kabag TU

5.Kasubbag Pendidikan FIP 6.Mahasiswa yang bersangkutan

Universitas Negeri Yogyakarta

Sehubungan dengan hal itu, perkenankanlah kami memintakan izin mahasiswa tersebut melaksanakan kegiatan penelitian dengan ketentuan sebagai berikut:


(5)

PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA

DINAS PERIZINAN

」I Kenarl No 56 Yogyakarta 55165 Telepon 514448,515865,515865,515866,562682 Fax(0274)555241

巨―MAIL i pettzinan@logiakOta go ld

HOttLINtt SMS 1 081227625000 HOT LINtt EMAIL:upikに開oqiakota go id ヽノVttBSIT巨 :www penZlnan iOqlakota oo ld

fv4ernbaca Surat

l/lt:ng ingat

. ) iil I n l',a n Kr: 6;i:rJa

I()kasi/1Resr)Orlden ヽハ〆aktu

LarTR卜)irarl

[)o rl()arl Ketentuan

i"anda Tangan Pemegang lzin

iil'IOFWATIJL BADI'AH

:ql1

,(cni;da :

',

i'r

1 Walikota Yogyakarta (sebagai laporan)

2

Ka

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta 3 Kepala SD Negeri Pujokusuman Yogyakarta

- l.--:-

tr;ti, I nru Pc:rdidikan - UNY

:

'.:,. / / Z γ ′

α

SURAT IZIN

NOMOR:

070/2478 44う 2/う4 Dan Dekan Fak llmu Pendldikan― ∪

NY

Nomor i3934/∪ N3411/PL/2015 Tanggal 1」ul1 201 5

1.

Ireraturan Gubernur Daerah istimewa Yogyakarta

Nomor:

1B Tahun 2009 tentarrrl

Pedoman Pelayanan Perizinan, Rekomendasi Pelaksanaan

Survei,

Penelitian,

Pendataan, Pengembangan, Pengkajian dan Studi Lapangan

di

Daerah lstimewir Yogyakarta.

2.

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan,

Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah;

3.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 29 Tahun

2007

tentang Pemberian lzin

Penelitian, Praktek

Kerja

Lapangan

dan

Kuliah Kerja Nyata

di

Wilayah Kotin

Yogyakarta;

4

Peraturan Walikota Yr:gyakarta Nomor B5 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian -[ur1:r;

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta;

5

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor

20 tahun

20'1

4

tentang Penyelenggiir;t.ll

Perrzinan pada Pemerintah Kota Yogyakarta;

Narna

;

SHOFWATUL BADI'AH No. Mhs/

NIM .

1108241029

Pekerjaan

:

Mahasiswa Fak. llmu Pendidikan - UNY

Alamat

:

Kampus Karangmalang, Yogyakarta

Penanggungjawab

:

UnikAmbarWati, M.Pd.

Keperluan

:

Melakukan Penelitian dengan judul Proposal : PERANAN SEI(OLAli

DALAM MENERAPKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VA Si)

NEGERI PUJOKUSUMAN YOGYAKARTA

Kota Yogyakarta

3 Juli 2015 s/d 3 Oktober 2015 Proposal dan Daftar Pertanyaan

1.

Wajib lr/emberikan Laporan hasil Penelitian berupa CD kepada Walikota Yogyakarta

(Cq. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta)

2.

Wajib Menjaga Tata tertib dan menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku sr-)ternSri,rl

3.

lzin ini tidak disalahgunakan untuk tujuan tertentu yang dapat menggirngg! kesetabilan pernerintahan dan hanya diperlukan untuk keperluan ilrniah

4

Surat izin rni sewaktu-waktu dapat dibatalkan apabila tidak dipenuhinya ketentuan-ketentuan tersebut diatas

Kernudian diharap para Pejabat Pemerintahan setempat dapat memberikan bantuan seperlunya

: Yogyakarta : 6‐7-2015

Dinas Perizlnan

kretaris

ntr.l

-/

,

-/

HARDONO

Dikeluarkan dl

Kepala

ノ篤


(6)

PEMERINttAH KOttA YOGYAKARttA

DiNAS PENDIDIKAN

UPtt PENGELOLA ttAMAN KANAK―

KANAK

DAN SEKOLAH DASARヽ

ILAYAH SELAttAN

SEKOLAH DASAR NEGERIPUJOKUSUMAN l

」I Kolonel Sugiono No 9 Yogyakarta丁lp (o274)384171:379345 Kode Pos 55152

E―Mail:sdnpttokuSumanl@gmall COm

' SURAT KETERANGAN

Nomor:424 /557/2015

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Agus Kusmantoro, S.Pd. 19590805 1,979T21 009 Pembina

IVa

Kepala Sekolah SD Pujokusuman

I

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :

Nama NIP

Pangkat Golongan Jabatan

Instansi

Nama

NIM

Program Studi

:ShoAvatul Badi'all

:11108241029

:Univcrsitas Negeri Yogyakarta

Nama tcrscbut di atas telah melakukan Чi Coba dcnganJudul Proposal:

``PERANAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KEDISIPLINAN SISヽ

/A

KELAS VA SD NEGERIPUJOKUSUMAN l YOGYAKARTA“

.

Delnikiall surat kctcrangan ini kallli sampaikan untuk dapat dipcrgunakan scbagai

mana lllcstinya

2015

ro,S.Pd.

ρ