Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Hibyan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

i

Rahmawati

Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

Ust Kholili adalah seorang pemimpin Pesantren Tarbiyatus Shibyan yang memiliki karisma seorang pemimpin yang wibawa. Tetapi itu semua tidak membuat beliau merasa istimewa atau mulia dari yang lain, bahkan beliau menggangap dirinya sebagai pelayan bagi jamaahnya yang ingin menuntut ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai Kepemimpinan Ustadz Kholili dalam mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan, maka sebagai rumusan dari latar belakang diatas adalah: Apa Tipe Kepemimpinan yang dipakai Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan Analisis Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah.

Adapun teori yang digunakan adalah teori pendapatnya Hadari Nawawi: tipe kepemimpinan karismatik dan tipe kepemimpinan demokratis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang atau prilaku yang diamati secara langsung di lapangan. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian Kepemimpinan Ustadz Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan yaitu Tipe Kepemimpinan Karismatik beliau yaitu ia selalu bersikap zuhud, mengatur waktu, mengabdi kepada masyarakat dan membantu orang lain, menjauhkan diri dari rezeki yang rendah secara fitrah dan yang makruh secara syara dan Tipe Kepemimpinan Demokratis yang diterapkan oleh ustad Kholili dalam mengembangkan Pesantren Tarbiyatus Shibyan diantaranya: Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan bersama, Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahannya, Mentolelir bawahan yang membuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan lagi, dan Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kupersembahkan kepada sang khaliq yang memberikan segala nikmat yakni Allah SWT, karena telah melimpahkan rezeki dan nikmat yang berlimpah ruah kepada penulis, sehingga pada saat ini penulis masih dapat merasakan setetes ilmu yang Kau titipkan, dan penulis berharap dapat mengamalkan sampai malaikat menyulam kebaikanku diakhir hisab nanti.

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Karena beliaulah yang menjadi suri tauladan bagi kami agar kami menjadi insan kamil yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarnya-besarnya kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan


(7)

iii

3. Prof. Dr. H. Murodi, MA selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis serta ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.

5. Bapak dan mama tercinta yang senantiasa ikhlas dan sabar mendampingi penulis dalam setiap langkah untuk menuju kesuksesan serta selalu

memberikan do’a restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada tim penguji dan sekretaris sidang yang akan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ust. H. Kholili dan Seluruh Dewan Guru Pesantren Tarbiyatus shibyan,

(K’soleh, K’kut, K’nia, K’fitri, K’khodijah dll) yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan sudi meluangkan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan MD A & B angkatan 2008 yang sama-sama berjuang dari semester awal hingga telah kita lewati, susah senang kita bersama.


(8)

iv

do’a dan harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar jurusan Manajemen Dakwah pada khususnya.

Jakarta, 24 November 2012

Penulis


(9)

v

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Pumusan masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

D. Metodologi Penelitian... 9

E. Tinjauan Pustaka... 12

F. Sistematika Penulisan... 13

BABII: TINJAUAN TEOROTIS A. Kepemimpinan Ustad 1. Pengertian Kepemimpinan... 16

2. Fungsi Kepemimpinan... 20

3. Tipe kepemimpinan... 21

4. Gaya kepemimpinan... 25

5. Kepemimpinan Ustad... 27

B. Kepemimpinan Madrasah... ... 28


(10)

vi A. Profil Ust. Kholili

1. Latar Belakang Keluarga... 34

2. Latar Belakang Pendidikan... 36

3. Keperibadian Ust. Kholili... 38

4. Aktivitas Ust. Kholili... 39

5. Karya Ilmiah... 39

B. Profil Madrasah Diniyah TakmiliyahPesantren Tarbiyatus Shibyan... 40

C. Keberadaan Guru dan Santri Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan... 50

BAB IV: TEMUAN DATA DAN ANALISIS USTAD KHOLILI PADA PENGEMBANGAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH A. Tipe Kepemimpinan Ust Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan 1. Tipe Kepemimpinan Karismatik... 52

2. Tipe Kepemimpinan Demokratis... 53

B. Analisis Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan... 57

BAB V: KESIMPULAN A. Kesimpulan... 62

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pesantren merupakan lembaga pendidikan dengan bentuk khas sebagai tempat di mana proses pengembangan keilmuan, moral dan keterampilan para santri menjadi tujuan utamanya. Istilah kata pesantren berasal dari bentuk kata santri yang mendapat affiks “pe-“an,” menjadi “pesantrian”, yang berarti tempat para santri. Sedangkan kata santri sendiri berasal dari kata “chantrik” yang berarti orang yang sedang belajar kepada seorang guru.1

Pesantren merupakan lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di Indonesia memiliki pandangan yang beragam. Pesantren bisa dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah dan yang paling populer adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami pengaruh kehidupan dalam mengahadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren telah eksis ditengah masyarakat. Pesantren tumbuh dari bawah, atas kehendak masyarakat yang terdiri atas: Kiai, Santri, dan Masyarakat sekitar terkadang perangkat desa pun ikut membangun.2

1

Abdul Muin dkk, Pesantren dan Perkembangan Ekonomi Umat, (Jakarta: CV. Prasasti,2007), h. 16

2


(12)

2

Pesantren berkembang terus menerus sambil menghadapi rintangan demi rintangan. Sikap ini bukanhanya untuk menyelamatkan kehidupannya, melainkan tidak lebih dari kelangsungan dakwah Islamiyah.

Pada tahap berikut pesantren diterima masyarakat sebagai upaya mencerdaskan, meningkatkan kedamaian dan membantu sosio-psikis bagi mereka. Tidak mengherankan jika pesantren kemudian menjadi kebanggaan masyarakat sekitarnya terutama yang telah menjadi Muslim.3

Sejak berdirinya hingga sekarang, pesantren telah bergumul dengan masyarakat luas. Pesantren telah berpengalaman menghadapi berbagai corak masyarakat dalam rentang waktu itu. Fungsi pesantren pada awal berdirinya sampai dengan kurun sekarangtelah mengalami perkembangan. Visi, misi, posisi, dan persepsinya terhadap dunia luar telah berubah.4

Katagori pesantren terkadang dipandang dari sistem pendidikan yang dikembangkan. Pesantren dalam pandangan ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: kelompok pertama, memiliki santri yang belajar dan tinggal bersama kiai, kurikulum tergantung kiai, dan pengajaran secara individual. Kelompok kedua, memiliki madrasah, kurikulum tertentu, pengajaran bersifat aplikasi, kiai memberikan pelajaran secara umum dalam waktu tertentu, santri bertempat tinggal diasrama untuk mempelajari pengentahuan agama dan umum. kelompok tiga, hanya berupa asrama, santri belajar disekolah, madrasah, bahkan perguruan tinggi umum atau agama di luar, kiai sebagai pengawasan dan pembina mental.5

Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikannya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lagi terpaku pada sistem pengajaran klasik dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi dari semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi

3

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 12.

4

Ibid.,h. 22 5

Suparlan Suryopratondo, Kapita Selekta Pondok Pesantren, Jil. II, ( Jakarta: PT. Paryu Barkah, t.t.), h. 84.


(13)

3

pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. 6

Dalam konteks kelembagaan, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memberikan jasa pelayanan pendidikan kepada publik atau masyarakat karena itu, Setiap lembaga pendidikan, termasuk pesantren dituntut untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggannya. Agar dapat melakukan hal tersebut dengan baik, pesantren perlu dukungan sistem manajemen yang baik. Sistem manajemen yang baik ini meniscayakan lembaga pesantren menerapkan pola pengasuh pesantren sedemikian rupa sehingga dapat mengoptimalkan proses pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas serta memiliki keunggulan.

Madrasah adalah salah satu bentuk kelembagaan pendidikan Islam yang memiliki sejarah yang sangat panjang. Pendidikan Islam itu sendiri dalam pengertian umum dapat dikatakan muncul dan berkembang seiring dengan kemunculan islam itu sendiri: yakni berawal dari pendidikan yang bersigaf informal berupa dakwah islamiyah untuk menyebarkan Islam, terutama dalam hal yang berkaitan aqidah. Kemudian, seiring denga perkembangan islam dan terbentuknya masyarakat Islam, pendidikan islam diselenggarakan di masjid-masjid yang dikenal dalam bentuk halaqoh. Kebangkitan madrasah merupakan awal dari bentuk pelembagaan pendidikan islam secara formal. 7

6

Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), h.18.

