70 tepat. Masih ada siswa yang pesannya tidak disampaikan dalam puisi. Juga
sebagian besar siswa dapat menggunakan imajinasi dengan baik. Pada akhir tiap pertemuan, guru memberikan tes menulis puisi untuk
mengetahui sejauh mana keterampilan siswa dalam menulis puisi bebas. Hasil observasi dan tes menulis puisi digunakan untuk refleksi.
d. Refleksi
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II, terlihat bahwa proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Masalah-masalah yang terjadi pada
siklus I dapat teratasi dan hasil karangan puisi siswa menunjukkan peningkatan. Pada pelaksanaan tindakan siklus II secara umum sudah tidak ada lagi
permasalahan pada siswa. Sebagian besar siswa dapat menulis puisi bebas berdasarkan tema dengan baik. Pesan pada puisi sudah disampaikan dengan baik.
Siswa dapat menulis puisi dengan diksi yang tepat. Siswa juga dapat menggunakan imajinasinya dengan baik. Penggunaan majas dan citraan pun juga
tepat. Selain itu respon dari guru pun juga baik.
4. Analisis Data Hasil Keterampilan Menulis Puisi Bebas menggunakan
Model Quantum Teaching
Analisis data dari pelaksanaan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:
71
1. Siklus I
Data hasil tes menulis puisi bebas menggunakan model quantum teaching pada siklus I dapat dilihat dari penskoran yang dilakukan pada akhir siklus.
Hasil tes siklus I disajikan pada tabel berikut:
Tabel 11. Data Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Puisi Bebas Siswa pada Siklus I
No Interval nilai
Frekuensi Persentase
Kategori 1
86-100 1
4,55 Sangat bagus
2 76-85
4 18,18
Bagus 3
56-74 16
72,73 Cukup bagus
4 10-55
1 4,55
Kurang bagus
Hasil pada siklus I menunjukkan peningkatan dari hasil pada kondisi awal. Dari tiap aspek penilaian mengalami peningkatan. Pada aspek keakuratan
tema dan makna meningkat dari 257 menjadi 355 sehingga rata-rata siswa memperoleh 16,1. Hal ini menunjukkan bahwa tema aktual, sesuai dengan
perkembangan siswa, dan penyampaian pesan kurang jelas. Skor pada aspek kekuatan imajinasi meningkat dari 261 menjadi 331 sehingga rata-rata siswa
adalah 15. Hal ini menunjukkan bahwa daya khayal siswa tinggi, kreatif, dan mengesankan. Skor pada aspek ketepatan diksi meningkat dari 261 menjadi
338 sehingga rata-rata siswa adalah 15,4. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan kata pada puisi tepat dan efektif. Pendayaan pemajasan dan citraan
memperoleh skor dari 230 menjadi 282. Sehingga rata-rata siswa memperoleh 12,8. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan majas kurang tepat dan
terdapat pengimajian yang mampu menimbulkan kesan indrawi kepada
72 pembaca. Respon afektif guru memperoleh skor dari 178 menjadi 193,
sehingga rata-rata siswa memperoleh 8,8. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan guru terhadap puisi baik.
Hasil skor rata-rata menulis puisi bebas pada siklus I adalah 68,02. Peningkatan yang diperoleh dari tahap pra tindakan ke siklus I adalah sebesar
14,11. Siswa yang memperoleh nilai ≥70 adalah 12 anak dan siswa yang memperoleh nilai ≤70 adalah 10 anak. Jadi, siswa yang sudah mencapai KKM
sebesar ≥70 adalah 54,55 dan siswa yang belum mencapai KKM terdapat 45,45 dari jumlah siswa.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai KKM masih belum memenuhi kriteria keberhasilan dan skor rata-rata yang
diperoleh pun juga ≤70. Oleh karena itu perlu diadakan siklus II untuk memperbaiki keterampilan siswa dalam menulis puisi bebas menggunakan
model quantum teaching.
2. Siklus II