INTERNALISASI NILAI NASIONALISME DALAM MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TERINTEGRASI “AL LATIF” DI SD NEGERI SURYODININGRATAN 2 YOGYAKARTA.

(1)

INTERNALISASI NILAI NASIONALISME DALAM MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH TERINTEGRASI “AL LATIF” DI SD NEGERI

SURYODININGRATAN 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Aldila Ana Prastika NIM 12110244002

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT SOSIOLOGI DAN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Beri aku 1000 orang, dan dengan mereka aku akan menggerakan gunung semeru. Beri akau 10 pemuda yang membara cintanya kepada tanah air, dan aku akan

mengguncang dunia. (Sukarno)

Tidak ada alasan untuk berhenti karena selalu ada pembelajaran dalam setiap masalah.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah atas karunia Allah SWT sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya yang sederhana ini, saya persembahkan kepada:

 Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya, memberikan dukungan serta kasih sayang yang tak terhingga.  Keluarga besar yang telah memberikan do’a dan semangatnya.


(7)

vii

INTERNALISASI NILAI NASIONALISME DALAM MADRASAH DINIYAH TAKMILYAH TERINTEGRASI AL LATIF DI SD NEGERI

SURYODININGRATAN 2 YOGYAKARTA Oleh

Aldila Ana Prastika NIM 12110244002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif melalui kegiatan pembelajaran keagamaan yang diselenggarakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini adalah Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif’ dengan narasumber pengajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif’, kepala sekolah, guru, peserta didik sejumlah dua puluh, dan orangtua peserta didik. Objek dalam penelitian ini adalah internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif. Lokasi dalam penelitian ini adalah SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta. Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Keabsahan dilakukan dengan trianggulasi teknik dan sumber.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif telah menginternalisasikan nilai nasionalisme pada peserta didik dengan membina akhlak peserta didik. Adapun contoh internalisasi nilai nasionalisme adalah membiasakan peserta didik untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan, menghormati orang tua dan menyayangi sesama, serta membiasakan tolong menolong terhadap sesama. Internalisasi nilai nasionalisme dalam kegiatan pembelajaran keagamaan di dalam kelas guna mewujudkan akhlakul karimah pada peserta didik sejak dini.

Kata Kunci: Internalisasi, Nilai Nasionalisme, Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi “Al Latif"


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis masih diberi kemampuan serta kekuatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Internalisasi Nilai Nasionalisme Dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta” ini, dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa batuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta

segenap jajarannya yang telah memberikan izin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Prodi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyetujui skripsi ini.

4. Bapak P. Priyoyuwono M. Pd dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan serta meluangkan waktu dan tenaga sejak awal penyusunan proposal hingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Fokus Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Internalisasi Nilai... 12

1. Pengertian Internalisasi ... 2. Pengertian Nilai... 12 13 B. Macam-Macam Nilai... 15

C. Pengertian Nasionalisme ... 16 D. Nilai-Nilai Nasionalisme... E. Ciri-Ciri Sikap Nasionalisme...

19 21


(11)

xi

F. Sikap Nasionalisme dalam Islam... G. Internalisasi Nilai Nasionalisme di Sekolah...

1. Melalui Kegiatan

Pembelajaran... 2. Melalui Kegiatan di Luar

Pembelajaran...

H. Profil Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif...

24 27 27 28 28

I. Penelitian Relevan ... 32

J. Kerangka Berfikir ... 36

K. Pertanyaan Penelitian ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Subjek Penelitian ... C. Setting Penelitian ... 40 41 D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... F. Teknik Analisis Data... 43 44 G. Teknik Keabsahan Data ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

1. Visi dan Misi Sekolah ... 48

2. Tujuan Sekolah ... 49

3. Data Sekolah ... 50

B. Hasil Penelitian... 52

1. Pemahaman Guru Tentang Nasionalisme…………... 52

2. Pentingnya Internalisasi Nilai Nasionalisme melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif...……... 53 3. Manfaat Internalisasi Nilai Nasionalisme melalui Madrasah

Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif………...

56


(12)

xii

4. Membina Akhlak Anak dengan Internalisasi Nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif…………. 5. Materi Pelajaran yang Menunjang Nilai Nasionalisme dalam

Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif... 6. Nilai Nilai Nasionalisme yang Diinternalisasikan dalam

Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif... 7. Faktor Pendukung Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi

Al Latif ... 8. Faktor Penghambat Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi

Al Latif ... 9. Evaluasi ...

58

60

61

63

65

68 C. Pembahasan

1. Profil Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif ... 71

2. Internalisasi Nilai Nasionalisme Melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi di SD Negeri Suryodiningratan 2 ... 79 D. Keterbatasan Penelitian………... 86

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA... 89


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Data Peserta Didik 3 Tahun Terakhir ... 50

Tabel 2. Data Pendidik dan Kependidikan …... 50

Tabel 3. Data Pendidik di SD N Suryodiningratan 2 Yogyakarta... 51

Tabel 4. Data Sarana dan Prasarana………... 52

Tabel 5. Jam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif... Tabel 6. Pengajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif... Tabel 7. Administrasi Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi …... 56 67 68 Tabel 8. Struktur Organisasi Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi.... 69


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 37


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara…... 95

Lampiran 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi... 102

Lampiran 3. Hasil Observasi ... Lampiran 4. Transkip Wawancara ... 105 109 Lampiran 5. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan ... 131

Lampiran 6. Analisis Data ... 149

Lampiran 7. Triangulasi Data ... 154

Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 157

Lampiran 9. Foto ... 164

Lampiran 10. MOU Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi ... 167


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik yang terdiri dari ribuan pulau dengan keanekaragaman budaya, suku bangsa, agama, bahasa daerah, dan adat istiadat. Dilihat dari keadaan tersebut maka nasionalisme Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural yaitu memiliki keanekaragaman suku, bahasa, dan budaya. Nasionalisme bagi bangsa Indonesia merupakan suatu paham yang menyatukan berbagai suku bangsa.

Mohammad Mustari (2014: 156) menyatakan yang dinamakan bangsa (nation) adalah sekumpulan manusia yang sama bahasanya, sama adat, asal-usul, kebudayaan, senasib dan sepenanggungan, dan tempat kediaman (negaranya) pun sama. Nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi identitas etnis dengan negara. Melalui Nasionalisme, rakyat dapat meyakini bahwa bangsa adalah sangat penting. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimengerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Dalam banyak kasus identifikasi budaya nasional yang homogen itu dapat dikombinasikan dengan pandangan negatif atas ras, budaya, atau bangsa lain (asing).

Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan pribadi yang cerdas, tetapi juga menghasilkan peserta didik yang memiliki pribadi yang


(17)

2

berakhlak baik dan berbudi luhur. Muhammad Azmi (2006: 29) menyatakan bahwa pendidikan Islam juga membina aspek-aspek kemanusiaan dalam mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta.

Tujuan dan fungsi pendidikan di Indonesia sendiri diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pasal 3

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban yang bermartabat maksudnya bahwa pendidikan memiliki tugas membentuk generasi yang akademis dan nasionalis. Internalisasi nilai nasionalisme pada peserta didik di sekolah harus selalu dilestarikan, internalisasi nilai nasionalisme dilakukan sejak peserta didik pada tingkat Sekolah Dasar peserta didik agar nilai nasionalisme melekat pada jiwa peserta sejak dini.

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah asumsi mendasar diadakannya sebuah proses pendidikan, sebab kehidupan bangsa yang cerdaslah yang akan mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang jaya dalam tapak waktu yang berkesinambungan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan yang paling tepat dan yang paling dibutuhkan dalam asumsi di atas adalah kecerdasan yang mengarah pada


(18)

3

kecerdasan spiritualitas, sebab kecerdasan spiritual inilah yang sangat menentukan baik dan tidaknya suatu bangsa.

Selain sebagai pemersatu, Nasionalisme yang kuat dapat dijadikan sebagai benteng yang kokoh dalam daya tahan dari derasnya arus globalisasi. Berkaitan dengan derasnya arus globalisasi, Ariefa Efianingrum (2009: 15) mengungkapkan globlalisasi merupakan suatu sistem atau tatanan yang menyebabkan seseorang atau negara tidak mungkin untuk mengisolasikan diri dari sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan komunikasi dunia. Adanya teknologi komunikasi yang canggih mempermudah kehidupan sehari-hari dalam mengakses berbagai hal dalam lingkup yang luas. Hal ini menunjukkan terjadinya proses perubahan tradisi, sikap, dan sistem nilai dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan yang sudah ada pada negara lain. Maka dari itu apabila negara tidak memiliki ketahanan budaya yang kuat maka Nasionalisme akan sangat mudah luntur.

Tawuran pelajar sering terjadi, banyak media yang meliput terkait tawuran pelajar yang terjadi di negara ini. Bisa dilihat bahwa adanya tawuran pelajar ini menunjukkan tidak ada rasa kesatuan antar sekolah sehingga tidak tumbuh rasa saling menghargai akan perbedaan yang ada antara sekolah satu dengan sekolah lain. Berikut kasus yang melibatkan anak SD adalah kasus kekerasan yang terjadi di Bantul. Hanya gara gara game Online, seorang peserta didik SD di Kecamatan Sanden dikroyok 13 temannya di sekolah. Aksi kekerasan tersebut dinilai miris sebab terjadi di


(19)

4

kalangan pelajar yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Pemukulan terhadap korban berinisial S siswa kelas V SD 2 Sanden bermula 8 Desember lalu (Harian Jogja, 2015). Hal ini menunjukkan terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam dunia pendidikan, serta kurangnya pendidikan yang menumbuhkan dan membentuk akhlak yang baik kepada peserta didik.