7

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. vii


(14)

4

Untuk itu dibutukan sosok seorang pemimpinyang bersifat karismatik. Dalam pesantren, kepemimpinan dilaksanakan di dalam kelompok kebijakan yang melibatkan sejumlah pihak, di dalam tim program, di dalam organisasi guru, orang tua dan murid. Kepemimpinan yang membaur ini menjadi faktor pendukung aktifitas sehari-hari di lingkungan pondok pesantren.8

Seorang pemimpin harus mampu memberikan visi dan misi atau wawasan yang luas sehingga target dan tujuan tercapai.Hal ini tentu saja memerlukan keterampilan untuk membangun hubungan dengan orang lain dan mengorganisir berbagai sumber daya secara efektif.9

Oleh karena itu diperlukan seorang pemimpin yang memiliki sifat kepemimpinan (leadership) yang mampu melakukan komunikasi dengan baik dengan orang yang dipimpinnya. Karena kepemimpinan adalah masalah yang berkaitan antara pemimpin dan yang dipimpin. Sebab kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu, seorang pemimpin berfungsi atas dasar kekuasaan untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakan orang-orang lain guna melakukan sesuatu demi mencapai satu tujuan tertentu.10Karena itu dalam hal tersebut kepemimpinan harus mengikuti konsep Islam yang terdapat dalam al- Qur’an seperti.

Sebagaimana firman allah dalam surat: An-Nisa ayat: 144, yang berbunyi:

8

Ibid.,h. 25

9Carol A. O’Connor,

Kepemimpinan Sukses, ( Jakarta:KBI. 1996), h.9 10

As- Suwaidan, Thariq Muhammad dan Fisal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 10


(15)

5

    

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu Mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk

menyiksamu)?”

Sebagai umat Islam kita telah mengetahui bahwa rasulullah SAW adalah seorang pemimpin dan pendidik manusia di muka bumi ini. Rasulullah adalah manusia pilihan yang kelebihannya tidak dapat dimiliki sebagaimana manusia biasa. Keberhasilan beliau dalam memimpin umatnya bukan hanya pada ajaran, juga pada cara penyampaiannya. Dengan kata lain beliau menyebarkan ajaran agama Islam tidak dengan paksaan tetapi dengan cara memberikan tauladan yang baik, sehingga orang lain dengan cara sadar mengikuti apa yang beliau ajarkan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an yang telah disebutkan dalam surat, Al-Ahzab:21.

   

Artinya: “Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat suri teladan yang

baik untuk kalian semua (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”.11

Seperti diketahui, ulamaadalah pewaris para Nabi mereka inilah yang menjadi pemyambung lidah Nabi dalam menyampaikan ajaran Islam pada umat. Di Indonesia banyak ulama yang memimpin lembaga pendidikan salah seorang diantaranya Ustad Kholili.

11

As-Suwaidan, Thariq Muhammad dan Fisal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, h. 10


(16)

6

Ust Kholili adalah seorang pemimpin Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan yang memiliki ciri khas karismatik seorang pemimpin yang wibawa, tetapi itu semua tidak membuat beliau merasa istimewa atau mulia dari yang lain, bahkan beliau menggangap dirinya sebagai pelayan bagi jamaahnya yang ingin menuntut ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.12 Ust Kholili adalah seorang da’i dan seorang pendidik ilmu agama santri-santrinya di Madrasah yang ada Pesantren Tarbiyatus Shibyan. Ia tidak pernah mengenal letih atau pun lelah dalam mengajarkan ilmu serta mengembangkan dakwahnya melalui Pesantren Tarbiyatus Shibyan kepada masyarakat.13

Waktu yang digunakan ustad Kholili yang menjadi fokus pendidikan adalah masalah Aqidah akhlaq, Syariat, dan ilmu-ilmu agama lainnya yang berkaitan dengan bidang lain seperti kesehatan, ekonomi dan lingkungan hidup .

Sebagai pemimpin pondok pesantren, ia sangat terbuka dan demokratis, ketika mendapat kritik dan masukan positif bagi pengembangan lembaga dan profesionalisme kepemimpinannya.14

Di pesantren, ia tidak hanya menjadi ustad, tetapi juga sebagai pengajar dan pemimpin yang demokratis, seperti ditegaskan sedikit pada bagian diatas. Berdasarkan urainnya tersebut diatas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai profil Ustad Kholili menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili

12

Wawancara Pribadi dengan Kurnia 12 Juli 2012

13

Wawancara Pribadi dengan Kurnia 14


(17)

7

Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.”

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis memberikan batasan sertaperumusan permasalahan sebagai berikut :

1. Pembatasan masalah

Untuk mempermudah didalam pembahasan skripsi ini, penulis membatasi skripsi pada Tipe kepemimpinan Ustad Kholili dan Analisis Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

2. Perumusan Masalah

Sedangkan perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:

1. Apa Tipe Kepemimpinan yang dipakai ustad KholiliDalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

2. Analisis Tipe kepemimpinan ustadz Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


(18)

8

Berdasarkan batasan dan perumusan masalah yang penulis kemukakan diatas, maka penulisan ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui Apa Tipe KepemimpinanUst Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

b. Analisis Tipe Kepemimpinan ustadz Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan. 2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu:

a. Segi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi khazanah ilmu pengentahuan kepada mahasiswa/i dalam memperkaya kolektif terutama jurusan manajemen dakwah agar dapat mengatahuiTipe Kepemimpinan Ustadz Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

b. Segi praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada lembaga pendidikan yang ada dipesantren, khusunyapada Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan.Mengenai Kepemimpinan Ustadz Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah. Sehingga nantinyaMadrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus


(19)

9

Shibyan dapat berusaha memberikan solusi terbaik dan bermanfaat bagi pemimpin pesantren dan khusunya buat para guru Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

D.Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini digunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang atau prilaku yang diamati secara langsung dilapangan.15

Dan setelah itu mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena yang diteliti serta menganalisisnya.

Untukmendapatkan data-data tesebut, penulismenggunakandengancara sebagai berikut:

a) Data Primer (primary data),Merupakan data utama yang diperolehlangsungdarirespondendanberupacatatantertulisdarihasilw awancara dengan nara sumber.

b) Data Sekunder, Merupakan data yang diperolehdarisumber -sumber yang tertulis yang terdapatdalambukudanliteratureterkait

2. Subjek, Objek Penelitian dan Sumber data Penelitian a) Subjek dalam penelitian ini adalah Ustad Kholili

15

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya Offset, Juli 2007), Cet-24, h. 26


(20)

10

b) Objek penelitian ini adalah Tipe kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah PadaPesantren Tarbiyatus Shibyan.

c) Sumber data penelitian ini adalah kata-kata dan kegiatan Ustad Kholili dalam mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan, dan data tertulis seperti arsip, dokumen pribadi maupun karya-karya beliau.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik atau cara sebagai berikut:

a. Observasi

Penulis mengamati langsung dan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang ada di Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan. Adapun hal-hal yang diperlukan dalam observasi adalah Tape Recorde, kamera yang akan digunakan selama observasi berlangsung untuk menperoleh data yang valid dan akurat tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian.

b. Wawancara

Dalam metode ini penulis mengadakan wawancara langsung denganpihak-pihak terkait maupun tidak terkait seperti: Ustad Kholili, Ustad Soleh, Ustadzah Kurniyah, H. Hadoli, H. Husein,


(21)

11

Ibu Khotimah, Ibu Khodijah, Ibu Rini dan Ibu Santi guna mendapatkan informasi yang akurat dari nara sumber.16

c. Dokumentasi

Dokumentasi dapat diartikan sebagai bahan tertulis, film maupun foto, penulis menggunakan dokumentasi untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui catatan hasil wawancara.

4. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan penelitiandari bulan Juni 2012 sampai dengan Bulan Oktober 2012.Adapun yang dijadikansubjekpenelitianadalah Pesantren Tarbiyatus Shibyan yang berlokasidi Jl. Peninggran Timur 1 RT 001/09 Gg. Madrasah Kel. Cipulir Kec. Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12240.

5. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu diklasifikasi sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.

Adapun teknik penulisan yang digunakan penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center For Quality Development and

16

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya Offset, Juli 2007), h. 71


(22)

12

Assurance (CeQDA) University Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 Cetakan Pertama.

E. Tinjuan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis teliti adalah mentelaah terlebih dahulu skripi-skripsi terdahulu yang mempunyi judul yang hampir sama dengan yang kan penulis teliti.

Adapun setelah penulis mengadakan suatu tinjauan kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti, antara lain:

1. Siti aminah (106053002016), Kepemimpinan Dakwah Syaikh KH. Sa’adih al-Batawi Dalam Mengembangkan Tarekat Malikiyah Di Indonesi, Strata Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Pada skripsi ini menjelaskantipe kepemimpinan SyaikhKH. Sa’adih al-Batawi dan SyaikhKH. Sa’adih al-Batawi mengembangkan ajaran tarekat Malikiyah di Indonesia dengan cara mengembangkan sumber ekonomi jamaah melalui BMT yang digunakan untuk kepentingan dakwah. 2. Tamren (1050530001805), Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher

Pada Pemimpin Pusat Dewan Masjid Indonesia Periode 2006-2008. Strata Sarjana Sosiol Islam (S.Sos.I) Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri


(23)

13

(UIN) Syahid Jakarta2010. Pada skripsi tamren ini menjelaskan tipe kepemimpinan yang demokratis, Fungsi kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher dan Gaya kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher yang orintasi karyawan untuk membangun kerjasama.

