32
H. Profil Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”
Sesuai dengan Kesepakatan Bersama Nomor: 09NKB.YK2015 antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Kementrian Agama Kota
Yogyakarta Tentang Kerjasama dalam bidang pendidikan, pemdidikan agama dan keagamaan, pengabdian masyarakat dan pemberdayaan sumber
daya Kota Yogyakarta, maka perlu diadakan pendidikan agama yang terintegrasi dengan pendidikan formal. Tindak lanjut dari kesepakatan
tersebut lahir pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi MDTT di Kota Yogyakarta.
Kamis, 8 Oktober 2015, bertempat di SD Negeri Suryodiningratan 2 Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta diresmikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah Terintegrasi MDTT “Al Latif”
di SD Negeri Suryodiningratan 2 oleh Walikota Yogyakarta Bapak H. Haryadi Suyuti,
dan penamaan “Al Latif” sebagai nama Madrasah tersebut dipilih langsung oleh Walikota Yogyakarta. Tujuan didirikannya Madrasah Diniyah
Takmiliyah Terintegrasi MDTT “Al Latif”
di SD Negeri Suryodiningratan 2 diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Agar peserta didik terampil dalam beribadah. 2. Agar peserta didik terampil dalam membaca Al-Quran
3. Berakhakul karimah
I. Penelitian yang Relevan
Peneliti mencoba mengaitkan penelitian terdahulu yang telah ada dan diangggap relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian
33
yang terdahulu tersebut diharapkan dapat memberikan asumsi yang jelas tentang perbedaan penelitian yang dikaji dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian yang relevan adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian yang disusun oleh Fajar Kawentar dengan judul Pelaksanaan Penanaman Nilai Nasionalisme di SD Negeri 2 Klaten. Penelitian Fajar
Kawentar bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan hambatan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme
kegiatan pembelajaran dan di luar kegiatan pembelajaran serta hambatan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di dalam dan di
luar kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh penelitian Fajar Kawentar adalah SD Negeri II Klaten telah melaksanakan penanaman
nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran. Adapun contoh dari pelaksanaan penanaman nilai
nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran adalah seperti, pendidik dan peserta didik selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengumandangkan salam ABITA aku bangga Indonesia tanah airku, dan guru juga selalu
menyelipkan nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di luar
pembelajaran adalah sebagai berikut, ekstrakulikuler tari dan pramuka, upacara hari Senin, upacara hari besar, membiasakan memakai baju
adat pada hari-hari tertentu, membiasakan bersalaman dengan guru sebelum memasuki kelas. Sedangkan hambatan pelaksanaan
34
penanaman nilai nasionalisme di SD Negeri II Klaten terbagi menjadi dua yaitu di dalam kegiatan pembelajaran dan di luar kegiatan
pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran meliputi hambatan kompetensi dan kurikulum sedangkan di luar pembelajaran meliputi
hambatan lingkungan keluarga. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kawentar
dengan penelitian ini adalah pada fokus kegiatan, penelitian Fajar Kawentar meliputi keseluruhan penanaman nilai nasionalisme dalam
kegiatan di sekolah, baik dalam pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Sedangkan persamaannya terdapat pada tujuannya yaitu
untuk mengetahui nilai-nilai nasionalisme apa saja yang diterapkan oleh sekolah kepada peserta didik,
2. Penelitian yang dilakukan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono,
dengan judul Kebijakan Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Siswa di SMA Negeri 1 Ambarawa. Tujuan dari penelitian yang
dilakukan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono adalah untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan evaluasi, serta hambatan-
hambatan dalam pelaksanaan kebijakan penanaman nilai nasionalisme di SMA Negeri 1 Ambarawa.
Hasil peniitian ini adalah SMA Negeri 1 Ambarawa telah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi penanaman nilai-nilai
nasionalisme melalui berbagai program yaitu pengintegrasian nilai- nilai nasionalisme ke dalam mata pelajaran, kegiatan terprogram, dan
35
pembiasaan. Kemudian saran-saran yang diberikan adalah 1 Sarana dan prasarana memilik pengaruh yang sangat penting dalam
menunjang proses pelaksanaan pendidikan nasionalisme melalui pembelajaran. Sekolah harus lebih melengkapi sarana dan prasarana
yang masih kurang sehingga dapat menunjang penanaman nilai-nilai nasionalisme agar pelaksanaan penanaman nilai-nilai nasionalisme
dapat berlangsung dengan baik, tepat dan maksimal. Konsistensi dan kerjasama dari semua pihak terkait dalam penanaman nilai-nilai
nasionalisme tetap terjaga. Dengan demikian tujuan daripada pendidikan nasionalisme dapat tercapai jika nilai-nilai nasionalisme
tertanam pada diri peserta didik. 2 Bagi guru-guru di SMA Negeri 1 Ambarawa supaya lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada peserta didik. Kemampuan serta pengetahuan pendidik tentang penanaman
nilai-nilai nasionalisme perlu ditingkatkan lagi dan perlu adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar, dengan cara
gurupendidik menunjukkan sifat-sifat yang baik serta menjadi teladan yang baik, bijaksana dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa.
Jadi guru dituntut untuk lebih memahami karakteristik masing masing individu peserta didik.
Perbedaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kawentar mengungkapkan
penanaman nilai nasionalisme secara umum yang dilaksanakan oleh
36
sekolah kepada peserta didik sedangkan penelitan yang dilakasanakan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono menekankan kepada proses dari
perencanaan hingga evaluasi. Penelitian ini fokus kepada Internalisasi nilai nasionalisme yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran
yang dinamakan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintrgrasi “Al Latif” yang dilaksanakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, yaitu
bagaimana nilai Nasionalisme diinternalisasikan dalam pembelajaran keagamaan yang bertujuan meningkatkan akhlak pada peserta didik.
Persamaan penelitian terdapat pada tujuan yaitu mengetahui bagaimana nilai-nilai nasionalisme diterapkan kepada peserta didik
oleh sekolah.
J. Kerangka Pikir