Peserta didik nampak tidak memiliki pegangan nilai nasionalisme karena mereka tumbuh pada zaman di mana teknologi informasi dapat diakses dengan mudah pada lingkup yang sangat luas yang dapat menyebabkan peserta didik memiliki wawasan yang sangat luas dengan banyaknya kemudahan yang tersedia saat ini, namun apakah peserta didik memiliki akhlak yang sudah baik dalam berperilaku. Apakah peserta didik sudah tahu apa saja hak dan kewajibannya sebagai warga negara, warga sekolah, dan sebagai umat beragama. Agama mengajarkan bagaimana harus bersikap sesuai dengan kaidah yaitu bagaimana menjadikan diri seseorang memiliki akhlak yang baik atau berakhlakul karimah. Dengan demikian nilai nasionalisme dapat diwujudkan dengan membentuk peserta didik yang memiliki akhlak baik, dengan akhlak yang baik maka peserta didik memiliki acuan dalam berperilaku dalam kehidupan sehari- hari.

Peran kepala sekolah akan jauh lebih berat. Kepala sekolah harus memiliki wawasan yang luas dalam memilih dan menerapkan nilai-nilai positif yang dibawa oleh derasnya arus globalisasi namun harus tetap


(20)

5

dapat menumbuhkan semangat Nasionalisme pada peserta didik agar dapat terus berkembang namun tetap melestarikan budaya bangsa.

Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang jelas dari sekolah dalam memberikan arahan akan nilai-nilai nasionalisme karena pendidikan tidak hanya dituntut untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan sosial yang ada, pendidikan juga dituntut untuk mampu mengantisipasi perubahan dalam menyiapkan generasi muda untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang tanpa melupakan rasa cinta nya terhadap bangsa yaitu dapat dilakukan dengan internalisasi nilai nasionalismse dalam kegiatan sekolah supaya nilai nasionalisme dapat menjadi acuan perilaku, dapat ditransformasikan dari generasi ke generasi guna membiasakan peserta didik agar dapat menghargai dan mencintai tanah air agar dapat menghindari berbagai dampak negatif dari perubahan sosial.

Rasa nasionalisme sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme. Internalisasi nilai nasionalisme perlu ditransformasikan kepada peserta didik untuk membekali peserta didik agar dapat memiliki pilihan tepat dalam menghadapi perubahan. Internalisasi nilai nasionalisme dapat diintegrasikan sekolah melalui mata pelajaran dan kegiatan lainnya seperti upacara bendera, ekstrakurikuler, kepramukaan, dan kunjungan sekolah ke museum atau monumen setempat, lomba perayaan hari kemerdekaan,


(21)

6

perayaan hari Kartini dan kegiatan pembelajaran agama seperti Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT).

Pendidikan dengan memasukkan nilai nasionalisme menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan bangsa dan negara Indonesia. Progam ini diintegrasikan dalam semua jenjang pendidikan dari sejak dini sampai dewasa, dalam hal ini SD, SMP, SMA dengan tujuan merupakan titik balik bagi para peserta didik sebelum melangkah kepada kehidupan yang sebenarnya sebagai penerus bangsa ini. Oleh karena itu perlu adanya pembekalan atau penanaman tentang nilai-nilai nasionalisme sebagai dasar dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Integrasi nilai-nilai nasionalisme ke dalam pembelajaran dapat mempermudah proses internalisasi nilai oleh peserta didik. Hal Ini didasarkan pada pemikiran bahwa peserta didik secara langsung akan semakin terbiasa dengan nilai-nilai nasionalisme yang diberikan melalui pembelajaran, sehingga mereka akan semakin terbiasa pula untuk memiliki kesadaran berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang selaras dengan lingkungannya sehari-hari. Internalisasi nilai nasionalisme pun dapat dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Salah satunya yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah meningkatkan akhlak yang baik kepada peserta didik sehingga sikap dan sifat peserta didik terbangun dengan baik sejak dini guna meningkatkan rasa nasionalis seperti saling menghargai perbedaan, rasa jujur dan tanggung jawab, toleransi dan kerja sama. Internalisasi nilai


(22)

7

nasionalsime tersebut dapat diberikan oleh pendidik melalui kegiatan pembelajaran agama, yang berguna dalam peningkatan akhlak peserta didik guna menjunjung nilai nasionalis, Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi “Al Latif” merupakan salah satu kegiatan yang dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan nilai nasionalisme bagi peserta didik.

Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” merupakan nama kegiatan pembelajaran agama yang dilaksanakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, dilaksanakan di luar jam sekolah. Madrasah Diniyah Takmiliyah ialah suatu pendidikan keagamaan Islam yang menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai pelengkap bagi peserta didik pendidikan umum. Untuk tingkat dasar (Diniah Takmiliyah Awaliyah) dengan masa belajar 6 tahun. Madrasah diniyah menjadi diniyah takmiliyah terintegrrasi berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan madrasah diniyah takmilyah merupakan pendidikan tambahan sebagai penyempurna bagi peserta didik sekolah dasar (SD) yang hanya mendapat pendidikan agama Islam dua jam pelajaran dalam satu minggu, oleh karena itu sesuai dengan artinya maka kegiatan tersebut yang tepat adalah diniyah takmiliah. Tujuan dari kegiatan untuk peserta didik adalah:

1. Terampil dalam beribadah

2. Terampil dalam membaca Al Quran 3. Berakhlakul karimah.


(23)

8

Mengajarkan bagaimana peserta didik untuk disiplin dan bertanggung jawab. Tujuan pada nomor tiga tersebut akan diiinternalisasikan nilai nasionalisme yang bermanfaat dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan watak peserta didik. Mengenai akhlak, berikut pemaparan Syauiqi Bei dalam Kahar Masyur (1994: 3) menyatakan bahwa hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlak telah lenyap, maka lenyap pula bangsanya. Kemiskinan nilai agama pada pendidikan suatu generasi bangsa lambat laun dapat menjadi bencana bagi bangsa itu sendiri.

Berdasarkan wawancara saat melakukan pra observasi, menunjukkan bahwa SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, yang beralamat Jalan Pugeran No. 21 Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta telah menginternalisasikan nilai nasionalisme melalui kegiatan pembelajaran agama Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi. Peneliti terdorong untuk meneliti lebih jauh bagaimana cara Internalisasi nilai nasionalisme yang dilaksanakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta melalui kegiatan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul “Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta”.


(24)

9 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan terdapat beberapa permasalahan yang apabila dirinci adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya semangat nasionalisme pada peserta didik yang mengakibatkan menurunnya nilai toleransi dan penghargaan akan perbedaan, terlihat dengan adanya perkelahian antar pelajar.

2. Konflik antar pelajar seperti perkelahian menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam masyarakat.

3. Kurangnya pemahaman agama pada peserta didik menyebabkan kenakalan remaja.

4. Jam pelajaran pendidikan agama di sekolah negeri hanya dua jam dalam seminggu sehingga perlu adanya tambahan.

C. Fokus Penelitian

Mengingat kompleksnya permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini hanya mengambil satu permasalahan yaitu mengenai Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodinigratan 2 Yogyakarta. Pembatasan masalah ini dilakukan dengan tujuan agar penelitian lebih terarah dan optimal.

D. Rumusan Masalah

Dilihat dari batasan masalah di atas maka peneliti dapat merumuskan permasalahan yaitu bagaimana internalisasi nilai


(25)

10

Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

E. Tujuan Penellitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Internalisasi nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut.

1) Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan mengenai peran Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” dalam Internalisasi Nilai Nasionalisme pada peserta didik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat memberikan mengenai Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.


(26)

11

b. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan mengenai Internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.


(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Internalisasi Nilai

a. Pengertian Internalisasi

Mohammad Mustari (2014: 5) menyatakan bahwa menginternalisasi artinya “membatinkan” atau “merumahkan dalam diri” atau “meng-intern-kan” atau “menempatkan dalam pemikiran” atau “menjadikan anggota penuh”. Jadi, faktor iman, nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan (berfikir dan berbuat) harus ditempatkan di dalam diri dan menjadi milik sendiri. Sesuatu yang telah meresap menjadi milik sendiri tentu akan dipelihara sebaik-baiknya. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Ridwan Nasir (2010: 59) mengungkapkan internalisasi adalah upaya yang harus dilakukan secara berangsur-angsur, berjenjang, dan istiqomah. Penanaman, pengarahan, pengajaran, dan pembimbingan, dilakukan secara terencana, sistematis dan terstruktur dengan menggunakan pola dan sistem tertentu.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bawasannya internalisasi merupakan proses menempatkan atau memasukan keyakinan ke dalam pemikiran yang diwujudkan dalam bentuk tindakan yang dilaksanakan secara berangsur- angsur dengan menggunakan pola atau sistem tertentu.