3. Suci Suryani (102053025756), Pengorganisasian Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Dalam Pembelajaran Keagamaan. Strata Sarjana Sosiol Islam (S.Sos.I) Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid Jakarta 2010. Dalam skripsi ini menjelskan Pengorganisasian Pondok Pesantren Dalam Pembelajaran Agama dan Keterampilan Santri Tingkat Madrasah Aliyah Setingkat Dengan SMU.

Sedangkan skripsi penulis adalah “Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.” Apabila dilihat dari segi judul besar , memang hampir mirip, namun dalam segi pembahasan serta objek yang diteliti berbeda dengan skripsi lainnya. Karena yang penulis bahas yaitu tentang tipe kepemimpinan ustad kholili dan cara mengembangkan madrasah diniyah takmiliyah pada pesantren tarbiyatus shibyan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan dalam menyusun skripsi ini, penulis akan menulskannya kedalam bab-bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai berikut:


(24)

14

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

Menjelaskan kerangka teoritis mengenai peran kepemimpinan meliputi pengertian peran, kepemimpinan, dan menjelaskan mengenai pesantren, dan juga pengembagan Pesantren Tarbiyatus Shibyan,.

BAB III: PROFIL UST KHOLILI DAN

PESANTRENTARBIYATUS SHIBYAN

Gambaran tentang prifil ust kholili dan gambaran umum tentang Pesantren Tarbiyatus Shibyan yaitu, latar belakang kehidupan ust kholili dan menguraikan mengenai sejarah berdirinya Pesantren Tarbiyatus Shibyan, Visi dan Misi, Struktur Lembaga dan Metode Pembelajaran pesantrenTarbiyatus Shibyan.

BAB IV: TEMUAN DATA DAN ANALISIS USTAD KHOLILI

PADA PENGEMBANGAN MADRASAH DINIYAH

TAKMILIYAH

Dari hasil penelitian mengenai Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili dalammengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan


(25)

15

BAB V: PENUTUP

Sebagai akhir dari skripsi yang diteliti yaitu berisi tentang Kesimpulan, Saran, serta lampiran-lampiran yang diperlukan dalam penelitian.


(26)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KEPEMIMPINAN USTAD

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan pada dasarnya merupakan antara pengaruh dengan dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi pada pencapaian tujuan tertentu. Masalah kepemimpinan merupakan pembahasan yanga paling menarik, karena ia adalah salah satu faktor penting dalam mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu organisasi. Tanpa seorang pemimpin yang baik, maka suatu organisasi tidak akan berjalan dengan lancar.1

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti dibimbing atau dituntun. Kepemimpinan dapat awal “ke” dan sisipan “em” serta akhiran “an”. menurut tata bahasa awalan ke dan ke-an berfungsi sebagai pembentukan kata benda abstrak yang mengandung arti atau peristiwa. Sedangkan sisipan “ em” pada kata pemimpin membentuk kata baru yang artinya berbeda dengan kata dasarnya. Arti sisipan “em” mengandung sifat, sedangkan jika pemimpin berasal dari kata pimpin “pe” mempunyai arti orang yang melakukan, jadi pemimpin adalah orang yang memimpin.2

1

Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 1999), Cet Ke-1, h. 19

2

WJS. Poerwardaminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pusataka, 1982), Cet. Ke-4, h. 745


(27)

Terdapat beberapa istilah dalam Al-Qur’an yang merujuk pada pengertian kepemimpinan. Pertama, kata umara’ yang sering disebut dengan ulil amri dan khadimul ummah. Khadimul ummah diartikan sebagai pelayanan umat.3

Sedangkan istilah ulil amri dan umar’ tergambar dalam surat an- Nisa’ ayat 59                                                      

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan

lebih baik akibatnya.”

                              

Artinya: “Hai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang-orang-orang mukmin. Inginkah kamu Mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk

menyiksamu?”

Setiap pemimpin harus mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang telah

3

Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006), Cet. Ke-2, h. 211


(28)

ditetapkan. Dapat diketahui bahwa kepemimpinan merupakan kunci sukses sebuah organisasi. Secara terminologi kepemimpinan menurut R. Kreitner adalah proses mempengaruhi orang lain, dimana pemimpin mengusahakan ikut sertakan bawahan an kamauan sendiri berusaha untuk mencapai tujuan organisasi.4

Sedangkan hakikat kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemanagat dalam mencapai ntuk mempengaruhi suatu kelompok tujuan bersama. Kepemimpinan mengandung arti kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok yntuk mencapai tujuan.

Di bawah ini ada beberapan rumusan definisi kepemimpinan, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut Kartini Kartono kepemimpinan adalah sebagai suatu bentuk dominasi yang disadari oleh kapabilitas atau kemampuan pribadi yang berupa kemampuan untuk mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama.5

b. Menurut George R. Terry mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu usaha yang menyebabkan orang lain terpengaruh dan secara suka rela mengikuti orang yang mempengaruhi sehingga tercapai tujuan kelompok.6

4

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: al-Amin press, 1996), Cet. Ke-1, h.74

5

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-4, h.163

6


(29)

c. Cheppy Hari Cahyono mendefinisikan kepemimpinan merupakan kegiatan orang-orang untuk bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang mereka kehendaki.7

d. Wahjosumidjo mendifinisikan kepemimpina sebagai seni atau proses seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, persaan atau tingkah laku otang lain, melakukan usaha untuk mencapai tujuan tertentu.8

e. Soekarto Indra Fachrudi mendefinisikan kepemimpinan berati kemampuan dan kesiapan yang dimiliki sesorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengraruh itu dan selanjutnya berbuat suatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.9

f. Abdul Syani mendifinisikan kepemimpinan merupakan suatu proses pemberian pengaruh dari seorang pemimpin terhadap orang lain atau sekelompok orang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu yang sesuai dengan kehendaknya.10

Secara umum kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengarahi atau meu tungkah laku orang mengontrol fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain sehingga mereka mau melakukan usaha atau keinginan atau

7

Chapy Heri Cahyono, Psikologi Komunikasi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h. 15

8

Wahjosumidji, Kiat Kepemimpinan dalam Teori dan Praktek (Jakarta: PT. Harapan Masa PGRI, 1994), Cet ke-1, h.2

9

Soekarto Indra Fachrudi, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarata: Badan Penerbit Aida, 1984), h.7

10


(30)

bekerja dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam konsep ini diperluas lagi bahwa yang dimaksud dengan keinginan untuk bekerja disini adalah keinginan bekerja yang disertai dengan penuh semagat dan kepercayaan.11

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah sifat dalam proses mempengaruhi orang-orang atau bawahan dalam rangka mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.

2. Fungsi Kepemimpinan

Menurut Veithzal Rivai, dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan adalah prilaku organisasi. Fungsi artinya jabatan yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal tau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan diluar situasi. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan didalam interaksi antar indivindu di dalam situasi sosial atau kelompok atau organisasi.12

Mengenai fungsi kepemimpinan Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Pemimpin dan Kepemimpinan menjelaskan bahwa fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntut, membangun, membimbing, memberi atau menggunakan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan

11

Wahjosumidji, Kiat Kepemimpinan dalam Teori dan Praktek (Jakarta: PT. Harapan Masa PGRI, 1994), Cet ke-1, h.23

12

Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Orgnisasi, ( Jakarta: PT. Rajawali Press, 2009), Ed-3, h. 34


(31)

pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang dituju sesuai dengan ketentuan waktu perencanaan.13

Menurut J. Riberu dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Kepemimpinan telah menerangkan dan membagi fungsi kepmimpinan kepada tiga bagian yaitu:

a. Tugas menaggapi situasi hidup masyarakat b. Tugas menilai situasi hidup masyarakat

c. Tugas menetukan dan mengambil keputusan terhadap situasi hidup.14

Dari beberapa definisi diatas penulis mencoba menyimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah seorang pemimpin yang memfungsikan posisinya sebagai orang yangsebagai orang yang memimpin menjadi penggerak utama dalam keberlasungan sebuah organisasi.

3. Tipe Kepemimpinan

Yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan adalah suatu bentuk atau pola seseorang dalam memimpin. Segala bentuk yang dilakukan seorang pemimpin dapat dijadikan pola untuk mencocokkan tipe apa yang dipakai seseorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinanya.

Wujud perilaku kepemimpinan terbentuk pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga pokok dalam kepemimpinan, yaitu:

a. Tipe Kepemimpinan Otoriter

Yaitu tipe kepemimpinan ini yang mengutamakan kakuatan dan posisi formalnya. Pemimpin yang otokratis biasanya kurang memperhatikan

13

Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada, 2001), h. 167

14


(32)

kebutuhan bawahan dan lebih mementingkan penyelesaian tugas, semua aktifitas ditentukan oleh atasan dan komunikasinya hanya satu arah saja.15

Ada pun ciri-ciri dari tipe kepemimpinan otoriter sebagai berikut: 1) Menganggap bahwa organisasi adalah milik sendiri.

2) Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata. 3) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

4) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena menganggap dialah yang paling berkuas dan benar.

5) Selalu bergantu kepada kekuasan formal.

6) Selalu menggunakan pendekatan yang menagandung unsur paksaan dan ancaman kepada bawahan dalam menjalankan tugas.16

b. Tipe kepemimpinan karismatik

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memilki karismatik. Hal yang diakui ini adalah tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang sangat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.

Ada sebuah pertanyaan, mengapa mereka mengikuti pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatik, maka sering dikatakan pemimpin yang demikian itu hanya diberkahi dengan kekuatan ghaib (super natural power), perlu dikemukkan

15

Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang efektif, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), Cet ke-3, h. 94

16

http:// library.usu.ac.id/modules.php/2008/10 Teori Kepemimpinan dan Tipe-Tipe Kepemimpinan. html


(33)

bahwa kenyataan umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebagainya tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin kharismatik.

c. Tipe kepemimpinan partisipatif (democratic)

Tipe kepemimpinan yang demokratis yaitu tipe kepemimpinan dimana pemimpin menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku pelindung, penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi.17

Tipe kepemimpinan ini melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Disini pemimpin lebih memperhatikan kebutuhan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Pemimpin juga memberikan kemudahan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam bentuk pemberian informasi, pendapat dan usul-usul.

Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan yang demokratis dianggap sebagai tipe kemimpinan yang paling baik. Hal ini disebabkan bahwa tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.

Adapun ciri dari kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut: a) Dalam proses menggerakan bawahan selalu bertitik toleh dari pendapat

bawahan manusia itu adalah makhluk yang termulia didunia.

b) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan individu.

c) Senang menerima saran, pendapat, kritik dari bawahannya.

17


(34)

d) Mentolelir bawahan yang membuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kretifitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan. e) Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.18

Tipe kepemimpinan menurut Haidar Nawawi dan Martin Handari Menurut Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari terdapat juga tipe kepemimpinan pokok yaitu:

1) Tipe Kepemimpinan Simbol

Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar lambang atau simbol tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya, walaupun demikian kedudukannya tidak dapat digantikan oleh orang lain.

2) Tipe Kepemimpinan Pengayom

Tipe kepemimpinan ini yang menempatkan seseorang sebagai kepala yang layaknya sebagaimana berfungsi sebagai kepala keluarga. Pemimpin memiliki kesediaan dan kesungguhan dalam mengayomi anggotanya, dengan berbuat segala sesuatu yang layak dan diperluakan organisasinya.

3) Tipe Kepemimpinan Ahli

Tipe kepemimpinan ini harus dijalankan oleh seorang yang memiliki keahlian atau keterampilan tertentu sesuai dengan bidang garapan yang dikelola oleh organisasinya. Dengan kata lain pemimpin harus profesional dibidangnya.

18


(35)

4) Tipe Kepemimpinan Organisatoris

Tipe kepemimpinan ini dijalankan para pemimpin yang senang dan memiliki kemampuan mewujudkan kerjasama yang pelaksanaannya berlangsung secara sistematis dan terarah dan ada tujuan yang jelas. Pemimpin bekerja secara berencana, bertahap, dan tertib.

5) Tipe Kepemimpinan Agigator

tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan-tekanan, adu domba, memperuncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar perpecahan atau potensi konflik dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Agitasi yang dilakukan terhadap kelompok atau orang yang berbeda diluar organisasinya semata-mata untuk kepentingan organisasinya bahkan untuk kepentingan pribadinya.19

4. Gaya Kepemimpinan

Kata gaya berasal dari bahasa Inggris yaitu kata stayle yang berarti gaya cara (hidup, bertindak dan sebagainya).20 Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan menurut istilah ialah cara bagaimana seorang pemimpin membawa dirinya sebagai seorang pemimpin cara ia bergerak dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya.21

Leadership stayle dapat diartikan gaya kepemimpinan. Maksudnya, cara yang diambil seseorang dalam rangka mempraktekan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu, gaya

19

Ibid,. h. 108 20

WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Indonesia, (Jakarta: 1974) Cet ke-2, h. 218 21


(36)

kepemimpinan dapat dipelajari dan dipraktekan serta dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.22

Sehubungan dengan itu Agus Dharma seperti yang dikutip Hadari Nawawi dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukan seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain.23

Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya manajemen membagi gaya kepemimpinan menjadi dua yaitu;

a. Gaya dengan orientasi tugas. Pemimpin berorientasi mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan, pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada perkembangan dan pertumbuhan karyawan.

b. Gaya dengan orientasi karyawan. Pemimpin yang berorientasi pada karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.24

22

Yayat M. Harujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta; PT. Gramedia, 2004) Cet ke-2 h. 188

23

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: UGM Press, 2000), Cet ke-1 h. 115

24


(37)

5. Kepemimpinan Ustadz

Ustadz adalah orang yang memiliki pemahaman lebih atau mendalam terhadap agama Islam sudah bisa disebut dengan ustadz. Secara definitif ditimur tengan pengertian ustadz adalah seseorang yang sudah hafal Al-Qur’an yang minimal lebih dari 20 juz.

Lain ditimur tengan lain pula di Indonesia, di Indonesia dikatakan orang yang sudah bisa disebut ustadz manakalah hanya mengajar kepada anak-anak. Pendapat ini diperjelas lagi dengan pendapat bahwa orang yang memakai peci, baju koko atau sarung tak peduli apakah dia paham atau tidak tentang ajaran agama islam disebut juga ustadz. Dari dua pendapat ini maka bisa ditarik kesimpulan bahwa ada dua cara memahami termasuk ustadz ini.

Pertama substansial, yaitu orang yang dapat dikatakan ustadz adalah orang yang paham tentang agama Islam lebih baik, serta menyampaikannya kepada orang lain dengan dakwah maupun dengan cara mengajar di majlis taklim dan pada suatu kesempatan tertentu.

Kedua formil, yaitu mereka paham tentang agama Islam, namun tidak mengajarkannya kepada orang kepada orang lain secara lagsung. Seperti mengajar pada suatu lembaga pendidikan, maupun berdakwah dengan cara berpidato, karena mereka hanya aktif menjadi imam di masjid, mempunyai peran yang lebih dari pada waktu mengadakan suatu cara yang latar belakang agama, seperti PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).


(38)

Dilihat dari sisi episomologis, pengertian ustadz mengacu kepada orang yang paham serta mendalami tentang agama Islam, mengamalkan dan mengajarkannya kepada yang lain.25

Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan ustadz adalah proses yang dilakukan seseorang yang mengerti dan memahami ilmu tentang ajaran agama Islam untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.

B. Kepemimpinan Madrasah

1. Pengertian Kepemimpinan Madrasah

Kepemimpinan Madrasah dapat diuraikan dalam dua kata “Kepemimpinan” dan “Madrasah”. Kata Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisir untuk mencapai sasaran”. Sedangkan madrasah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.26 Sedangkan menurut pendapat lain Madrasah dapat diartikan sebagai salah satu jenis lembaga pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia yang diusahakan di samping masjid dan pesantren.27

Sesuai dengan pendapat diatas, maka kepemimpinan madrasah adalah seseorang yang memilki jiwa kepemimpinan dan diberi tugas untuk memimpin sekolah dimana deselenggarakan proses belajar-mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran di sekolah/madrasah.

25

Pengartian ustadz, http://ipikbandung.blogspot.com/2007/06/18/ustadz.html 26

Gary yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, edisi 5. Terj, dar Leadership in Organization, oleh Budi Sipriyanto, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005), h. 4

27

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, ( Jakarta:Logos Wacana Ilmu,


(39)

C. Kepemimpinan Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok Pesantren adalah paduan dua suku kata yang dirangkaikan menjadi satu terdiri dari kata pondok dan pesantren. Sampai saat ini menjadi perbedaan pendapat mengenai asal usul tentang pondok pesantren yaitu, ada yang mengatakan dari Bahasa india (hindu) dan ada pula yang mengatakan dari Bahasa Arab. Mastuhu juga mendefinisikan pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam yang arti dengannya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.28

Menurut Karel A. Steenbrik istilah pondok pesantren mungkin berasal dari Bahasa arab, funduq yang berarti “pesenggrahan atau penginapan bagi orang-orang yang berpergian”.29

Sedangkan menurut Zamakhsyari dhofier istilah pondok pesantren barangkali berasal dari pengertian “asrama-asrama santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau kata pondok ini berasal dari bahasa arab yang berarti “ hotel atau asrma”.30

Istilah pondok dalam kamus bahasa Arab Indonesia adalah rumah untuk sementara waktu, seperti didirikan di ladang, di hutan, dikatakan pondok adalah rumah yang kurang baik biasanya berdinding bilik atau dikatakan pondok adalah madrasah dan asrama tempat mengaji, belajar agama

28

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 6 29

Stenbrink, Karel Adrian, Pesantren, Madrasah, Sekolah, (Breugel : Krips Repro Meppel, 1974), h. 21

30

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandaganga Hidup Kyai,


(40)

islam”.31

Istilah pesantren dalam kamus bahasa indonesia adalah “asrama dan tempat murid-murid para santri belajar mengaji”.32

Dari keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian pesantren adalah tempat tinggal orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. Secara garis besar Pondok Pesantren adalah lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam yang mempunyai tujuan untuk melestarikan dan mengembangkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Maka dapat disimpulkan dari berbagai pengertian diatas bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan pesantren adalah seseorang yang memilki jiwa kepemimpinan dan diberi tugas untuk memimpin pesantren dimana deselenggarakan proses belajar-mengajar yang diselenggarakan ditempat tinggal yang telah disediakan (asrama), atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

2. Unsur-Unsur Pesantren dan Tujuan Pesantren

Adapun unsur-unsur pesantren adalah:

a. Pelaku yang terdiri dari kyai, ustad, santri dan pengurus

b. Sarana pengkat keras, misalnya masjid, rumah kyai rumah ustad, pondok indah, gedung sekolah dan lain sebagainya.

