Internalisasi Nilai Nasionalisme di Sekolah

27 Materi kerelaan berkorban untuk negara mencakupi: a Kesetiakawanan sosial dan solidaritas nasional. b Kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab. c Pola hidup sederhana. d Menjaga fasilitas umum dan milik negara. e Menghormati kepentingan umum. 5 Kemampuan Awal Bela Negara Materi kemampuan awal bela negara mencakupi: a Hidup bersih dan sehat. b Kesehatan jasmani. c Kedisiplinan dan ketertiban. d Keuletan, tahan uji, dan pantang menyerah. e Rajin belajar dan giat bekerja.

G. Internalisasi Nilai Nasionalisme di Sekolah

Dalam penanamannya, internalisasi nilai nasionalisme dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu; 1. Melalui Kegiatan Pembelajaran Menurut Syaiful Sagala 2006: 61 mengatakan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pendidik yang baik akan melakukan komunikasi dua arah atau timbal balik dan memancing peserta didik untuk belajar secara aktif sehingga dapat terjadi proses komunikasi yang diinginkan. 28 Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilakukan pendidik dengan peserta didik dengan maksud agar peserta didik belajar dengan aktif untuk mempelajari nilai yang baru. Adapun sikap dan objek yang dinilai adalah penilaian terhadap sikap. Selain bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, berguna juga sebagai feedback pengembangan pembelajaran. Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut: 1 Sikap siswa terhadap mata pelajaran 2 Sikap guru terhadap mata pelajaran 3 Sikap terhadap proses pembelajaran 4 Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada 5 Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan 6 Sikap berhubungan dengan kompetendi afektektif 2. Melalui Kegiatan di Luar Pembelajaran Pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme selain melalui kegiatan pembelajaran juga dapat dilakukan melalui kegiatan di luar pembelajaran. Pelaksanaan internalisasi nilai nasionalisme dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah dengan pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah. 29 Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah dapat dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan dan keteladanan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mengintegrasikan kedalam kegiatan ekstrakulikuler, misalnya kegiatan pramuka, latihan tari, dll. Wina Sanjaya 2009: 277 −278 mengemukakan pembelajaran sikap individu dapat dibentuk dengan cara pola pembiasaan dan modeling. 1. Pola pembiasaan Di dalam proses pembelajaran di dalam kelas, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada peserta didik melalui proses pembiasaan. Contohnya, peserta didik selalu mendapat reward berupa pemberian hadiah dari gurunya jika peserta didik tersebut menunjukkan prestasi yang tinggi kepada gurunya, sehinga lama-kelamaan peserta didik tersebut akan selalu berusaha untuk menunjukkan berbagai hal yang positif dalam dirinya. Hal ini juga berlaku dalam penanaman sikap nasionalisme peserta didik. Pembiasaan guru untuk mengenalkan dan mengajarkan pentingnya sikap nasionalisme dapat menjadikan anak terbiasa untuk menjadi seorang nasionalis. Misalnya, ketika akan memasuki ruang kelas guru senantiasa membiasakan diri untuk berjabat tangan dan bertegur sapa dengan peserta didiknya. Kebiasaan guru tersebut dapat menanamkan rasa persatuan dan kesatuan karena peserta didik dibiasakan untuk saling menghargai antar sesamanya. Pembiasaan lain yang dapat 30 dilakukan guru adalah selalu mengecek kehadiran siswa di kelas. Kegiatan guru tersebut dimaksudkan agar peserta didik senantiasa memiliki perilaku disiplin dalam dirinya. Selain itu, pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan cara mengaktifkan peserta didik ketika pembelajaran. Keberanian dan kerja keras dalam diri peserta didik dapat ditanamkan karena guru senantiasa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasannya selama pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat memberikan aktivitas kepada peserta didik berupa kegiatan yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik. 2. Modeling Pembelajaran sikap seseorang dapat dilakukan melalui proses modeling, yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Modeling adalah proses peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Misalnya, ada seorang peserta didik yang sangat mengagumi gurunya. peserta didik tersebut akan cenderung meniru semua perilaku guru tersebut. Sebagai contoh, jika gurunya selalu berpakaian rapi saat di sekolah, maka peserta didik tersebut juga akan mengikuti hal yang sama seperti gurunya. Akan tetapi, guru tersebut juga harus menjelaskan alasannya karena agar sikap yang muncul nantinya didasari oleh kebenaran akan suatu sistem nilai. 31 Pendidik dan peserta didik memiliki kesinambungan, pendidik diibaratkan sebagai khalifah dan peserta didik menjadi pengikut khalifah, maka peserta didik sebagai pengikut khalifah memiliki syarat agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, begitu juga guru memiliki kewajiban dalam membina karakter peserta didik, berikut adalah kewajiban guru kepada peserta didik menurut Kahar Masyhur 1994: 83; 1. Membentuk peserta didik susila. 2. Membentuk peserta didik yang cakap. 3. Membentuk peserta didik demokratis. 4. Membentuk peserta didik bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. 5. Membentuk peserta didik yang berkebudayaan Indonesia. 6. Membentuk peserta didik yang berkebangsaan Indonesia. Peserta didik juga memiliki syarat dalam keselarasan kegiatan pembelajaran, yaitu adalah. Kahar Masyhur 1994:83: 1. Kuat beragama. 2. Cakap. 3. Dapat memelihara rahasia. 4. Berani karena benar. 5. Mau menasehati sesama. 6. Cerdas dan menjaga keselamatan. 7. Cerdas dalam menjaga kepentingan umum. 32

H. Profil Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”