Muhaimin (1996: 153) menjelaskan proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap


(28)

13

yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, yaitu: (a) Tahap transformasi nilai, tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai baik dan yang kurang baik. Komunikasi yang terjadi pada tahap ini adalah komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh; (b) Tahap transaksi nilai, adalah suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau komunikasi antar peseta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal balik; (c) Tahap transinternalisasi, tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Tahap ini tidak hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tetapi juga dengan sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini, komunikasi kepribadian berperan secara aktif.

b. Pengertian Nilai

Pada era globalisasi saat ini sangat diperlukan adanya nilai dalam aspek kehidupan. Rukiyati, dkk (2008: 58) menyatakan nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Jadi, bukan objek itu sendiri yang dinamakan nilai. Suatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, pemandangan itu indah, perbuatan itu bermoral. Indah dan susila adalah sifat atau suatu yang melekat pada pemandangan atau tindakan. Dengan demikian nilai itu sebenarnya suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan- kenyataan lainnya. Adanya nilai itu karena ada kenyataan- kenyataan lain sebagai pembawa nilai.


(29)

14

Bambang Daroeso (1986: 20) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu penghargaan atas kualitas terhadap sesuatu atau hal itu menyenangkan, memuaskan, menarik, berguna, menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan. Pendapat ini sejalan dengan Rohmat Mulyana (2004: 11) yang mengungkapkan nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.

Wina Sanjaya (2006: 274) mengungkapkan bahwa nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris. Nilai pada dasarnya merupakan standar perilaku atau ukuran kriteria seseorang untuk menentukan tentang baik dan tidak baik, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, dan sebagainya.

Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Sjarkawi (2006: 29) menyatakan bahwa nilai merupakan kualitas suatu hal yang dapat menjadikan suatu hal dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, serta dapat menjadi objek kepentingan.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan nilai adalah konsep yang berada pada pemikiran manusia maka dari itu nilai bersifat abstak karena tidak dapat dilihat dengan kasat mata, nilai ditujukan untuk memberikan suatu penghargaan atas sifat dan kualitas kepada suatu objek yang dianggap berguna dan dihargai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai merupakan sebuah proses


(30)

15

penanaman sebuah konsep yang dianggap penting dan berguna dilaksanakan secara berangsur-angsur dengan sistem tertentu.

B. Macam-macam Nilai

Dengan berbagai cara orang mencoba menggambarkan nilai J. Darminta, SJ (2006: 25) membagi nilai menjadi dua yaitu:

1. Nilai instrumental atau sarana, yang memungkinkan kita untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidup.

2. Nilai hakiki, yang bernilai pada dirinya dalam kondisi apapun. Nilai hakiki bersifat kekal, tidak akan berubah seiring berjalannya jaman, nilai hakiki bercirikan kultural (cara bertindak) dan rohani, seperti kebenaran, keadilan, persaudaraan, dan lain sebagainya. Maka nilai hakiki tidak dapat ditawar, harus ada bila ingin memiliki kualitas manusiawi-rohani. Berbeda dengan nilai hakiki, nilai instrumental dapat berubah dari waktu ke waktu.

Serupa dengan pendapat Darminta, untuk memperjelas posisi nilai Rohmat Mulyana mengklarifikasikan nilai menjadi 4 klarifikasi, yaitu:

1. Nilai terminal dan instrumental yang diartikan sebagai nilai-nilai yang ada pada diri manusia yang dapat ditujukkan oleh cara tingkah laku.

2. Nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik, keberadaan hubungan antara satu nilai dengan yang lainnya tidak berdiri sendiri. Sesuatu dikatakan nilai ekstrinsik jika hal tersebut dinilai untuk kebaikannya sendiri, bukan untuk kebaikan hal lain, sedangkan suatu memiliki nilai ekstrinsik


(31)

16

apabila hal tersebut menjadi perantara untuk mencapai hal lain. Contoh dari nilai insintrik adalah kepemilikan pengetahuan karena diartikan sebagai kebaikannya sendiri. Sedangkan contoh nilai eksintrik adalah kedisiplinan belajar, kelengkapan sarana yaitu nilai yang menjadi perantara tercapainya pemilikan pengetahuan seseorang.

3. Nilai personal dan nilai sosial, nilai-nilai yang bersifat personal terjadi dan terkait secara pribadi atas dasar dorongan-dorongan yang lahir secara psikologis dalam diri seseorang, sedangkan nilai-nilai yang besifat sosial lahir karena adanya kontak psikologis maupun sosial dengan dunia yang disikapi.

4. Nilai subyektif dan nilai objektif, nilai subjektifitas mencerminkan tingkat kedekatan subyek dengan nilai yang diputuskan oleh dirinya: sentimental, emosi, suka dan tidak suka memainkan peran dalam menimbang dan memutuskan nilai. Berbeda dengan nilai subjektifitas, nilai objektif mencerminkan tingkat kedekatan nilai dengan obyek yang disifatinya.

C. Pengertian Nasionalisme

Sunarso, dkk (2002, 10) menyatakan nasionalisme adalah formalisasi dan rasionalisasidari kesadaran nasional. Sedangkan menurut Rukiyati, dkk nasionalisme adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Karena kuatnya rasa yang dimiliki maka timbullah rasa cinta bangsa dan tanah air.


(32)

17

Pendapat lain mengenai nasionalisme adalah pendapat dari Anderson (2008: 13) memahami nasionalisme sebagai komunitas khayalan (imagined community) yang disatukan oleh persahabatan yang mendalam yang di mana anggota- anggotanya diyakini menciptakan sebuah kesatuan yang utuh dan kuat. Dalam konteks nasionalisme Indonesia Anderson (2008: 14) mengatakan bahwa nasionalisme dalam pengertian tradisional masih sangat dibutuhkan. Toto Permanto (2012: 86) mendefenisikan nasionalisme sebagai suatu paham yang berisi kesadaran bahwa tiap-tiap warga negara merupakan bagian dari suatu bangsa Indonesia yang berkewajiban mencintai dan membela negaranya.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dijabarkan di atas, dalam penelitian ini peneliti merujuk kepada pendapat yang dikemukakan oleh Toto Permanto bahwa nasionalisme merupakan kesadaran setiap warga negara bahwa tiap-tiap warga negara merupakan bagian dari suatu bangsa Indonesia sehingga berkewajiban mencintai dan membela negara. Nasionalisme dapat juga digunakan sebagai rasa ungkapan cinta pada tanah air, ras, bahasa, yaitu bentuk dari makna Bhineka Tunggal Ika di mana Indonesia terdiri dari banyak pulau dengan banyak budaya dan suku bangsa namun Indonesia tetap satu. Di Indonesia nasionalisme juga tercermin dari ideologi bangsa yang dimiliki yakni Pancasila. Arif Rohman (2009: 42) mengemukakan ideologi Pancasila memiliki lima prinsip nilai yang bersifat dasar (staat fundamental norms) yang merupakan ajaran dasar yang dipedomani oleh seluruh warga bangsa baik


(33)

18

dalam tataran individu maupun kelompok. Kelima nilai dasar itu adalah sebagai berikut.

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan keyakinan pada Tuhan. Pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saling menghormati, memberi kesempatan dan kebebasan menjalankan ibadah, serta tidak memaksakan atau kepercayaan pada orang lain.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pada sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bangsa Indonesia mengakui, menghargai dan memberikan hak dan kebebasannya yang sama pada tiap warganya, akan tetapi dalam pelaksanaannya harus tetap menghormati hak- hak orang lain untuk menjaga toleransi.

c. Persatuan Indonesia

Pada sila Persatuan Indonesia bangsa Indonesia lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Pelaksanaannya dalam kehidupan dengan cara mendahulukan kepentingan bangsa dan negara dari pada kepentingan golongan, suku, atau individu. Sila yang ketiga ini menegaskan komitmen dan pendirian warga negara untuk mengutamakan, memperhatikan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara.


(34)

19

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

Pada sila yang keempat bangsa Indonesia mengakui untuk mengambil keputusan yang menyangkut orang banyak dilaksanakan dengan cara musyawarah mufakat. Pelaksanaan musyawarah mufakat ini untuk menghargai perbedaan pendapat.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada sila yang kelima bangsa Indonesia mengakui dan menghargai warganya untuk mencapai kesejahteraan sesuai dengan hasil usahanya, tetapi dalam pelaksanaannya tidak boleh merugikan orang lain. Sehingga keadilan akan terwujud diseluruh masyarakat. D. Nilai-Nilai Nasionalisme

Nilai-nilai nasionalisme Indonesia adalah nilai-nilai yang bersumber pada semangat akan kebangsaan bukti cinta terhadap tanah air. Berikut nilai-nilai nasionalisme yang dijabarkan oleh Djojomartono, 1989: 5-7.

1. Nilai Rela Berkorban

Nilai rela berkorban merupakan aturan jiwa atau semangat bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar.

2. Nilai Persatuan dan Kesatuan

Nilai ini mencakup pengertian disatukannya beraneka corak yang bermacam-macam menjadi suatu kebulatan. Bermacam agama,


(35)

20

suku bangsa dan bahasa yang dipergunakan mudah memberi kesempatan timbulnya kekerasan. Kekerasan ini ditiadakan bilamana semua pihak mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang tebal 3. Nilai Harga Menghargai

Sebagai bangsa yang berbudaya, bangsa Indonesia sejak lama telah menjalin hubungan dengan bangsa lain atas dasar semangat harga menghargai. Jalinan persahabatan dengan bangsa merupakan bagian dari kehidupan bangsa Indonesia.

4. Nilai Kerjasama

Nilai kerjasama ini merupakan aktivitas bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari suka bekerja sama atas dasar semangat kekeluargaan.