31

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani), h. 321

32


(41)

c. Sarana perangkat lunak, seperti kurikulum, buku-buku dan sumber belajar lainnya, cara belajar mengajar dan evaluasi belajar mengajar.33 Tujuan pesantren yang lebih luas dengan tetap mempertahankan hakikatnya menjadi tujuan pesantren secara nasional, tujuan umum dari pesantren adalah membina warga negara agar kepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan serta menjadi orang yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Adapun tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut:

1. Mendidik santri untuk menjdi seorang Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, memilki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.

2. Mendidik santri untuk menjadi kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis.

3. Mendidik santri untuk dapat memperoleh kepribadian yang berakhlaqul karimah serta mempertebal semagat kebangsaan agar dapat membangun dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara.

4. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam pembangunan mental dan spiritual,.

33

Yayasan Kantata Bangsa, Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesiona- lisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h.4.


(42)

5. Mendidik santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembagunan masyarakat dan bangsa.

Dari beberpa tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pesantren adalah membentuk kepribadian muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga bermanfaat bagi agama, masyarakat dan Negara.34

Menurut Seojoko Prasodjo, seperti dikutip Kuntowijiyo dalam Paradigma Islam, ada lima macam pola pesantren dari yang paling sederhana sampai uamh paling maju yaitu:

a) Pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah kyai b) Pesantren yang terdiri dari rumah kyai, dan masjdi dan pondok c) Pesantren yang terdiri dan masjid, rumah kyai, pondok dan madrsah d) Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madrsah dan

tempat keterampilan

e) Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madrasah, tempat keterampilan, universitas, gedung pertemuan, tempat olah raga, dan sekolah umum.

Pola pertama disebut pesantren salafi tradisional dan pola yang terakhir disebut sebagai pesantren modern.35

34

Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokrisasi Institusi,

h. 6. 35

Yayasan Kantata Bangsa, Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesio- nalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, h. 5.


(43)

3. Bentuk-bentuk Pendidikan Pesantren

Pada tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikan yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervariasi, dan bentuk-bentuk pendidikan tersebut dapat diklarifikasi menjadi empat tipe, yaitu:

a. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTS, MA, Perguruan Tinggi Umum). b. Pesantren yang menyelenggarakalam pendidikan keagamaan dalam

bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional.

c. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah Ula dan Madrasah Diniyah Wustha.

d. Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.36

36

Mundzier Suparta dan Amin Haedari, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), h. 5


(44)

34

BAB III

PROFIL UST KHOLILI DAN GAMBARAN UMUM MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAHPESANTREN TARBIYATUS SHIBYAN

A. Profil Ust. Kholili

1. Latar belakang keluarga

Nama lengkapnya Kholili bin H. Ridho’i. Beliau dilahirkan pada hari Rabu tanggal 17 Agustus 1973 di desa Kampao, Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan Madura Jawa Timur. Beliau lahir dari pasangan H. Ridho’i dan Hj. Juhairiyah. Kholili adalah anak ke 5 dari 10 bersaudara.

Konon menurut cerita keluarga terdekat, saat bendera merah putih dikibarkan di atas tiang dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan oleh semua santri dan siswa yang belajar di lembaga yang diasuh oleh Kh. Muchlis Nawawi (kakak kandung) pada saat itulah Kholili kecil lahir.1

H. Ridho’i adalah orang kampung yang aslinya dari daerah Madura dan ia dikenal sebagai sosok yang berjiwa dermawan. Dan pekerjaannya sebagaimana layaknya orang kampung, adalah sebagai petani, dan terkadang juga merantau dengan cara berdagang ke kota-kota besar, seperti Surabaya, Bali dan Jakarta.

Sejak beliau menyelesaikan studynya di SD Daarul Rahman Jakarta pada tahun 1986, dan pada saat itulah ibunda tercinta meninggal dunia dengan kesedihan yang mendalam akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke Bangkalan Madura Jawa Timur tempat kelahiran beliau. Sejak itu Ustad


(45)

35

Kholili tinggal bersama kakanya Kh. Muchlis Nawawi. Kehidupan yang terkadang kurangnya rasa kasih sayang dan belainya dari seorang ayah, tetapi tidak membuat beliau putus asa. Setelah ibunda meninggalkan nya beliau melanjutkan bidang study SLTP Negeri Sampang Madura dan juga beliau menimba ilmunya di Pesantren Raudlotul Ulum Arrahmaniyyah.

Beliau tidak pernah putus asa dalam keadaan yang sulit dalam menjalani kehidupan beliau tetap optimis untuk mencapai keinginannya dan cita-citanya. Walaupun terkadang rasa sedih datang menghampiri, ketika melihat teman-teman yang lainnya dikunjungi oleh kedua orang tua, dan sanak saudara mereka. Hidup dalam kekurangan, hanya memiliki beberapa stel pakaian, jika ingin membeli buku beliau harus rela mengorbankan uang sakunya, semua itu tidak membuat beliau patah arah. Justru dengan keadaan yang seperti inilah beliau terus berusaha keras untuk dapat terus meraih pretasi demi kelangsungan hidupnya dimasa yang akan datang.2

Setelah dewasa beliau merantau ke ibu kota Jakarta. Di Jakarta beliau menjalani kehidupan yang tidak jauh dari kehidupan saat beliau kecil, yaitu kehidupan yang sulit dan penuh dengan pengorbanan namun dengan semua ini beliau tidak penah putus asa dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Dan sampai pada akhirnya beliau menemukan jodohnya yang tak lain adalah adik kelasnya sewaktu dipesantren, beliau bertemu dalam suatu acara buka puasa bersama yang diadakan IRMAS (Ikatan Remaja Santri Madura). Singkat cerita setelah mendapat restu dari kedua orang tua, beliau bertunangan pada tahun 1998. Ketika dua tahun berjalan akhirnya ustad

2


(46)

36

Kholili menikahi seorang wanita yang merupakan adik kelasnya di Pesantren Daarul Rahman yang bernama Kholilah Nasir tepatnya pada tahun 2000.

Setelah menikahinya beliau pun dikarunia seorang anak perempuan yang diberi nama Najmatul Ulya Kholili. Hari-hari beliau menjadi lebih bahagia dengan kelahiran sang buah hati. Dua tahun kemudian, kebahagian beliau semakin bertambah dengan kelahiran buah hatinya yang kedua yang diberi nama Zahwa Kholili. Saat ini kedua putrinya masih duduk di bangku sekolah dasar.3

2. Latar Belakang Pendidikan

Ustad Kholili merupakan orang yang bekerja keras untuk merahai cita-cita dan keinginannya. Sejak kecil Kholili ia dididik untuk menjadi orang yang mencintai agamanya dan siap membangun bangsa dan agama. Hal ini terlihat dalam dunia pendidikan yang beliau tempuh. Ustad Kholili menempuh SD dari tahun 1981 sampai 1986. Prestasi selalu didapatkan beliau dalam mengarungi dunia pendidikan. Walaupun kehidupan ekonomi keluarga yang minim namun semua itu tidak membuat beliau patah semangat, tak mengherankan kalau beliau adalah anak kebanggan orang tuanya.4

Setelah lulus, Ustad Kholili pun melanjutkan pendidikannya di Madura Jawa Timur, karena pada saat itu ibunda beliau meninggal dunia, akhir nya beliau melanjutkan pendidikannya di tanah kelahirannya. Beliau sekolah di SMPN Negeri Sampang Madura. Pada tahun 1986 sampai 1989.5

3

Wawancara Pribadi dengan Kholili Pemimpin Pesantren Tarbiyatus Shibyan 12 Juli 2012

4

Wawancara Pribadi dengan Kholili 5


(47)

