1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia selalu di isi dengan pelaksanaan kebiasaan- kebiasaan atau pengulangan kegiatan yang dilakukan secara rutin tiap
harinya. Di dalam kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan secara rutin tersebut, terdapat aturan-aturan yang menjadi tolok ukur tentang benar
tidaknya atau efektif tidaknya pelaksanaannya oleh seseorang, karena adanya kebiasaan dan pengulangan kegiatan yang dilakukan setiap harinya maka
karakter individupun akan terbentuk. Menurut Suyanto Syamsul Kurniawan, 2013: 28 mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan karakter bukan semata-mata soal pengetahuan belaka, namun terlebih soal kepribadian dan perilaku siswa sehari-hari Sofan Amri,
dkk, 2011: 26. Setiap siswa yang berkarakter maka dapat ditunjukkan dengan perilaku unik sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kondisi
dimana siswa tinggal. Sehingga, menurut Zamroni Darmiyati Zuchdi, 2011: 174 pendidikan karakter tidak hanya bisa diceramahkan, atau dipaksakan
lewat proses indoktrinasi berselubung pendidik. Pendidikan karakter perlu di dasarkan pada strategi yang tepat.
Kedisiplinan merupakan salah satu upaya dalam pembentukan pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak lepas dari nilai-nilai tentang
2
benar dan salah, dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah, orangtua maupun guru harus mengenalkan nilai-nilai baku yang akan
menjelaskan prinsip-prinsip benar dan salah tersebut kepada anak. Ketika mengenalkan nilai-nilai dan menjelaskan prinsip-prinsip yang benar, maka
orangtua maupun guru dapat membuat peraturan yang harus dilakukan oleh anak agar karakter disiplinnya bisa berkembang.
Siswa sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi
dirinya. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter diantaranya yaitu disiplin. Disiplin merupakan bentuk perilaku patuh dan taat
terhadap peraturan yang berlaku. Disiplin sangat penting untuk menjadikan
individu lebih terarah dalam menjalani kehidupannya. Menurut Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional Darmiyati Zuchdi, 2011: 168
disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan merupakan cerminan dari
kehidupan masyarakat. Tinggi atau rendahnya suatu kedisiplinan masyarakat maka dapat menunjukkan tinggi rendahnya budaya masyarakat yang dimiliki.
Menurut Syamsul Kurniawan 2013: 136 disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.
Kedisiplinan telah diajarkan dalam lingkungan keluarga seperti tidur tepat waktu. Akan tetapi, tidak hanya dalam lingkungan keluarga,
3
kedisiplinan juga harus diterapkan dalam lingkungan sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat atau lingkungan yang ikut berperan dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak supaya menjadi baik. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk menumbuhkan kembali
kesadaran siswa terhadap disiplin salah satunya adalah sekolah harus ikut berperan dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa, dengan cara sekolah
dapat memberikan arahan atau petunjuk yang pasti bagi siswa tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa. Setiap siswa harus
dibantu agar bisa menjalani hidup secara disiplin. Siswa tidak mungkin mengetahui dan melaksanakan kedisiplinan tanpa adanya bantuan dan arahan
dari orang lain, khususnya sekolah ketika mereka berada dalam lingkungan sekolah.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan dalam mendisiplinkan siswa yaitu bagaimana memahami bentuk dan cara-cara yang
tepat untuk menerapkan dan menanamkan kedisiplinan pada siswanya. Perintah dan larangan hanya bantuan sederhana dalam menolong anak untuk
melakukan kebaikan dan menghindari kesalahan. Hal pertama yang paling penting sesungguhnya adalah menanamkan kesadaran kepada anak tentang
pentingnya sebuah kebaikan Abdullah Munir, 2010: 11. Tanpa adanya sesadaran dari anak, maka anak akan merasa berat melakukan atau
menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-harinya, karena belum mengetahui tentang kegunaan dan kepentingan dari disiplin tersebut.