5. Nilai Bangga Menjadi Bangsa Indonesia

Nilai ini sangat diperlukan dalam melestarikan negara Republik Indonesia, perasaan bangga ini harus tumbuh secara wajar dan jangan dipaksakan. Sejarah perjuangan sangat menunjukkan bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa yang jaya dan tinggi. Akibat penjajahan bangsa Indonesia menderita dan kekurangan, sehingga internalisasi nilai nasionalisme diterapkan agar dapat menumbuhkan semangat seluruh warga Indinesia untuk menghargai jasa para pahlawan dengan senantiasa saling menghargai dan menghormati sesama serta menjaga keutuhan bangsa.


(36)

21 E. Ciri ciri sikap nasionalisme

Ciri- ciri orang yang setia dan terhadap bangsa dan negara Indonesia menurut Dahlan dalam Siti Irene dkk, (tanpa tahun: 175) adalah sebagai berikut:

a. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

Peserta didik sekolah dasar membiasakan sikap tolong menolong apabila salah satu temannya mengalami kesusahan ataupun musibah. Misalnya, salah satu teman tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, maka teman yang lain yang mampu mengerjakan soal sebaiknya membantu temannya dengan memberi tahu cara mengerjakannya

b. Cinta tanah air, bangsa, dan negara.

Hal tersebut dapat ditunjukan dengan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik, pemakaian produksi dalam negeri, dan adanya kemauan untuk memakai pakaian batik yang merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia. Hari wajib menggunakan batik di sekolah merupakan salah satu upaya yang dilakukan guna melestarikan budaya bangsa Indonesia.

c. Selalu menjunjung tinggi nama bangsa Indonesia.

Sebagai pelajar, jika diminta untuk mewakili sekolah dalam perlombaan- perlombaan harus mau mengikutinya dengan baik. d. Merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air


(37)

22

Perwujudan akan rasa kebanggaan tersebut dapat ditunjukan dengan adanya kemauan untuk selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. Misalnya dengan cara turut serta dalam melestarikan kesenian daerah dan sebagai pelajar yang baik tentunya mau menghafal lagu daerah maupun lagu nasional.

e. Segala tingkah lakunya berusaha untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menjatuhkan martabat bangsa Indonesia.

Sebagai peserta didik sekolah dasar, perilaku tersebut tercermin dalam perilakunya untuk selalu mengikuti upacara bendera dengan baik dan dengan mematuhi perarturan sekolah sehingga tidak menimbulkan keributan.

f. Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan, keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Saling menghargai dan menghormati perbedaan merupakan salah satu sikap yang dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Contohnya dengan menghargai pendapat orang lain dan tidak berkelahi, serta membiasakan toleransi terhadap sesama.

g. Meyakini kebenaran Pancasila dan UUD 1945 serta patuh dan taat kepada seluruh perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Sebagai pelajar, peserta didik harus selalu menaati peraturan yang telah dibuat oleh sekolah, misalnya dengan cara


(38)

23

memakai seragam sekolah sesuai dengan peraturan sekolah, mentaati perintah guru selaku orang tua di sekolah.

h. Memiliki disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional yang tinggi.

Disiplin merupakan ketaatan atau kepatuhan, yaitu ketaatan seorang terhadap tata tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya (A. Tabrani Rusyan, tanpa tahun: 73). Contoh dari adanya disiplin diri sebagai pelajar yaitu selalu masuk sekolah dan mengumpulkan tugas dari guru tepat waktu. Contoh disiplin sosial antara lain tidak bermain-main pada saat mengikuti pembelajaran karena hal tersebut dapat mengganggu teman yang lain. Selanjutnya, contoh dari disiplin nasional yaitu mau mengikuti upacara bendera rutin setiap hari Senin dengan khidmat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Andi Eka Sakya (2012:33) dalam tulisannya yang berjudul “Disiplin sebagai Contoh Perilaku Nasionalistik” yaitu bahwa salah satu aspek kehidupan yang diakui menjadi salah satu faktor penting adalah disiplin. Agama mengajarkan pula untuk berdispilin dalam beribadah tepat pada waktu dan tuntunannya. i. Berani dan jujur dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

Berani merupakan perbuatan yang mau membela kebenaran dan menjauhi kejahatan (A. Tabrani Rusyan, tanpa tahun: 32). Nilai kejujuran tersebut sukar untuk diamati. Oleh karena itu, hanya objek yang mempunyai nilai kejujuranlah yang dapat


(39)

24

ditangkap oleh panca indera. Contohnya, seorang peserta didik sekolah dasar senantiasa mengerjakan ulangan sendiri tanpa bantuan orang lain.

j. Bekerja keras untuk kemakmuran sendiri, keluarga dan masyarakat.

Misalnya, kemauan untuk selalu belajar dan berusaha, karena pada dasarnya setiap keinginan selalu mengandalkan kerja keras. Selain itu, sebagai pelajar yang baik tentu harus selalu menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru dengan tidak mengandalkan teman lain.

F. Sikap nasionalisme dalam Islam

Islam juga memberikan larangan terkait dengan pemerintahan, berikut larangan yang terdapat dalam agama Islam menurut Kahar Masyhur (1994: 59)

1. Melarang membunuh diri.

2. Melarang berbicara kasar. 3. Melarang busuk hati.

4. Melarang durhaka kepada kepada ibu dan bapak.

5. Melarang meminum minuman keras.

6. Melarang berjudi. 7. Melarang cela mencela.

Banyak penyimpangan di kalangan remaja dan generasi muda saat ini yang begitu kuat, tentu ini menjadikan tugas yang diberikan kepada


(40)

25

para pendidik dan perancang di dalam penanaman nilai nasionalisme sangat berat. Arus perkembangan globalisasi dirasakan saat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Banyak peserta didik yang mulai kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidupnya cenderung meniru Budaya Barat yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Maka dari itu, diperlukan kesadaran dari bangsa Indonesia sendiri untuk berpegang teguh pada nilai-nilai nasionalisme. Kesadaran dalam berperilaku atau bersikap dalam kehidupan sehari-hari yang jarang ditemui tersebut menjadi beberapa kendala yang dialami oleh pendidik dalam internalisasi nilai nasionalisme. Maka dari itu dalam pengembangan strategi internalisasi nilai nasionalisme harus diupayakan seoptimal dan sedini mungkin.

Jabaran materi pembinaan nasionalisme melalui jalur pendidikan (Kemendiknas Provinsi, 2010: 14). Bahwa ruang lingkup materi pendidikan nasionalisme adalah sebagai berikut:

1) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Materi kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mencakup: a) Kesadaran sebagai bangsa Indonesia.

b) Cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia. c) Hak dan kewajiban sebagai warga Negara. d) Hakikat negara Indonesia sebagai NKRI e) Harkat, martabat, dan derajat bangsa Indonesia.


(41)

26

f) Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g) Kebhineka tunggal ikaan bangsa dan kebudayaan Indonesia. h) Sejarah perjuangan bangsa Indonesia, serta

i) Simbol-simbol negara (Lambang Negara Garuda Pancasila, Bendera Kebangsaan Indonesia Sang Saka Merah Putih,Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan Bahasa PersatuanBahasa Indonesia, serta Lembaga - Lembaga Negara).

2) Kecintaan Terhadap Tanah Air

Materi kecintaan terhadap tanah air mencakup:

a) Lagu-lagu perjuangan atau lagu yang bertemakan nasionalisme. b) Menjaga dan merawat lingkungan;

c) Kebanggaan atas potensi sumber daya yang dimiliki bangsa. d) Menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa melalui prestasi. e) Ikut serta menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup. 3) Keyakinan pada Pancasila sebagai Ideologi, Dasar, dan Falsafah Negara

Materi keyakinan pada Pancasila sebagai ideologi, dasar, dan falsafah negara mencakupi:

a) Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara, dan ideologi. b) Lagu kebangsaan Indonesia Raya.

c) Hari-hari besar agama dan nasional. d) Nilai-nilai kepahlawanan.

e) UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Kerelaan Berkorban untuk Bangsa dan Negara


(42)

27

Materi kerelaan berkorban untuk negara mencakupi: a) Kesetiakawanan sosial dan solidaritas nasional. b) Kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab. c) Pola hidup sederhana.

d) Menjaga fasilitas umum dan milik negara. e) Menghormati kepentingan umum.

5) Kemampuan Awal Bela Negara

Materi kemampuan awal bela negara mencakupi: a) Hidup bersih dan sehat.

b) Kesehatan jasmani.

c) Kedisiplinan dan ketertiban.

d) Keuletan, tahan uji, dan pantang menyerah. e) Rajin belajar dan giat bekerja.

G. Internalisasi Nilai Nasionalisme di Sekolah

Dalam penanamannya, internalisasi nilai nasionalisme dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu;

1. Melalui Kegiatan Pembelajaran

Menurut Syaiful Sagala (2006: 61) mengatakan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pendidik yang baik akan melakukan komunikasi dua arah atau timbal balik dan memancing peserta didik untuk belajar secara aktif sehingga dapat terjadi proses komunikasi yang diinginkan.


(43)

28

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilakukan pendidik dengan peserta didik dengan maksud agar peserta didik belajar dengan aktif untuk mempelajari nilai yang baru. Adapun sikap dan objek yang dinilai adalah penilaian terhadap sikap. Selain bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, berguna juga sebagai feedback pengembangan pembelajaran.

Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:

1) Sikap siswa terhadap mata pelajaran 2) Sikap guru terhadap mata pelajaran 3) Sikap terhadap proses pembelajaran

4) Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada

5) Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan

6) Sikap berhubungan dengan kompetendi afektektif 2. Melalui Kegiatan di Luar Pembelajaran

Pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme selain melalui kegiatan pembelajaran juga dapat dilakukan melalui kegiatan di luar pembelajaran. Pelaksanaan internalisasi nilai nasionalisme dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah dengan pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah.


