Tabel 4.17. Hasil Analisis Lantai Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan
Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013
NO. Lantai
Keluhan ISPA Total
Ya Tidak
p-value n
N n
1. Memenuhi Syarat
16 59,3
11 40,7
27 100
0,613 2.
Tidak Memenuhi Syarat 25
53,2 22
46,8 47
100 Total
41 55,4
33 44,6
74 100
Berdasarkan tabel 4.17. dapat dilihat bahwa hasil penelitian yang didapatkan dari variabel lantai bahwa dari 27 rumah yang memiliki lantai yang memenuhi syarat
sebanyak 16 orang 59,3 memiliki keluhan ISPA dan 11 orang 40,7 yang tidak memiliki keluhan ISPA, sedangkan dari 47 rumah yang lantai yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 25 orang 53,2 memiliki keluhan ISPA dan 22 orang 46,8 yang tidak memiliki keluhan ISPA. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai
p = 0,613, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara lantai rumah dengan keluhan
ISPA.
4.3.5. Hubungan Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di
Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013
Hubungan Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.18. berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Hasil Analisis Dinding Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan
Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013
NO. Dinding
Keluhan ISPA Total
Ya Tidak
p-value n
N n
1. Memenuhi Syarat
17 63,0
10 37,0
27 100
0,322 2.
Tidak Memenuhi Syarat 24 51,1
23 48,9
47 100
Total 41
55,4 33
44,6 74
100 Berdasarkan tabel 4.18. dapat dilihat bahwa hasil penelitian yang didapatkan
dari variabel dinding bahwa dari 27 rumah yang memiliki dinding yang memenuhi syarat sebanyak 17 orang 63 memiliki keluhan ISPA dan 10 orang 37 yang
tidak memiliki keluhan ISPA, sedangkan dari 47 rumah yang memiliki dinding yang tidak memenuhi syarat sebanyak 24 orang 51,1 memiliki keluhan ISPA dan 23
orang 48,9 yang tidak memiliki keluhan ISPA. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,322, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05
maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara dinding rumah dengan keluhan ISPA.
4.3.6. Hubungan Langit-langit Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di
Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013
Hubungan Langit-langit Rumah dengan Keluhan ISPA pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.19. berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Hasil Analisis Langit-langit Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir
Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013
NO. Langit-langit
Keluhan ISPA Total
Ya Tidak
p-value n
n N
1. Memenuhi Syarat
17 68,0
8 32,0
25 100
0,119 2.
Tidak Memenuhi Syarat 24 49,0
25 51,0
49 100
Total 41
55,4 33
44,6 74
100
Berdasarkan tabel 4.19. dapat dilihat bahwa hasil penelitian yang didapatkan dari variabel dinding bahwa dari 25 rumah yang memiliki dinding yang memenuhi
syarat sebanyak 17 orang 68 memiliki keluhan ISPA dan 8 orang 32 yang tidak memiliki keluhan ISPA, sedangkan dari 49 rumah yang memiliki dinding yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 24 orang 49 memiliki keluhan ISPA dan 25 orang 51 yang tidak memiliki keluhan ISPA. Berdasarkan hasil analisis statistik
diperoleh nilai p = 0,119, jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan p0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara dinding rumah
dengan keluhan ISPA.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Keluhan ISPA pada Balita
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan uji Chi square didapatkan nilai p = 0,07 lebih besar dari nilai
∝
= 0,05, maka dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan keluhan ISPA pada balita di
Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi 2012, yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Responden dalam penelitian ini sebagian besar sudah memiliki luas ventilasi
yang memenuhi syarat. Ventilasi yang dimaksud adalah lubang angin, pintu dan jendela rumah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya responden jarang membuka
jendela rumah. Dimana faktor lain yang berkaitan dengan kejadian ISPA adalah kebiasaan penduduk membuka jendela pada pagi hari, karena membuka jendela
rumah akan melancarkan pertukaran udara, sinar matahari masuk kedalam rumah dan mempengaruhi kelembaban udara dalam rumah.
Sejalan dengan pendapat Hartono 2002 salah satu cara efektif mencegah penyakit ISPA adalah ventilasi rumah yang memenuhi syarat dan selalu membuka
pintujendela terutama pagi hari. Menurut Chandra 2007 ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, yaitu
menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar dan membebaskan udara ruangan dari bakter-bakteri. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
kelembaban udara di dalam ruangan naik, dimana kelembaban ini merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri.
Menurut Slamet 2009 penyakit saluran pernapasan dapat mudah menular akibat ventilasi yang tidak memadai. Rumah yang secara teknis memenuhi syarat
kesehatan, tetapi apabila penggunaannya baik, maka dapa terjadi gangguan kesehatan.
5.2. Hubungan Pencahayaan Alami dengan Keluhan ISPA pada Balita