37

Kemudian Pada saat itu beliau melanjutkan studynya di Madrasah Aliyah Al- Mas’udiyah dan sekaligus Lembaga Pendidikan Ma’rif Sampang Madura sehingga lulus pada tahun 1993. karena beliau masuk kedunia pesantren ketika ia masuk ke sekolah SMP beliau mempelajari kitab-kitab kuning bukan itu saja pendidikan berbasis modern, yaitu perpaduan antara pelajaran umum dan dengan agama dan ditambah dengan adanya komunikasi dua bahasa, yaitu Arab dan Inggris.6

Niat tekad Beliau, tidak cukup hanya dibangku Madrasah Aliyah saja akan tetapi ia melanjutkan keperguruan tinggi S1 yaitu disebuah Institut Islam Daarul Rahman (IID) Djakarta pada tahun 1994. Dan melanjutkan S2 di Universitas Islam Djakarta (UID). Beliau merupakan seorang aktivis yang berkecimpung diberbagai organisasi. Baik dari organisasi mahasiswa maupun organisasi yang ada di sampang Madura.7

Beliau pernah menjabat ketua umum Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab (HIMMAH PBA) Fakultas Tarbiyah UID priode 1994-1995. Setahun kemudian beliau menjadi ketua umum senat mahasiswa Fakultas Tarbiyah, UID periode 1995-1997. Dan organisasi mahasiswa lainnya, sedangkan dalam organisasi pesantren menjabat menjadi Wakil Ketua Umum Yayasan Mubarokatul Imanah Jakarta dan setelah itu menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Ikatan Kerabat Santri dan Alumni Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Arrahmaniya Pramian, Sampang (IQBAL RUM) Pimpinan Daerah DKI Jakarta, periode 2000-2004.8

6

Wawancara Pribadi dengan Kholili 7

Wawancara Pribadi dengan Kholili 8


(48)

38 3. Keperibadian Ust. Kholili

Wahyudi dalam bukunya, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, mengemukakan tentang pengertian kepribadian, yakni himpunan semua sifat fisik, mental dan moral yang membedakan dengan orang lain yang terhimpun sebagai reaksinya terhadap pengalaman lingkungannya. Kepribadian terletak dintara faktor kekuatannya sehingga dapat ditunjang oleh kedamaian berada dalam keseimbangan. Menjadi pemahaman sekaligus juga mengenai kepribadian yang dapat di klasifikasi ke dalam beberapa sifat, antara lain:

a. Kepribadian tipe sosial (pemimpin) b. Kepribadian tipe sosial ( pemikat)

c. Kepribadian tipe pengambilan keputusan (decition making) d. kepribadian tipe pendukung ( detail supprtive) 9

Klasifikasi di atas jika dihubungkan dengan tokoh yang dikaji, ternyata tipe-tipe tersebut melekat dalam kepribadian Ust. Kholili Ridho’i. Tipe pemimpin dalam masyarakat selaras dan sejalan dengan kedudukannya sebagai ulama. Tipe pemikat, hal ini justru dapat menarik simpati masyarakat terutama jama’ah yang hadir ketika aktivitas dakwahnya berlangsung. Tipe pengambilan keputusan, yakni ketika adanya permasalahan yang dihadapi masyarakat, tokoh ini yang dijadikan sandaran untuk mencari solusi khusunya di bidang keagamaan. Tipe pendukung, segala usaha yang dilakukan masyarakat, tokoh ini senantiasa mendukung (memotivasi) terutama yang berkenaan dengan pembangunan keagamaan masyarakat sekitar.

9

J.B Wahyudi , Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, (Jakarta: Grafindo Pustaka Utama, 1994), h. 50


(49)

39

Dalam kehidupan Ust. Kholili, terutama di dalam mengemukakan pemikiran yang diuraikannya melalui penyampaian dakwahnya, beliau ini sosok agama sangat dikagumi dan disegani oleh masyarakat. Dan beliau pun memiliki sifat wara’, bijaksana, ramah terhadap siapa pun, wibawa, konsisten dalam berdakwah dan berani dalam memperjuangkan ajaran Islam terutama masalah kamungkaran, perjudian maupun prostitusi yang merajala di masyarakat sekitar.

4. Aktivitas Ustad Kholili

Di sela-sela kesibukannya sebagai pengasuh Pesantren Tarbiyatus Shibyan, ustad Kholili juga aktif dalam kegiatan-kegiatan dakwah sebagai berikut:10

1. Pengasuh Pesantren Tarbiyatus Shibyan 2. Ketua Yayasan Nizhomul Haromain

3. Pengajar majlis ta’lim harromain, Peninggaran Timur 1 Kebayoran Lama Jakarta Selatan

4. Pengajar majlis ta’lim istiqomah, Peninggaran Barat Kebayoran Lama Jakarta Selatan

5. Ketua majlis ta’lim Al-Muta’amilin, Cipulir

6. Pengajar majlis ta’lim Nurul Dzolam, Pondok Pinang 7. Direktur biro perjalanan haji dan umroh

8. Wakil ketua KKDT (Kelompok Kerja Diniyah Takmiliyah Jakarta Selatan) 9. Koordinator departemen KKDT Provinsi DKI Jakarta

5. Karya ilmiah

1. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah 2. Islam Antara Idialisme dan

10


(50)

40

3. Konsep Ajaran Tasawwuf, Syaikh Kholil Bangkalan

B. PROFIL MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH PESANTREN

TARBIYATUS SHIBYAN

1. Sejarah berdirinya Madrasah

Madrasah adalah lembaga Pendidikan Islam, tempat mendidik generasi qur’ani sebagai generasi penerus untuk belajar Ilmu Agama Islam sekaligus sebagai lembaga sosial dan da’wah, telah memberi peran dan kontribusi yang sangat besar terhadap agama, masyarakat, dan negara. Apalagi di ibukota Jakarta yang saat ini moralitasnya telah banyak terkikis oleh pengaruh budaya-budaya barat yang negatif, maka pesanten menjadi wahana pendidikan yang cukup membantu.

Awal berdirinya Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan bermula dari keinginan beberapa tokoh masyarakat dikampung peninggaran, antara lain H.Syafie E.Supriadi, Bpk Asnawi, Bpk. Saluasi, Bpk. Yasin, abah Thohir yang sangat prihatin dengan kondisi warganya khususnya gelonggongan, dimana gelonggongan terkenal dengan tempat para kriminal seperti main judi, mabuk-mabukan, sabung ayam dan lain-lain sehingga mendorong mereka untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama (pesantren) agar masyarakat di peninggaran khususnya gelonggongan berubah menjadi masyarakat yang baik dan berakhlak mulia.11

Maka sekitar tahun 1978 berdirilah sebuah Pesantren di peninggaran dengan nama “Pesantren Al-Fatah”, membuka pengajian setelah sholat maghrib dengan

11


(51)

41

materi: baca al-Qur’an/Iqro’ dan pendalaman ilmu agama, mula-mula perserta pengajiannya adalah anak-anak yang usia SD dan SMP, yaitu orang-orang daerah sekitar peninggaran ini, yang jumlahnya kurang lebih 15 orang.

Walaupun santri/siswanya sedikit tetapi pengajiannya terus berlangsung. Hari bertambah hari dan tahun berganti tahun sedikit demi sedikit santri/siswanya semakin banyak dan meningkat pesat akan tetapi tidak diikuti oleh ustadz/pengajarnya, karena pengajarnya adalah rata-rata orang pendatang yang punya kesibukan masing-masing sehingga proses belajar mengajar tidak efektif akibatnya banyak santri/siswa yang berhenti.

Kemudian pada tahun 1991 H.M. Husen Marzuki minta kepada tokoh-tokoh masyarakat peninggaran untuk mengelola madrasah yang kurang perhatian, alhamdulillah ternyata beliau diberi kepercayaan untuk mengelola madrasah sehingga beliau langsung mencari tenaga pengajar.12

Dan akhirnya dari Pondok Pesantren Daarul Rahman pimpinan K.H.Syukron Makmun ternyata beliau mendapatkan 2 tenaga pengajar yakni Ust. Agus Umar dan Ust. Hadik yang masih kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata pengajian berjalan beberapa bulan masyarakat sangat antusias sekali untuk belajar di madrasah sehingga dengan 2 tenaga pengajar proses kegiatan belajar mengajar kurang efektif maka H.Husen pulang ke tempat beliau mondok di Pesantren As-Sirojiyah Kajuk Sampang Madura pimpinan K.H. Busyiri Nawawi untuk meminta tenaga pengajar, dan awalnya kiyainya mengirimkan satu tenaga pengajar yakni Ust. Muhammad Afandi kemudian disusul lagi dengan Ust. Syakur sama- sama

12


(52)

42

lulusan pondok pesantren “Assirojiyah” . Pada saat itulah K.H.Busyiri Nawawi, nama Pesantren diganti nama yang baru yaitu “Pesantren Tarbiyatus Shibyan”.13