(44)

29

Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah dapat dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan dan keteladanan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mengintegrasikan kedalam kegiatan ekstrakulikuler, misalnya kegiatan pramuka, latihan tari, dll. Wina Sanjaya (2009: 277−278) mengemukakan pembelajaran sikap individu dapat dibentuk dengan cara pola pembiasaan dan modeling.

1. Pola pembiasaan

Di dalam proses pembelajaran di dalam kelas, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada peserta didik melalui proses pembiasaan. Contohnya, peserta didik selalu mendapat reward berupa pemberian hadiah dari gurunya jika peserta didik tersebut menunjukkan prestasi yang tinggi kepada gurunya, sehinga lama-kelamaan peserta didik tersebut akan selalu berusaha untuk menunjukkan berbagai hal yang positif dalam dirinya. Hal ini juga berlaku dalam penanaman sikap nasionalisme peserta didik. Pembiasaan guru untuk mengenalkan dan mengajarkan pentingnya sikap nasionalisme dapat menjadikan anak terbiasa untuk menjadi seorang nasionalis. Misalnya, ketika akan memasuki ruang kelas guru senantiasa membiasakan diri untuk berjabat tangan dan bertegur sapa dengan peserta didiknya. Kebiasaan guru tersebut dapat menanamkan rasa persatuan dan kesatuan karena peserta didik dibiasakan untuk saling menghargai antar sesamanya. Pembiasaan lain yang dapat


(45)

30

dilakukan guru adalah selalu mengecek kehadiran siswa di kelas. Kegiatan guru tersebut dimaksudkan agar peserta didik senantiasa memiliki perilaku disiplin dalam dirinya. Selain itu, pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan cara mengaktifkan peserta didik ketika pembelajaran. Keberanian dan kerja keras dalam diri peserta didik dapat ditanamkan karena guru senantiasa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasannya selama pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat memberikan aktivitas kepada peserta didik berupa kegiatan yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik.

2. Modeling

Pembelajaran sikap seseorang dapat dilakukan melalui proses modeling, yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Modeling adalah proses peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Misalnya, ada seorang peserta didik yang sangat mengagumi gurunya. peserta didik tersebut akan cenderung meniru semua perilaku guru tersebut. Sebagai contoh, jika gurunya selalu berpakaian rapi saat di sekolah, maka peserta didik tersebut juga akan mengikuti hal yang sama seperti gurunya. Akan tetapi, guru tersebut juga harus menjelaskan alasannya karena agar sikap yang muncul nantinya didasari oleh kebenaran akan suatu sistem nilai.


(46)

31

Pendidik dan peserta didik memiliki kesinambungan, pendidik diibaratkan sebagai khalifah dan peserta didik menjadi pengikut khalifah, maka peserta didik sebagai pengikut khalifah memiliki syarat agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, begitu juga guru memiliki kewajiban dalam membina karakter peserta didik, berikut adalah kewajiban guru kepada peserta didik menurut Kahar Masyhur (1994: 83);

1. Membentuk peserta didik susila. 2. Membentuk peserta didik yang cakap. 3. Membentuk peserta didik demokratis.

4. Membentuk peserta didik bertanggung jawab tentang kesejahteraan

masyarakat dan tanah air.

5. Membentuk peserta didik yang berkebudayaan Indonesia. 6. Membentuk peserta didik yang berkebangsaan Indonesia.

Peserta didik juga memiliki syarat dalam keselarasan kegiatan pembelajaran, yaitu adalah. Kahar Masyhur (1994:83):

1. Kuat beragama. 2. Cakap.

3. Dapat memelihara rahasia. 4. Berani karena benar. 5. Mau menasehati sesama.

6. Cerdas dan menjaga keselamatan.


(47)

32

H. Profil Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”

Sesuai dengan Kesepakatan Bersama Nomor: 09/NKB.YK/2015 antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Kementrian Agama Kota Yogyakarta Tentang Kerjasama dalam bidang pendidikan, pemdidikan agama dan keagamaan, pengabdian masyarakat dan pemberdayaan sumber daya Kota Yogyakarta, maka perlu diadakan pendidikan agama yang terintegrasi dengan pendidikan formal. Tindak lanjut dari kesepakatan tersebut lahir pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) di Kota Yogyakarta.

Kamis, 8 Oktober 2015, bertempat di SD Negeri Suryodiningratan 2 Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta diresmikan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 oleh Walikota Yogyakarta Bapak H. Haryadi Suyuti, dan penamaan “Al Latif” sebagai nama Madrasah tersebut dipilih langsung oleh Walikota Yogyakarta. Tujuan didirikannya Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Agar peserta didik terampil dalam beribadah.

2. Agar peserta didik terampil dalam membaca Al-Quran 3. Berakhakul karimah

I. Penelitian yang Relevan

Peneliti mencoba mengaitkan penelitian terdahulu yang telah ada dan diangggap relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian


(48)

33

yang terdahulu tersebut diharapkan dapat memberikan asumsi yang jelas tentang perbedaan penelitian yang dikaji dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang disusun oleh Fajar Kawentar dengan judul Pelaksanaan Penanaman Nilai Nasionalisme di SD Negeri 2 Klaten. Penelitian Fajar Kawentar bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan hambatan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme kegiatan pembelajaran dan di luar kegiatan pembelajaran serta hambatan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di dalam dan di luar kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh penelitian Fajar Kawentar adalah SD Negeri II Klaten telah melaksanakan penanaman nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran. Adapun contoh dari pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran adalah seperti, pendidik dan peserta didik selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengumandangkan salam ABITA (aku bangga Indonesia tanah airku), dan guru juga selalu menyelipkan nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di luar pembelajaran adalah sebagai berikut, ekstrakulikuler tari dan pramuka, upacara hari Senin, upacara hari besar, membiasakan memakai baju adat pada hari-hari tertentu, membiasakan bersalaman dengan guru sebelum memasuki kelas. Sedangkan hambatan pelaksanaan


(49)

34

penanaman nilai nasionalisme di SD Negeri II Klaten terbagi menjadi dua yaitu di dalam kegiatan pembelajaran dan di luar kegiatan pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran meliputi hambatan kompetensi dan kurikulum sedangkan di luar pembelajaran meliputi hambatan lingkungan keluarga.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kawentar dengan penelitian ini adalah pada fokus kegiatan, penelitian Fajar Kawentar meliputi keseluruhan penanaman nilai nasionalisme dalam kegiatan di sekolah, baik dalam pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Sedangkan persamaannya terdapat pada tujuannya yaitu untuk mengetahui nilai-nilai nasionalisme apa saja yang diterapkan oleh sekolah kepada peserta didik,

2. Penelitian yang dilakukan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono, dengan judul Kebijakan Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Siswa di SMA Negeri 1 Ambarawa. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono adalah untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan evaluasi, serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kebijakan penanaman nilai nasionalisme di SMA Negeri 1 Ambarawa.

Hasil peniitian ini adalah SMA Negeri 1 Ambarawa telah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi penanaman nilai-nilai nasionalisme melalui berbagai program yaitu pengintegrasian nilai-nilai nasionalisme ke dalam mata pelajaran, kegiatan terprogram, dan


(50)

35

pembiasaan. Kemudian saran-saran yang diberikan adalah (1) Sarana dan prasarana memilik pengaruh yang sangat penting dalam menunjang proses pelaksanaan pendidikan nasionalisme melalui pembelajaran. Sekolah harus lebih melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang sehingga dapat menunjang penanaman nilai-nilai nasionalisme agar pelaksanaan penanaman nilai-nilai nasionalisme dapat berlangsung dengan baik, tepat dan maksimal. Konsistensi dan kerjasama dari semua pihak terkait dalam penanaman nilai-nilai nasionalisme tetap terjaga. Dengan demikian tujuan daripada pendidikan nasionalisme dapat tercapai jika nilai-nilai nasionalisme tertanam pada diri peserta didik. (2) Bagi guru-guru di SMA Negeri 1 Ambarawa supaya lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada peserta didik. Kemampuan serta pengetahuan pendidik tentang penanaman nilai-nilai nasionalisme perlu ditingkatkan lagi dan perlu adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar, dengan cara guru/pendidik menunjukkan sifat-sifat yang baik serta menjadi teladan yang baik, bijaksana dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa. Jadi guru dituntut untuk lebih memahami karakteristik masing masing individu peserta didik.

Perbedaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kawentar mengungkapkan penanaman nilai nasionalisme secara umum yang dilaksanakan oleh


(51)

36

sekolah kepada peserta didik sedangkan penelitan yang dilakasanakan oleh Joned Bangkit Wahyu Laksono menekankan kepada proses dari perencanaan hingga evaluasi. Penelitian ini fokus kepada Internalisasi nilai nasionalisme yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran yang dinamakan Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintrgrasi “Al Latif” yang dilaksanakan di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, yaitu bagaimana nilai Nasionalisme diinternalisasikan dalam pembelajaran keagamaan yang bertujuan meningkatkan akhlak pada peserta didik. Persamaan penelitian terdapat pada tujuan yaitu mengetahui bagaimana nilai-nilai nasionalisme diterapkan kepada peserta didik oleh sekolah.

