29 dalem memiliki makna simbolik yaitu: warna pakaian biru tua bermakna
dalam atau serius dalam artian tidak dapat dianggap sebagai suatu hal yang sepele, kancing baju berjumlah lima melambangkan rukun Islam
shahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, kancing baju di leher berjumlah enam melambangkan rukun iman, dan jumlah lurik berjajar tiga dan
empat mempunyai makna kewulu minongko perpat yang artinya direngkuh sebagai saudara. Hal ini memiliki arti bahwa abdi dalem
dianggap sebagai saudara yang dekat dengan rajasultan. Menurut Hadi Sutrisno dalam Sindung Haryanto, 2013: 126
ajaran dalam busana kejawen merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secara selaras yang berkaitan dengan aktivitas harian,
baik dalam hubungan dengan sesama manusia, dengan diri sendiri maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi dengan adanya simbol-
simbol kejawen yang mengandung nilai religi yang kuat, para abdi dalem diharapkan dapat memiliki kehidupan spiritualitas yang baik dengan
selalu mengingat dan menjalankan setiap ajaran-ajaran agama Islam. Karena nilai keagamaan juga merupakan salah satu dari kebudayaan
Jawa yang harus dilestarikan.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pola pengasuhan orang tua kepada anak sudah dilakukan beberapa kali oleh peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu dapat
digunakan sebagai pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya agar menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti merujuk
30 pada dua penelitian terdahulu. Penelitian pertama dilakukan oleh Muhammad
Indrus dan Anas Rohmiati 2008 tentang Hubungan Kepercayaan Diri Remaja dengan Pola Asuh Orang Tua Etnis Jawa yang menjelaskan tentang
adanya hubungan kepercayaan diri dengan pola pengasuhan orang tua dengan etnis Jawa. penelitian ini dilakukan di Yogyakarta dengan subjek remaja yang
masih bersekolah di MAN kodya Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif dan signifikan antara pola asuh
orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan diri remaja. Semakin baik pola asuhnya, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan diri remaja.
Dalam pengasuhan keluarga Jawa, orang tua Jawa selalu menginginkan anak-anak mereka untuk menjadi orang yang njawani. Dalam istilah Jawa
orang njawani adalah orang yang matang secara pribadi, tahu bagaimana bersikap dan berperilaku terhadap orang lain. Dengan begitu bahwa remaja
yang njawani adalah sosok remaja yang penuh tanggung jawab, mampu membawa diri di depan orang lain, dan tentunya percaya diri. Melihat hasil
penelitian ini bahwa pola asuh mendorong orang tua Jawa berpengaruh terhadap kepercayaan diri, sehingga dapat dikatakan bahwa pola asuh
mendorong orang tua Jawa merupakan pola asuh yang tepat dan mampu mendorong anak untuk menjadi pribadi yang njawani seperti yang diharapkan
oleh para orang tua Jawa. Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian tersebut sama-sama mengkaji tentang pola asuh yang berkaitan dengan etnis Jawa. Penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad Indrus 2008 memfokuskan pada hubungan
31 kepercayaan diri dengan pola asuh orang tua etnis Jawa, dan subjek
penelitiannya adalah remaja yang bersekolah di MAN kodya Yogyakarta. Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, peneliti ingin
mengkaji tentang pola asuh dalam keluarga jawa yang mana orang tuanya berprofesi sebagai seorang abdi dalem.
D. Kerangka Berpikir