43 yang baik itulah maka sekolah akan mendapatkan semakin banyak peserta didik
karena tingginya minat masyarakat untuk mendapatkan pendidikan di sekolah tersebut.
2. Perencanaan Pembinaan Minat Baca
Kauffman Engkoswara, 2010: 132 menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang akan dicapai, menetapkan jalan
dan sumber yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan seefisien dan seefektif mungkin. Sedangkan pengertian perencanaan menurut Engkoswara 2010: 132
adalah sebagai berikut. perencanaan adalah suatu kegiatan untuk menetapkan aktivitas yang
berhubungan dengan jawaban pertanyaan 5W 1H, yaitu: apa what yang akan dilakukan, mengapa why hal tersebut dilakuakan, siapa who yang
melakukannya, di mana where melakukannya, kapan when dilakukan, dan bagaimana how melakukan.
Oleh karena itu, dari ke dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah aktivitas menetapkan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan
teknik atau metode yang dipilih dalam menjalankan kegiatan dalam mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Apabila pengertian perencanaan dituangkan dalam
pembinaan minat baca siswa, maka perencanaan pembinaan minat baca siswa tersebut merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan diadakannya pembinaan
minat baca, sumber apa saja yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembinaan minat baca, dan teknik atau metode apa yang dipilih dalam membina minat baca
agar minat baca para siswa dapat meningkat dan berkembang. Perencanaan pembinaan minat baca siswa di sini dapat lebih jelas dengan adanya 5W 1H, yaitu
yang dimulai dari pertanyaan: a what, strategi apa yang akan dilakukan dalam
44 membina minat baca?; b why, mengapa strategi pembinaan minat baca perlu
dilakukan?; c who, siapa siapa yang melaksanakan strategi pembinaan minat baca?; d where, di mana strategi pembinaan minat baca dilaksanakan?; e when,
kapan dilaksanaknnya strategi pembinaan minat baca?; f how, bagaimana proses dilaksankannya strategi pembinaan minat baca?.
Menurut Coombs Engkoswara, 2010: 132, perencanaan pendidikan merupakan kegiatan rasional dari analisis sistematis proses perkembangan
pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien. Lebih lanjut, Albert Waterston Engkoswara, 2010: 132 menyatakan perencanaan
pendidikan merupakan suatu bentuk investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang didasarkan kepada pertimbangan
ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial. Berdasarkan ke dua pendapat di atas maka perencanaan pendidikan merupakan proses menetapkan keputusan yang
berkaitan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai, sumber-sumber yang akan diberdayakan, dan teknik atau metode yang dipilih secara tepat untuk
melaksanakan tindakan selama kurun waktu tertentu agar penyelenggaraan sistem pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan bermutu. Berdasarkan
hasil kesimpulan tersebut dapat dilihat bahwa pengertian perencanaan pembinaan minat baca sebelumnya tidak jauh berbeda dengan pengertian perencanaan
pendidikan, karena perencanaan pembinaan minat baca merupakan bagian dari perencanaan pendidikan yang bertujuan sama yaitu meningkatkan mutu
pendidikan.
45 Berdasarkan Depdiknas Engkoswara, 2010: 133 menyebutkan 5 tujuan
perencanaan pendidikan di lingkup sekolah, yaitu: a.
Menjamin agar perubahantujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; b.
Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah; b.
Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah, antar sekolah dan dinas pendidikan kabupatenkota, dan antar
waktu menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
c. Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat; dan
d. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan. Engkoswara 2010: 133 menyatakan, perencanaan yang baik dilakukan untuk
mencapai dua hal, yaitu: a. Protective benefits, menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik atau metode memiliki relevansi yang tinggi dengan tuntutan
masa depan sehingga dapat mengurangi resiko keputusan, dan b. Positive benefits, produktivitas dapat meningkat sejalan dengan dirumuskannya rencana yang
komperhensif dan tepat. Sedangkan jenis perencanaan menurut Djam‟an Satori
Engkoswara, 2010: 135 ada 7 yaitu: a Perencanaan dimulai pada tingkat organisasi paling atas ke bawah top down planning; b Perencanaan dimulai
pada tingkat organisasi paling bawah ke atas bottom-up down plannig; c Diagonal-horizontal planning; d Rolling plan; e Gabungan top- down dan
bottom-up planning; f Perencanaan strategis dan g Perencanaan operasional. Menurut Engkoswara 2010: 135 lingkup perencanaan terdiri dari tiga, yaitu:
mikro, messo dan makro. a.
Perencanaan mikro adalah suatu perencanaan pada level operasional ditujukan secara khusus untuk memperbaiki kemampuan dan kinerja individu atau
46 kelompok kecil individu. Sehingga lingkup perencanaannya relatif lebih
spesifik. Misal silabus, rencana pengajaran; b.
Perencanaan messo adalah suatu perencanaan level organisasi operasional dan menengah ditujukan secara khusus untuk memperbaiki kinerja organisasi atau
satuan pendidikan seperti rencana sekolah dan rencana pengembangan mutu SD, SMP, SMASMK Dinas Pendidikan Kab Kota. Rencana sekolah seperti
rencana kerja tahunan; c.
Perencanaan makro adalah suatu perencanaan pada level top organisasi yang menjadi rujukan perencanaan messo dan mikro. Perencanaan makro ditujukan
secara khusus untuk memperbaiki organisasi secara luas. Misal perencanaan strategis Departemen Pendidikan Nasional.
Berdasarkan pernyataan Engkoswara di atas mengenai tiga lingkup perencanaan, maka dapat diketahui bahwa perencanaan pembinaan minat baca di
sini akan lebih tepat pada lingkup perencanaan mikro. Hal tersebut dikarenakan perencanaan ini ditujukan untuk memperbaiki atau merubah minat siswa terhadap
membaca yang dapat dilakukan pembinaan secara berkelompok yang terdiri dari beberapa individu. Susatyo Herlambang 2013: 47 menyatakan 5 langkah yang
perlu dilakukan dalam menyusun sebuah perencanaan, yaitu: a.
Analisis situasi; b.
Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya; c.
Menentukan tujuan program; d.
Mengkaji hambatan dan kelemahan program; e.
Menyusun rencana kerja operasional.
47 Berdasarkan pernyataan di atas mengenai langkah perencanaan suatu program,
maka dalam strategi pembinaan minat baca pun harus direncanakan terlebih dahulu melewati beberapa langkah seperti yang di ungkapkan oleh Susatyo
Herlambang agar lebih mudah dipahami. Apabila perencanaan telah dilakukan dalam strategi pembinaan minat baca maka selanjutnya tahap implementasi atau
pelaksanaan strategi pembinaan minat baca.
3. Pelaksanaan Pembinaan Minat Baca