J. Kerangka Pikir

Berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, diharapkan dengan kegiatan pembelajaran keagamaan ini dapat meningkatkan akhlak guna meningkatkan rasa nasionalisme kepada peserta didik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang dituntut kontribusinya dalam memimpin serta memajukan bangsanya di masa depan. Jika peserta didik telah menjadi warga negara yang baik, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa nilai nasionalisme yang dimiliki oleh peserta didik dapat diwujudkan dalam perilakunya sehari-hari berupa sikap bangga, setia, dan cinta terhadap tanah airnya, serta senantiasa mempertahankan dan memajukan bangsa


(52)

37

dan negaranya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran keagamaan harus dilakukan dengan efektif agar dapar merealisasikan internalisasi nilai nasionalisme melalui peningkatan akhlak.


(53)

38

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian Undang- Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

MDTT di SD N Suryodiningratan 2 Yogyakarta berdasar kesepakatan bersama

No: 09/NKB.YK/2015

Perencanaan kegiatan MDTT di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

Pelaksanaan Internalisasi Nilai Nasionalisme melalui MDTT di SD N

Suryodiningratan 2 Yogyakarta

Evaluasi

PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

dan Pendidikan

Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan


(54)

39 K. Pertanyaan Penelitan

1. Bagaimana pemahaman guru mengenai nilai nasionalsime? 2. Pentingkah nilai nasionalisme untuk peserta didik?

3. Apa manfaat internalisasi nilai nasionalisme kepada peserta didik? 4. Apa saja nilai nasionalisme yang diinternalisasikan pada kegiatan

MDTT “Al Latif”?

5. Bagaimana keteladanan yang diberikan guna membina akhlak anak dengan menginternalisasikan nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi “Al Latif”?

6. Materi pelajaran apa saja yang diberikan guna mendukung berjalannya internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

7. Nilai-nilai nasionalisme apa yang diterapkan kepada peserta didik dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

8. Apa saja faktor pendukung Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

9. Apa saja faktor penghambat Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”?

10. Bagaimana evaluasi program Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta?


(55)

40 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitian fenomenologi. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada pengalaman- pengalaman subjektif (J. Moleong, 2010: 15) dan penelitian kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistemastis dan digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa adanya manipulasi didalamnya dan tanpa adanya pengujian hipotesis (Andi Prastowo, 2012: 34).

Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena ingin mendeskripsikan suatu fenomena sesuai dengan keadaan yang sebenarmya dialami oleh subjek penelitian dan menyajikan data tersebut dalam bentuk kata- kata. Peneliti ingin mendeskripsikan dan menggambarkan internalisasi nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta. B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, cara pengambilan subjek penelitian adalah dengan purposive. Suharsimi Arikunto (2010: 183) menyatakan dalam purposive cara mengambil subjek penelitian bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya dasar tujuan tertentu.


(56)

41

Objek pada penelitian ini yang akan dijadikan narasumber diantaranya adalah:

1. Pengajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” 2. Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” 3. Kepala sekolah SD Negeri Suyodiningratan 2 Yogyakarta 4. Wali kelas 5 di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

5. Perwakilan peserta didik dari SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

6. Wali murid di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta C. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian kualitatif ini yaitu di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta yang berlamatkan di Jalan Pugeran Nomor 21 Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperlukan guna memperoleh data. Adapun cara yang digunakan dalam teknik ini adalah dengan melakukan interaksi sosial antara pencari informasi dan pemberi informasi. Djunaidi Ghoni (2012: 165) menjelaskan metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal


(57)

42

yang berkaitan dengan ruang, tempat pelaku, kegiatan, benda- benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.

Observasi atau pengamatan yang dilakukan penelitian ini adalah dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru mata pelajaran, stap pengajar MDTT “Al Latif”, dan peserta didik. Pengamatan dilakukan terhadap segala aktifitas dan kegiatan selama pembelajaran. Fokus utama dalam pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam berlangsungnya pembelajaran Program MDTT “Al Latif” ini adalah bagaimana usaha pengajar dalam menginternalisasikan nilai nasionalisme kepada peserta didik.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khusus nya wawancara mendalam. Wawancara adalah salah satu cara penngumpulan data dengan melakukan komunikasi dua arah antara pencari informasi dan pemberi informasi.

Terdapat dua alasan dalam penggunaan metode wawancara yang dijelaskan M. Djunaidi Ghony &Fauzan Almanshur (2012: 176) yang pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh lebih di dalam diri subjek peneliitian, alasan yang kedua adalah apa saja yang ditanyakan oleh peneliti kepada informan


(58)

43

bisa mencakup hal-hal yang lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau masa kini, dan juga masa mendatang.

Wawancara akan dilakukan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan internalisasi nilai nasionalisme dalam MDTT “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dijadikan sebagai pelengkap metode observasi dan wawancara. Telaah dokumen ini dilakukan oleh peneliti untuk mencari data-data mengenai profil sekolah, keadaan guru, karyawan, dan peserta didik. Selain itu, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, serta dokumen peserta didik berupa kegiatan/perilaku peserta didik sebagai perwujudan sikap nasionalisme. Semua dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan untuk menambah dan melengkapi pengumpulan data penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Seperti pendapat Nasution (Andi Prastowo, 2012: 43), peneliti adalah key instrument atau alat penelitian utama, karena dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian. Dalam hal ini peneliti bertindak sendiri untuk melakukan pengamatan, wawancara dan melakukan catatan lapangan. Instrumen dalam penelitian ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing. Instrumen dikembangkan menjadi beberapa indikator yang digunakan


(59)

44

untuk mengambil data. Peneliti menggunakan tiga alat bantu (instrumen) dalam pengumpulan data sebagai berikut, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi.

F. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul melalui teknik pengumpulan data merupakan data mentah. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan menggunakan teknik analisis data. Analisis data dalam penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah suatu proses. Jadi, analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisis data menurut Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2009: 337). Analisis data menurut Miles dan Huberman adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Andi Prastowo, 2012: 242). Pada tahap ini, peneliti merangkum data-data yang diperoleh dari lapangan secara teliti dan rinci, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskannya pada hal-hal yang penting, dan


(60)

45

membuang hal-hal yang tidak berkaitan dengan fokus penelitian. Hal ini memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya mengenai penanaman sikap nasionalisme.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi

Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu membuat kesimpulan akhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung.

G. Teknik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk memperoleh keabsahan data. Teknik triangulasi menurut Moleong merupakan sesuatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Andi Prastowo, 2012: 269). Teknik triangulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah triangulasi teknik dan pengumpulan data. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara melakukan pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa sumber. Pengujian kredibilitas data tentang internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi di


(61)

46

SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh dilakukan kepada tenaga pengajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” dan Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”. Data-data tersebut dideskripsikan menurut temuan yang sama atau berbeda dari ketiga sumber data tersebut.


(62)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta berada di pertengahan kota tepatnya yaitu Jalan Imogiri Barat No. 21 Kelurahan Suryodiningratan, Kecamatan Mantrijeron Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini dekat dengan pusat wisata Kota Yogyakarta, dengan akses jalan yang sangat mudah tidak berada ditepi jalan raya namun masuk dalam perkampungan sehingga sangatlah nyaman untuk proses kegiatan belajar mengajar.

SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta berdiri pada tahun 1952 dengan nomor statistik 101046009009 ini memiliki kelengkapan sarana dan prasarana cukup lengkap, di halaman depan sekolah tumbuh beberapa pohon besar yang membuat sekolah menjadi asri, sejuk, dan nyaman. Berikut ini adalah rincian profil SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta, di dalam lingkungan sekolah juga terdapat masjid sehingga seluruh warga sekolah dapat beribadah dengan baik .

1. Visi dan Misi SD Negeri Suryodiningratan 2

SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta memiliki visi “Terwujudnya manusia Indonesia yang sehat dan sadar lingkungan, Religius, berakhlak mulia, cerdas, Terampil, Unggul, Jujur dan bertanggung jawab, Berwawasan Global dengan berbekal kearifan lokal” dan sekolah mempunyai misi yaitu:


(63)

48

1. Menciptakan iklim pembelajaran kondusif sesuai dengan perkembangan usia anak dan perubahan zaman.

2. Membentuk kepribadian anak bangsa Indonesia yang karakteristik dan agamis.

3. Menumbuhkembangkan potensi warga sekolah dalam bidang spiritual, intelektual, kinetik, emosi, dan fisik.

4. Membekali ilmu pengetahuan dan kecakapan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

5. Membiasakan hidup bersih, sehat dan kompetitif. 2. Tujuan SD Negeri Suryodiningratan 2

Adapun tujuan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Menambah kenyamanan, keserasian, dan keharmonisan warga sekolah.

2. Memfasilitasi guru dan sumber belajar bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

3. Wahana pembinan profesional bagi tenaga pendidik

4. Menumbuhkembangkan semangat kerjasama secara kompetitif dikalangan tenaga kependidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

5. Memberikan kenyamanan bagi guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar.


(64)

49

7. Membina dan mengembangkan sekolah sebagai salah satu sumber belajar.

8. Sarana interaksi antara peserta didik dengan pendidik.

9. Wadah penyediaan informasi, inovasi dan pembinaan mental peserta didik.

10. Mengembangkan daya fisik siswa yang lebih aktif dan kreatif serta membutuhkan rasa percaya diri.

11. Membantu masyarakat belajar (guru dan siswa) dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 12. Menyediakan tempat membaca (belajar) yang representatif.