Nama Tarbiyatus Shibyan merupakan nama pemberian dari kyai beliau KH.Busyiri Nawawi, singkat ceritanya Kyai beliau dari Sampang Madura sedang berkunjung ke Jakarta menghadiri acara resepsi pernikahan, karena ada hubungan batin antara guru dengan murid, kiyainya silaturrahim ke rumahnya kemudiaan beliau berbicara kepada kiyainya untuk memohon diberikan nama yang baik dan barokah, gurunyapun mengganti nama yang awalnya “Pesantren Al Fatah” dirubah nama menjadi “Pesantren Tarbiyatus Shibyan”.14

Mengingat semakin banyaknya jumlah santri/siswa yang ingin belajar di Pesantren Tarbiyatus Shibyan, baik yang berasal dari peniggaran maupun diluar peninggaran sehingga ruang belajar untuk santri/siswa tidak memadai dan tenaga pengajar juga kurang mencukupi kemudian mengingat areal tanah yang sangat terbatas, maka pada tahun 1992 pesantren membangun lantai II (dua) untuk menambah ruang belajar yang berjumlah 3 kelas agar kegiatan belajar mengajar dalam penyampaikan isi materi berjalan dengan baik dan 2 ruang guru yang belum bekeluarga tinggal diluar Jakarta dan masih kuliah guna meningkatkan pengabdian mereka terhadap madrasah, kemudian beliau berangkat lagi ke Pasuruan untuk mencari tenaga pengajar di pondok pesantren Sidogiri dengan berhasil mendapatkan 2 orang tenaga pengajar yakni Ust. Unsur dan Ust. Yasir, karena Ust. Hadik mau keluar maka Ust.Agus Umar mengajak teman kuliyahnya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Ust. Tarsono untuk mau mengabdi bersama-sama di Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

13

Wawancara Pribadai dengan M. Soleh 24 Juli 2012 14


(53)

43

Dengan kegigihan dan ketekunan dan kerjasama yang baik para pengajar akhirnnya pesanren Tarbiyautus Shibyan diresmikan oleh KANWIL (Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor KW. 09.5/3/HK.00.5/567/2006. 15

Dalam perkembangan selanjutnya kepemimpinan di Madrasah Diniyah Takmiliyah secara estafet diteruskan oleh Ustadz Kholili. Pada masa kepemimpinanannya beliau cenderung meneruskan pola yang dirintis oleh pemimpin sebelumnya. Seperti halnya dalam metode pengajarannya dan sistem pengajarannya. Waktu terus berlalu dan akhirnya ustad Kholili di beri kepercayaan untuk menggantikan posisi Ustad Agus Umar yang saat itu menjabat sebagai Kepala madrasah. Kursi jabatan yang diberikan kepadanya tidak membuat ustadz Kholili angkuh ataupun merasa hebat dibandingkan ustad yang lainnya. Akan tetapi ustadz Kholili selalu berusaha bagaimana cara agar lembaga pendidikan yang dieemban bisa menjadi lebih maju dan berkembang pesat.

Cara terus dilakukan demi kemajuan madrasah diniyah dan akhirnya beliau memutuskan untuk memilih guru yang memiliki gelar Sarjana yang khususnya dari perguruan tinggi Islam seperti Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan lulusan pesantren seperti : Daarul Rahman, Sidogiri dan Gontor.

Dan tidak hanya cukup sampai disini saja perjuangan yang dilakukan ustad Kholili, beliau juga mulai merintis pengembangan pembangunan madrsah diniyah yang tadinya hanya bertingkat dua sekarang dibangun sampai tingkat tiga.

15


(54)

44

Walaupun bangunan tersebut belum benar-benar selesai, akan tetapi sudah bisa digunakan untuk belajar mengajar.16

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan

a. Visi

“Terwujudnya Pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat mempersiapkan pribadi santri/siswa yang beriman, bertaqwa, berilmu dan berakhlaqul karimah.

b. Misi

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui sistim pembelajaran.

2) Membina santri/siswa agar memiliki wawasan pengetahuan, pengalaman, keterampila,dan sikap terpuji yang bermanfaat bagi pengembangan pribadinya.

3) Mengajarkan kemampuan dasar pendidikan Agama Islam melalui : Al - Qur’an Hadist, Fiqih, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.

4) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pentingnya pendidikan Agama Islam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

5) Membina hubungan kerjasama yang baik dengan orang tua santri/siswa dan masyarakat serta instansi terkait.

c. Tujuan pesantren

16


(55)

45

Telah kita ketahui bersama tujuan pendidikan adalah mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa.

Tujuan pendidikan tersebut di atas merupakan gambaran manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi globalisasi di berbagai aspek kehidupan termasuk di dalamnya aspek sosial budaya dan nilai moral yang dewasa ini banyak bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri. Dalam hal inilah perlunya kesadaran bahwa manusia Indonesia seutuhnya tidak cukup dibekali dengan ilmu pegetahuan dan tekhnologi (IPTEK) saja, namun harus dibekali juga dengan iman dan taqwa (IMTAQ) yang mapan sejak dini dan berkesinambungan.

Dengan bertitik tolak dengan pemikiran di atas sebagai tolak ukur dalam rangka turut serta mencerdaskan bangsa khususnya untuk mewujudkan generasi qur’ani sebagai generasi penerus.17

3. Kondisi Pembelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan

1. Program Pembelajaran keterampilan,dan sikap terpuji yang bermanfaat bagi pengembangan kepribadian

Program pembelajaran yang saat ini dilaksanakan di Peantren Tarbiyatus Shibyan adalah

17


(56)

46

a) Taman Kanak Al-Qur’an (TKA) usia peserta didik (4 – 5 Tahun)

b) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) usia peserta didik (5 – 7 Tahun) c) Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) usia peserta didik (7 – 12 Tahun) d) Pengajian Iqra/al Qur’an umum / ekstra kurikuler (bebas usia)

e) Pengajian Kitab Kuning dan Tahfizul qur’an dilaksanakan pada santri yang berkumkim (bebas usia).

2. Kurikulum Pembelajaran

Kurikulum Pembelajaran Madrasah Diniyah TakmiliyahPesantren Tarbiyatus Shibyan terdiri diri :

a) Kurikulum TKA/TPA yang digunakan adalah berdasarkan kurikulum tersendiri yang meliputi pembelajaran tentang materi : Baca dan Tulis Iqra/al-Qur’an, Pendidikan Agama Islam, Juz „Ama, Adab keseharian, Praktek Ibadah dan Kreatifitas Islami.

b) Kurikulum Diniah Awaliyah yang digunakan adalah modifikasi berdasarkan kurikulum Departemen Agama dan kurikulum tersendiri yang meliputi pembelajaran materi : Baca dan Tulis al-Qur’an, Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, Tarikh Islam, Bahasa Arab, Praktek Ibadah, Juz „Ama, Adab Keseharian dan Kreatifitas Islami, nahwu,sorof, tahfizul qur’an, kitab kuning.18

4. Program Kegiatan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan

1) Santunan anak yatim piatu

2) Pengembangan seni baca baca al-Qur’an dan sholawat nabi

18


(57)

47 3) Majlis ta’lim

4) Qosidah atau marawis.

5. Kurikulum Pembelajaran Pesantren Tarbiyatus Shibyan Berdasarkan Tingkatnya Antara Lain:19

1) Tingkat Dasar b. al-Qur’an

c. Tauhid : al- Jawahirul Kalamiyah Ummu al-Barohim d. Fiqih : Safinah al-Sholah, Safinah al-Naja’,

e. Akhlak : al-Akhlak al-Banin f. Nahwu : al-Jurumiyah.

g. Sharaf : al- Amtsilah al-Tasrifiyah 2) Tingkat Menengah Pertama

a. Tajwid : Tuhfah al-Athfal b. Fiqih : Fath al-Qarib c. Tauhid : Aqidah al-Awwam d. Akhlaq : Ta’lim al Muta’allim e. Nahwu : Nazham „Imrithi f. Sharaf : Nazham Maksud g. Tarikh : Nur al-Yaqin. 3) Tingkat Menengah Atas

a. Tafsir : Tafsir al-Quran al- Jalalain al- Maraghi b. Ilmu Tafsir : Al- Tibyan fi’Ulum Al-Quran

19


(58)

48

Mabahits fi’Ulum Al-Quran c. Hadist : Al- Arbain al- Nawawi

Mukhtar al- hadist

d. Musthalah Al- Hadist : Minhah al- Mughits Al- Baiquniyyah e. Tauhid : Tuhfah al- Mughits

f. Fiqih : Kifayah al- Akhyar, Fath al-Mu’in g. Ushul Fiqh : Al- Waraqat

Al- Sulam

h. Nahwu dan Sharaf : Alfiyah ibn Malik Al- Sabrawi i. Akhlaq : Minhaj al- abidin

j. Tarikh : Ismam al- Waqaf k. Balaghah : Al- Jauhar al- maknun.