4
Sebuah penelitian dilakukan oleh Ari Parmiyati 2013: 103 tentang identifikasi penyebab rendahnya kedisiplinan siswa kelas V SD Negeri Salam
1 Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi rendahnya kedisiplinan siswa terdiri dari faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kedisiplinan yaitu kurangnya pemahaman disiplin baik dari siswa, siswa yang suka mencari
perhatian di kelas, siswa yang suka meniru gaya artis, dan siswa yang sering diledek oleh siswa lain. Disamping itu, faktor eksternal yang mempengaruhi
kedisiplinan yaitu orang tua yang acuh tak acuh, pola asuh orang tua yang terlalu berlebihan dalam memperhatikan maupun menasehati anak, program
pengecekan kebersihan yang tidak berjalan lancar, kurangnya pemahaman disiplin baik dari guru maupun orang tua, guru jarang memberikan penguatan
berupa pujian kepada siswa. Berdasarkan uraian tentang penyebab rendahnya kedisiplinan siswa,
disiplin dalam menjalankan tata tertib tidak akan terasa berat jika dilaksanakan dengan kesadaran akan penting dan manfaatnya. Kemauan dan
kesediaan mematuhi disiplin itu datang dari dalam diri orang yang bersangkutan atau tanpa paksaan dari luar atau orang lain, khususnya dalam
diri siswa. Akan tetapi dalam keadaan seseorang belum memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang sering dirasakan yaitu terasa berat karena
tidak mengetahui manfaat dan kegunaannya, maka diperlukan tindakan pemaksaan dari luar atau dari orang yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan atau mewujudkan sikap disiplin, sehingga rasa atau sikap
5
disiplin akan tertanam dan muncul dari dalam diri siswa sendiri. Tanggung jawab dalam menerapkan kedisiplinan di lingkungan sekolah yaitu semua
warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan siswa. Berdasarkan pernyataan di atas, salah satu peranan yang dilakukan
oleh sekolah dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa-siswanya, yaitu dengan ikut berperan dengan memberikan arahan pada siswa tentang apa
yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Karena karakter dari siswa SD masih bersifat meniru lingkungan sekitarnya. Saat
melaksanakan observasi pada tanggal 10 januari 2015 peneliti menemukan hal yang menarik di SD Negeri Pujokusuman 1. Setiap harinya ketika bel
berbunyi maka semua siswa langsung pergi ke lapangan untuk melakukan kegiatan berbaris. Saat kegiatan tersebut mereka menyanyikan lagu-lagu
nasional dan terkadang juga menyanyikan lagu-lagu jawa yang isi dari lagu- lagu tersebut merupakan ajaran tentang hal-hal atau sikap yang baik.
Ketika kegiatan berbaris juga ada kegiatan dimana guru menyampaikan cerita tentang tindakan-tindakan yang menyimpang yang
dilakukan oleh siswa SD Negeri Pujokusuman 1 supaya siswa lainnya mengambil hikmah dari cerita tersebut dan tidak melakukan hal yang sama.
Peneliti juga melakukan observasi di kelas VA. Peneliti menemukan bahwa masih ada siswa yang kurang disiplin saat pembelajaran berlangsung, seperti
masih ada siswa yang asik berbicara dengan temannya dan tidak memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran di depan kelas dan masih ada
siswa yang kurang rapi dalam berpakaian.
6
Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 6 Februari 2015 menunjukkan bahwa SD Negeri Pujokusuman 1 menerapkan nilai
kedisiplinan tidak hanya diinternalisasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, melainkan juga diterapkan dalam kegiatan-kegiatan yang lain,
diantaranya adalah kegiatan berbaris yang dilakukan setiap paginya sebelum masuk kelas. Disamping itu, kepala sekolah juga ikut andil dalam memantau
atau mengawasi kedisiplinan para siswa dan menindak lanjuti jika ada siswa yang melanggar peraturan sekolah dengan cara diberikan arahan untuk
menjadi lebih baik atau diberikan sanksi sebagai efek jera untuk siswa yang melanggar tersebut. Seperti ketika siswa sering terlambat maka siswa tersebut
akan dipanggil kepala sekolah dan ditanya sebab kenapa dia suka terlambat, dan diberikan nasehat atau arahan untuk menjadi lebih baik.
Saat wawancara peneliti juga mendapatkan informasi bahwa sekolah telah membuat tim bimbingan dan konseling untuk menangani anak yang
melakukan kesalahan atau melanggar aturan yang diterapkan di sekolah. Tim bimbingan dan konseling beranggotakan guru kelas. Walaupun sudah ada tim
tersebut ketika ada siswa yang melakukan pelanggaran yang menangani atau mengatasi kepala sekolah. Hal tersebut disebabkan karena tim yang telah
dibentuk tersebut kurang bisa bekerja dengan maksimal karena masing- masing dari anggota tim tersebut sudah sibuk dengan tugas mengajarnya.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1. Ketika wawancara, guru kelas VA menjelaskan bahwa siswa
kelas VA sangat beragam, ada siswa yang berasal dari keluarga yang
7
memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada siswa yang berasal dari keluarga yang memang mampu dan ada siswa yang berasal dari keluarga
yang sedarhana. Siswa masih kurang dalam melakukan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-harinya, seperti memperhatikan pembelajaran dan masuk
kelas tepat waktu. Ketika ada siswanya yang tidak ngerjakan PR maka guru kelas VA akan memberinya hukuman seperti siswa tersebut disuruh untuk
mengerjakan PR tersebut di kelas dan juga diberikan tugas tambahan. Berdasarkan uraian tentang pentingnya kedisiplinan bagi siswa, serta
hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas VA, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kegiatan yang dilakukan oleh sekolah
dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa di SD Negeri Pujokusuman 1. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Penerapan Disiplin Melalui
Budaya Sekolah Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta”
B. Identifikasi Masalah