Dilihat dari visi dan misi di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta terdapat keterkaitan dengan tujuan dari Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi terlihat dalam misi yang menyatakan guna membentuk pribadi anak bangsa yang berkarakterisitik dan agamis maka selaras dengan tujuan dibentuknya Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi guna membentuk akhlakhul karimah pada peserta didik yaitu agar anak memiliki akhlak yang baik.


(65)

50 3. Data Sekolah

a. Data Kependidikan SDN Suryodiningratan 2: Tabel 1. Jumlah peserta didik

Tahun Pelajaran Kelas Jumlah

I II III IV V VI

2013/2014 24 23 30 26 29 24 156 2014/2015 28 20 20 31 24 27 150 2015/2016 17 25 20 24 30 23 136 Sumber: Tata Usaha SDN Suryodiningratan 2

b. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tabel 2. Jumlah Guru di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

No Jenis Ketugasan Jumlah Status Kebutuhan PNS GTT PT

1 Guru Kelas 6 6 - - 6

2 Guru PAI 1 1 - - 1

3 Guru Penjaskes 1 1 - - 1

4 Guru Mapel 4 - 4 - 4

5 Tata Usaha 2 1 - 1 2

6 Penjaga sekolah 1 - - 1 1

7 Tenaga

Kebersihan 1 - - 1 1

Jumlah 16 3 4 3 16


(66)

51

c. Nama pendidik di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta Tabel 3. Nama guru di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta

No Nama Keterangan

1 Dra. Rn Pad

19601206 198403 2 007 Kepala Sekolah

2 Sr Sun, S.Pd Wali Kelas 5

19570926 197803 2 005

3 Ksrn Mji Lstri, S.Pd.SD Wali Kelas 3 19611230 198604 2 004

4 Masyi, S.Pd.I

Guru Pendidikan Agama Islam

19580920 198202 1 001

5 Msdi, S.Pd Guru Olahraga

19660808 198604 1 004

6 Hlmh, S.Pd Wali Kelas 4

19730128 200604 2 010

7 Dra. Mri Sratn Wali Kelas 1

1960509 197912 2 006 8 Nvi Kri, M.Pd

Wali Kelas 6 19771104 200604 2 016

9 Sit Kmnh Wali Kelas 2

2015

10 Rdi Yltro, S.Kom Bimbingan Konseling 197007012014061001


(67)

52 d. Data Sarana dan Prasarana Tabel 4. Sarana dan Prasarana

No Jenis Fasilitas / Jenis

Barang Jumlah Ruangan

1 Ruang Kelas/Teori 6

2 Ruang KS 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang UKS 1

5 Perumahan Penjaga 1

6 Ruang Perpustakaan 1

7 WC Murid 4

8 WC guru 4

9 Masjid 1

10. Ruang Lab Komputer 1

11 Ruang Kesenian 1

12 Ruang Dapur 1

13 Ruang Guru 1

14 Ruang kapala sekolah 1

15 Ruang tata Usaha 1

16 Ruang Atfa 1

17 Ruang Lab. 1

18 Ruang aula 1

19 Gudang 2

Sumber: Tata Usaha SDN Suryodiningratan 2 B. Hasil Penelitian

Pada sub-bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian. Hasil penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi, maupun observasi. Penelitian yang dilakukan adalah mengenai bagaimana internalisasi nilai nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta


(68)

53

1. Pemahaman Guru Tentang Nasionalisme

Internalisasi nilai nasionalisme akan berhasil salah satunya dengan dukungan dari guru, sehingga pemahaman nasionalsime guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran khususnya dalam interaksi langsung dengan peserta didik. Berdasarkan dari hasil analisis wawancara yang telah dilaksanakan peneliti pada 9 Mei – 9 Agustus 2016 diketahui bahwa pemahaman guru tentang nasionalisme adalah rasa mencintai dan memiliki bangsa dan tanah air dengan berbagai ragam budaya dan suku bangsa. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Ms pada wawancara, menyatakan nasionalisme adalah rasa kita memiliki akan kondisi tanah air kita yang beraneka macam ragam suku bangsa dan budaya. Hal ini juga diperkuat dengan perrnyataan yang disampaikan oleh Bapak Am yang menyatatakan nasionalisme itu adalah mencintai bangsa dan negara, termasuk dengan semua isinya.

Berdasarkan hasil analisis data wawancara yang peneliti peroleh dilapangan dapat diketahui bahwasannya pemahaman guru tentang nasionalisme adalah rasa memiliki dan mencintai bangsa dan tanah air dengan beraneka ragam suku bangsa dan budaya sehingga mencintai seluruh isi ranah air.

2. Pentingnya Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif”

Berdasarkan analisis hasil wawancara yang telah peneliti lakukan menyebutkan nilai nasionalisme sangat penting untuk diterapkan sejak dini


(69)

54

kepada peserta didik, dikarenakan adanya krisis moral maka dengan memberikan pemahaman agama yang baik akan mewujudkan rasa saling menghormati serta mewujudkan akhlak yang baik pada peserta didik. Pemahaman agama diberikan agar peserta didik dapat memiliki akhlak yang baik, dengan akhlak yang baik maka peserta didik dapat memilah antara hal yang baik dan hal yang buruk. Pembiasaan melakukan perbuatan baik adalah salah satu upaya yang dapat menghindarkan diri peserta didik dari tindakan tercela yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain baik serta dapat menghindari hal-hal yang dapat memunculkan permusuhan. Maka, kebersamaan dan rasa saling menghargai dapat mewujudkan perdamaian. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Bapak Am yang menyatakan bahwa

“Sangat- sangat penting, yang paling penting itu memberikan pemahaman agama dan baca Alquran dan juga tentang pembelajaran lainnya bagaimana berkehidupan agama yang baik, karena apa karena setiap umat beragama itu saling menghormati antara satu dengan lainnya. Saat kerukunan terbangun maka nasionalisme akan terintenalisasi” (W/Am/23 Mei 2016)

Hal senada juga diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ms selaku Kepala Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi di SD Negeri Suryodiningratan 2 Yogyakarta yaitu:

“Jelas sangat penting, justru karena sekarang ini krisis moral, justru peranan akhlak akan sangat penting kalau akhlaknya kuat akidah nya kuat Insyaallah kita tidak akan main- main, kan basisinya ada disitu. Kalau lepas dari akidah dan akhlak apa yang akan terjadi? Nasionaisme akan hancur.” W/Ms/11 Mei 2016

Berikut ini adalah pemaparan yang disampaikan oleh Ibu Im selaku wali kelas IV:


(70)

55

“Sangat penting jika madin meningkatkan akhlak guna menunjang nilai nasionalisme yang dimiliki anak, padahal yang namanya rasa nasionalisme itu salah satu dari implementasi akhlak itu menurut saya ya mbak, jadi akhlak dulu baru implementasi kecintaan, kalau kecintaan itu hanya teori ya. Waktu madin itu kan teori nya dulu walaupun dalam pelajaran agama, pkn, dan yang lainnya sudah terbesit disana cuma dikokohkan lagi dengan madin, mungkin tidak tersurat cuma tersirat dan itu anak anak juga belum bisa memahami secara total kalau kita tidak bisa memberi rambu- rambu atau penjelasan mungkin anak anak kalo ditanya juga kurang paham kecuali kalo kitanya selalu setiap ada peringatan pahlawan itu diselipkan jadi mereka ingat kembali arti maknanya itu apa terus perbuatan yang mengena untuk kemaknaan rasa cinta bangsa itu bagaimana kalo enggak anak- anak ya lupa lagi mba.” (W/Im/ 9 Mei 2016)

Dari pemaparan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa pentingnya nilai Nasionalisme bagi peserta didik dikarenakan adanya krisis moral yang terjadi pada lapisan masyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku anak. Nilai nasionalisme diterapkan dengan memberikan pemahaman agama dan pembelajaran seperti bagaimana berkehidupan agama yang baik karena setiap umat beragama saling menghormati sehingga dari situlah akan muncul kerukunan. Manfaat pemahaman agama dalam internalisasi nilai nasionalisme dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki pemahaman agama yang baik maka akidah dan akhlak akan menjadi baik, sebaliknya jika seseorang tidak memiliki akidah dan akhlak yang baik maka Nasionalisme akan hancur. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengen memberikan sebuah tindakan nyata sehingga saat anak melakukan itu akan jauh lebih berarti daripada anak hanya melihat atau mendengar saja, maka adengan akhlak ini anak akan mewujudkan dalam tindakan nyata tidak hanya secara teori. Arti penting dari implementasi terhadap internalisasi nilai-nilai nasionalisme


(71)

56

adalah menjaga tiap-tiap individu dari pengaruh luar yang semakin mudah seiring berkembangnya era globalisasi saat ini. Tidak semua kemajuan di era globalisasi sekarang ini membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang memiliki sikap nasionalisme, tentunya semua lapisan masyarakat tidak menginginkan pengaruh negatif.