6. Struktur Organisasi Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan

Struktur organisasi Pesantren Tarbiyatus Shibyan di pimpin oleh seorang Kepala Madrasah beserta wakilnya kemudian Ketua TU berserta wakilnya. Kemudian Dewan Guru, kemudian wali kelas dan santri putra dan putri Madrasah Tarbiyatus Shibyan.20

20


(59)

49

7. Kondisi Pembelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan

1) Program Pembelajaran keterampilan,dan sikap terpuji yang bermanfaat bagi pengembangan kepribadian. Program pembelajaran yang saat ini dilaksanakan di Pesantren Tarbiyatus Shibyan adalah

a. Taman Kanak Al-Qur’an (TKA) usia peserta didik (4 – 5 Tahun). b. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) usia peserta didik (5 – 7 Tahun) c. Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) usia peserta didik (7 – 12 Tahun) d. Pengajian Iqra/al Qur’an umum / ekstra kurikuler (bebas usia)

e. Pengajian Kitab Kuning dan Tahfizul qur’an dilaksanakan pada santri yang berkumkim (bebas usia)

8. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan di antaranya adalah metode Wetonan atau Bandongan artinya ustad membacakan dan menjelaskan isi ajaran kitab kuning kepada santrinya, metode Sorogan artinya santri yang menyodorkan kitab kuning yang akan dibahas dan sang guru atau ustad mendengarkan, setelah itu sang guru memberikan komentar dan bimbingan yang dianggap perlu bagi santri, metode hafalan, metode diskusi dan Pemberian Tugas.21

9. Sistem Administrasi Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan

a. Administrasi Data Madrasah, meliputi :

21


(60)

50

1) Buku induk santri TKA/TPA dan Madrasah Diniyah 2) Buku raport, leger, dan ijazah

3) Formulir dan buku penerimaan santri baru 4) Buku data santri masuk dan keluar 5) Buku absensi guru dan santri 6) Buku tamu pesantren

7) Kop surat, Amplop, Map dan Stempel madrasah

b. Administrasi Keuangan Pesanren, Meliputi : 1) Kartu infak/SPP santri

2) Buku data infak/SPP santri

3) Surat tanda pembayaran (kwitansi) 4) Buku data tunggakan santri

5) Buku laporan keuangan pesantren.22

C. KEBERADAAN GURU DAN SANTRI/SISWA MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH PESANTREN TARBIYATUS SHIBYAN

1. Keberadaan Guru

Guru merupakan tenaga pendidik yang berperan aktif dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar di suatu pendidikan. Guru sebagai pelaksana dalam menyampaikan isi materi kepada peserta didik. Guru sebagai jembatan untuk pentransferan ilmu kepada perserta didik dan mengikuti ketentuan kurikulum yang telah di tentukan oleh lembaga pendidikan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan.

22


(61)

51

Adapun mengenai dengan guru di Pesantren Tarbiyatus Shibyan, mereka berasal dari berbagai daerah, baik di sekitar Pesantren maupun dari luar daerah. Bagi guru yang belum berkeluarga, pesantren menyediakan kamar guru guna meningkatkan pengabdian mereka terhadap pesantren.

Jumlah guru yang mengajar di Pesantren Tarbiyatus Shibyan saat ini keseluruhan sebanyak 14 orang. Latar belakang pendidikan mereka beragam, ada lulusan pesantren salafiyah, Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Islam Jakarta, serta lulusan-lulusan Universitas lainnya di Indonesia, beberapa diantaranya adalah lulusan pesantren ini sendiri.23

23


(62)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN ANALISIS USTAD KHOLILI PADA PENGEMBANGAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH

A. Tipe Kepemimpinan Ustad Kholili Dalam Mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah Pesantren Tarbiyatus Shibyan.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka zaman pun semakin maju dan modern, dengan adanya lembaga-lembaga yang dapat melahirkan tokoh-tokoh yang berilmu untuk orang lain, seperti hal nya ustad atau kyai-kyai yang mengajarkan kepada orang lain tentang hal-hal yang baik dan mengajak kepada kebenaran, bahkan ada pula ustad atau kyai yang mendirikan lembaga untuk mengajarkan apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan dan sesuai dalam hukum dan syariat Islam.

Contohnya seperti lembaga pendidikan madrasah diniyah takmiliyah pada pesantren Tarbiyatus Sibyan yang merupakan lembaga dakwah yang mencetak kader-kader Islam yang berwawasan intelektual. Karena itulah untuk merealisasikan perkembangan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan yang terletak di Jl. Peninggaran Timur 1 Kebayoran Lama Jakarta Selatan Ustad Kholili bekerja sama dengan dewan guru, masyarakat sekitar dan KKDT (Kelompok Kerjasama Diniyah Takmiliyah).1

Sesuai dengan visi dan misi serta tujuan Madrsah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan yang mengutamakan mencerdaskan bangsa menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berbudi pekerti luhur,

1


(63)

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.

Sebagai pemimpin sekaligus sebagai pendidik umat, Ustad Kholili mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam hal-hal mendidik, ketegasan dalam menyampaikan ajaran agama Islam. Bila kita berbicara tentang kepemimpinan maka tidak akan terlepas dari ciri kepemimpinan tersebut. Kepemimpinan itu itu terdiri dari fungsi kepemimpinan , tipe kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang digunakan oleh ustad Kholili. Berikut ini penulis akan menjelaskan tentang tipe kepemimpinan ustad Kholili dan analisis tipe kepemimpinan ustad Kholili dalam mengembangkan Madrasah Diniyah Takmiliyah pada Pesantren Tarbiyatus Shibyan.2

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan adalah suatu bentuk pola seseorang dalam memimpin, tindak tanduk dari seorang pemimpin dapat dijadikan sebagai pola untuk mencocokan tipe apa yang dipakai oleh seorang pemimpin dalam menjalankan roda kepemimpinannya tersebut.

Tipe kepemimpinan ustad Kholili adalah bersifat karismatik dan demokratis yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tipe kepemimpinan karismatik

Tipe kepemimpinan kharismatik yaitu kemampuan seseorang dalam menggerakan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan dalam aspek keperibadian yang dimiliki pemimpin, sehingga menimbulkan rasa hormat, segan, dan kepatuhan pada orang yang dipimpinnya.

2


(64)

a. Di bawah kepemimpinannya yang karismatik ustad Kholili terlihat dari tipe kepemimpinan beliau yaitu beliau tidak mudah terpesona oleh keindahan dan kenikmatan dunia dan ini dapat diketahui dari kehidupan beliau yang senantiasa melengkapi kebutuhan dirinya dan keluarganya secara wajar atau tidak berlebih-lebihan, selalu berusaha agar waktu yang sangat singkat ini tidak ada yang terlewatkan tanpa mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi, hal tersebut dilakukan seperti membaca al-Qur’an, menambah ilmu dan wawasan dengan mengajarkan kepada anak-anak santri dan jamaa’ah majlis ta’lim yang dibinanya, serta menjalankan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan rumah tangga, Mengabdi kepada masyarakat dengan sikap lembut dan tawadhu’, dalam hal ini beliau lakukan pada siapapun baik itu orang dewasa, anak muda dan masyarakat luas pada umumnya. Hal itu dilakukan karena beliau menganggap dirinya sama dengan manusia lainnya, dan Menjauhkan diri dari rezeki yang rendah, hal ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari perkara-perkara subhat yang dapat mengurangi nilai kesucian dan ketaqwaan nya kepada Allah SWT dan sekaligus mengajarkan sikap kepada santrinya agar tidak gampang mengambil hak yang bukan menjadi miliknya.

2. Kepemimpinan Demokratis

Dibawah ini tipe kepemimpinan demokratis yang diterapkan oleh ustad Kholili dalam mengembangkan Pesantren Tarbiyatus Shibyan diantaranya: Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan bersama, Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahannya,


(65)

Menghukum bawahan yang membuat kesalahan, dan Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan. 3

Maka dapat dianalisis dari data diatas bahwa ustad Kholili menerapkan kepemimpinan demokratis dilakukan dengan cara:

1) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan bersama hal ini dilakukan:

a. Ketika mengajar, ia selalu menunjukan wajah yang cerah kepada siswa-siswanya sambil mengucapkan salam, hal ini dilakukan karena menunjukan wajah yang ceria dan mengucapkan salam ketika berhadapan dengan seseorang atau pada santrinya ini mempunyai nilai Islami dan akan menjadikan orang lain segan.

b. Setelah selesai mengajar dan sebelum berpisah dengan para santrinya ia selalu menganjurkan membaca surah al-Ashr, hal ini dilakukan untuk pendidikan yang dibina di pesantren Tarbiyatus Shibyan agar selalu mendapatkan cucuran rahmat dari Allah, dan tetap eksis sampai yaumil qiyamah.

c. Menganjurkan kepada santrinya dan dewan guru yang mengajar untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah, hal ini dilakukan agar sikap persatuan dan kesatuan umat Islam lbih kokoh seperti yang dicerminkan dalam sholat berjamaah.

2) Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahannya, adapun cara yang dilakukan:

3


(1)

Santri sedang mendapat pembinaan dan pengarahan dari pimpinan Pesantren Tarbiayatus Shibyan


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)