Berikut adalah jam pelaksanaan kegiatan Madrasah Diniyah Takmilyah Terintegrasi Al Latif:

Tabel 5. Jam Kegiatan

No Kelas Waktu Belajar Hari

01 1 & 2 10:30-12:00 WIB Selasa, Rabu, & Kamis 02 3, 4, 5 & 6 12.30- 14.00 WIB Selasa, Rabu, & Kamis Sumber: Arsip KUA Mantrijeron

3. Manfaat internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi” Al Latif”

Nilai nasionalisme dapat dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran, dapat dalam materi pelajaran dan juga dalam pembiasaan perilaku dan keteladanan. Berikut adalah pemaparan yang disampaikan oleh Bapak Am mengenai manfaat Internalisasi nilai nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi:

“Manfaatnya sangat jelas ya dengan diinternaslisasikannya nilai nasionalisme maka anak akan tau berapa banyak ragam yang perbedaan yang ada di negara kita ini, untuk anak SD ya dengan mengetahui perbedaan maka anak harus dibiasakan dengan menghargai perbedaan tersebuat baik bahasa, agama, suku bangsa dan lain lainnya kan. saat dia ssekolah dijenjang lebih tinggi dia juga akan mendapat teman teman baru dengan macam asal usul kan, baik asal daerah yang beda, sikap yang beda maka nanti anak


(72)

57

dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan baik di sekolah maupun dimasyarakat ya” (W/Am/23 Mei 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyatan yang disampaikan oleh Bapak Ms:

“Manfaaat nya agar anak anak jangan inklusif, memiliki toleransi yang tinggi kesamaan di dalam menjaga keutuhan NKRI, sekarang ini kan terlihat terkotak- kotak kan, kalau nilai-nilai nasionalisme kita ditanamkan sedini mungkin nanti kan berkembang di pendidikan dijenjang berikutnya.”( W/Ms/11 Mei 2016)

Hal yang senada pula disampaikan oleh Ibu En:

“Manfaatnya anak anak itu kecintaanya terhadap negaranya sendiri itu dia punya rasa cinta sehingga kita sebenarnya rasa mencintai tanah air itu kalau ada teori teori untuk bisa latian peran atau apa. Tapi kan sekarang tidak” W/En/23 Mei 2016

Pemaparan dari hasil wawancara diatas menunjukkan dengan internalisasi nilai nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi “Al Latif” adalah peserta didik dapat mengetahui aneka ragam perbedaan yang ada di negara Indonesia, sehingga anak dapat diajarkan bagaimana menghargai dan menghormati perbedaan, dan juga dengan diajarkan menghargai dan menghormati perbedaan maka akan muncul rasa toleransi kepada sesama yang akan memunculkan kebersamaan dan kerukunan, dengan menanamkan nilai-nilai nasionalisme sedini mungkin pada tingkat sekolah dasar makan akan membantu anak dalam belajar pada jenjang pendidikan berikutnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Arif Rohman (2009: 42) mengemukakan ideologi Pancasila memiliki lima prinsip nilai yang bersifat dasar (staat fundamental norms) yang merupakan ajaran dasar


(73)

58

yang dipedomani oleh seluruh warga bangsa baik dalam tataran individu maupun kelompok, menghargai perbedaan dalam beragama merupakan wujud sikap pelaksanaan sila yang pertama. Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan keyakinan pada Tuhan. Pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saling menghormati, memberi kesempatan dan kebebasan menjalankan ibadah, serta tidak memaksakan atau kepercayaan pada orang lain.

4. Membina Akhlak Peserta Didik dengan Internalisasi Nilai Nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif

Akhlak peserta didik dapat dikembangkan denga berbagai cara, dengan akhlak yang baik peserta didik dapat berperilaku sesuai dengan ajaran yang benar. Syauiqi Bei dalam (Drs. H Kahar Masyur (1994: 3) menyatakan bahwa hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlak telah lenyap, maka lenyap pula bangsanya. Untuk itu sangat penting akhlak dimiliki oleh peserta didik. Berikut adalah analsisi hasil wawancara yang telah dilakukakn oleh peneliti mengenai membina aklhak peserta didik dengan menginternalisasikan nilai nasionalisme pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif.

Bapak Am menjelaskan bagaimana keterkaitan nilai nasionalisme dalam membina akhlak anak sebagai berikut:

“Kata kuncinya adalah menghargai menghormati perbedaan, karena ketika kita bisa menghargai dan menghormati tentu nanti ketika ada banyak perbedaaan di masyarakat dan negara ini itu bisa


(74)

59

saling memahami. Jadi akhlak yang baik itu dengan memberi contoh contoh yang baik ya menghormati orangtua dan sebagainya. Untuk nilai nasionalisme akan terinternalisasi dengan sendirinya tentunya ketika ada rasa hormat satu dengan yang lainnya, dan juga kan kadang ada guru yang memberikan cerita yang menarik tentang akhlak tentang budi pekerti, tentang bagaimana berakhlak baik. Maka muncul kerukunan dengan cara menghargai menghormati, kita diperuntukkan di SD Negeri mba, tentu sudah ada di sekolah itu beda agama tapi mereka tidak mungkin memisahkan perbedaan dan mereka tetap bermain bersama nah itu tanpa disadari itu muncul rasa menghormati menghargai toleransi rukun karena pada dasarnya menghargai dan menghormati adalah fondasi nasionalisme” (W/Am/23 Mei 2016)

Didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ms:

“Mata pelajaran nya adalah mendukung pendidikan agama yang ada di sekolah dasar diperkuat dengan adanya materi-materi tambahan misalnya akidah akhlak fiqih tauhid serta sejarah Islam. Dalam SKI ada tercover sehingga anak tidak merasa inklusif, jangan sampe terjadi pemecahan antar golongan, antar ras itu jangan sampe.” (W/Ms/11 Mei 2016)

Mencermati dari hasil analisis data wawancara maka dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai nasionalisme dapat membantu membina akhlak peserta didik yang dilakukan dengan cara memberikan contoh- contoh baik kepada peserta didik atau dikatakan dengan membiasakan peserta didik berperilaku dengan baik seperti menghargai pendapat teman, menghormati orang yang lebih tua, menghargai dan menghormati adalah fondasi nasionalisme adanya rasa hormat maka nasionalisme akan muncul.

Cara lain yang dilakukan adalah dengan menceritakan cerita kepahlawanan dan kenabian, dengan begitu peserta didik dapat memahami dan meneladani perjuangan para pendahulunya. Materi pelajaran pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif adalah mendukung


(75)

60

pendidikan agama yang ada di sekolah di mana didalamnya dimasukkan materi materi tambahan seperti akhlak, akidah, dan sejarah Islam, sehingga ada kesrasian dalam belajar adanya pemahaman agama yang baik dan disatukan dengan nilai nasionalisme maka tidak akan terjadi perpecahan antar golongan dan ras sehingga muncullah persatuan.

5. Materi Pelajaran yang menunjang nilai Nasionalisme dalam Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi Al Latif

Nilai nasionalisme dapat diinternalisasikan dalam materi- materi yang diberikan di dalam kelas, baik diberikan dengan pembiasaan dan keteladanan, dengan media visual seperti pemutaran film pembacaan cerita dan lain- lain, dengan cara tersebut makan peserta didik akan melihat dan mendengar sehingga anak akan jauh lebih memahami. Berikut adalah hasil wawancara yang peneliti dapatkan saat wawancara, yang petama adalah pemaparan dari Ibu En:

“Materi pelajaran ada kepahlawanan dan kenabian, kan di dalam agama Islam kan ada khalifah Umar bin Khatab , ali, itu kan mereka pemimpin pemimpin sosok pemimpin yang luar biasa kadang kita ambil dari situ kemudiaan kalo di Negara kita ini kan banyak ada RA Kartini Pangeran Diponegoro banyak sekali karena dengan cerita cerita itu anak jadi tumbuh semangat” (W/En/23 Mei 2016)

Satu pernyataan diatas menunjukkan bahwa nilai nasionalisme diberikan dengan materi pelajaran di mana di dalamnya dimasukkan unsur kepahlawanan dan kenabian, dalam sejarah Islam dimasukkan cerita khalifah salah satunya adalah Umar Bin Khatab dan dalam sejarah bangsa


(1)

159

CATATAN LAPANGAN

NO : 7

Hari/tanggal : Senin, 23 Mei 2016

Lokasi : Kantor Urusan Agama Kecamatan Mantrijeron Waktu : 09.00–11.00

Kegiatan : Wawancara dengan Pengurus dan Pengajar MDTT Deskripsi :

Peneliti tiba di KUA Kecamatan Mantrijeron pada pagi hari tepatnya pukul 09.00, bergegas masuk untuk menemui Bapak Amin sesuai dengan janji yang dibuat untuk melaksanakan wawancara, wawancara dilakukan tidak hanya kepada Bapak Amin namun juga kepada Ibu Endah dimana selaku pengurus dan pengajar MDTT Al-Latif di SD Negeri Suryodongratan 2 Yogyakarta. Wawancara berlangsung cukup lama karena Pak Amin benar- benar menjelaskan bagaimana awal mula MDTT berdiri dan bagaimana nilai nasionalisme dimasukan ke MDTT guna meningkatkan akhlak anak. Setelah wawancara dirasa cukup peneliti mohon izin untuk pulang dan tidak lupa mengucapkan terimaksih atas kesempatan yang telah diberikan.


(2)

160

Gedung SD Negeri Suryodiningratan 2


(3)

161

Sertifikat Peresmian & Ruang Sekretariat

Siswa kelas IV, V, dan VI sholat berjamaah sebelum kegiatan MDTT

Setelah kegiatan selesai siswa pulang dan bersalaman dengan ustad dan

ustadzah

Siswa membantu guru mengisi daftar absensi

Siswa mengaji dengan ustad dan ustadzah


(4)

162

Siswa memperhatikan serta mengerjakan tugas yang diberikan


(5)

(6)