136
5. Hambatan dan Upaya Pembinaan Minat Baca di Perpustakaan MAN
Yogyakarta III
Hambatan pelaksanaan pembinaan minat baca di perpustakaan Mayoga menurut kepala perpustakaan Mayoga lebih disebut sebagai sebuah tantangan bagi
para pustakawan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala perpustakaan Mayoga yang menyatakan, bahwa hambatan dalam pelaksanaan pembinaan minat
baca lebih cenderung dari dalam atau internal, untuk hambatan pelaksanaan mulok PPMB kelas X sendiri berupa kurangnya guru sebagai pembina PPMB. Hal ini
dikarenakan guru PPMB kelas X yang merangkap sebagai motivator tingkat nasional terkadang tidak sepenuhnya terlibat dalam kelas, pada saat-saat tertentu
beliau memenuhi tugasnya di luar jawa sehingga pada waktu-waktu tertentu tersebut kurang maksimal dalam melaksanakan mulok PPMB. Hal ini didukung
pula oleh hasil pengamatan pada kelas X di perpustakaan saat proses pembelajaran, yang pada waktu itu pembimbing berhalangan hadir sehingga para
siswa hanya mengerjakan tugas yang diberikan dengan memanfaatkan fasilitas perpustakaan.
Selanjutnya tidak 100 anak-anak dalam pembinaan akan langsung tertarik membaca dan disadari bahwa perpustakaan Mayoga belum maksimal 100 dapat
membina seluruh anak-anak. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan kepala perpustakaan Mayoga, yang menyatakan
“...kemudian memang tidak langsung 100 siswa itu tertarik membaca, masih ada juga anak-anak yang tidak tertarik
membaca. Kita belum maksimal 100 bisa membina anak-anak, jadi tidak mudah ya.. mungkin ada yang sudah tertarik membaca dan ada yang belum, jadi belum
137 100 bisa terbina semua”. Kurang maksimalnya pembinaan dikarenakan
karakter setiap anak-anak berbeda serta latar belakang keluarga mereka yang berbeda pula, sehingga untuk mencangkup keseluruhan masih kurang maksimal.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh guru mulok PPMB kelas X dan pembina MBL berdasarkan hasil wawancara, bahwa hambatan yang dihadapi adalah
perbedaan pada setiap siswa. Perbedaan-perbedaan siswa di sini antara siswa yang memang sudah pandai dan terbina minat bacanya pada saat di bangku SMP serta
ada pula siswa yang memang biasa-biasa saja bahkan minat bacanya sangat kurang. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi guru PPMB, pembina
MBL dan pengelola perpustakaan. Sedangkan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan ekstrakurikuler MBL,
berdasarkan hasil wawancara dengan guru PPMB kelas XI dan pembina MBL, di perpustakaan
Mayoga menyatakan,
“Hambatanya, terkadang untuk mengumpulkan anak-anak itu sedikit susah, meskipun sudah menyatakan menjadi
anggota MBL. Dikarenakan anak-anak terkadang memiliki kegiatan lain dan biasanya mereka berkumpul kalau ada acara-acar tertentu seperti lomba,
pelatihan kepenulisan dan bazar”. Sedangkan untuk hambatan dari luar atau
eksternal di nilai tidak ada, hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan kepala perpustakaan Mayoga, yang menyatakan
“...untuk saat ini tidak ada ya mba... karena kita melakukan kegiatan pembinaan minat baca seluruhnya dari kita”.
Oleh karena itu hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan minat baca di perpustakaan hanya berupa dari dalam. Hal ini diperkuat lagi dengan
pernyataan guru PPMB kelas XI dan pembina MBL di perpustakaan Mayoga,
138 berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di perpustakaan Mayoga, sebagai
berikut: “...untuk tantangan dari luar saya rasa tidak ada mba...”. Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa hambatan dalam pelaksanaan pembinaan minat baca lebih cenderung terdapat dari dalam.
Untuk mengatasi hambatan yang ada seperti yang telah diungkapkan oleh kepala perpustakaan Mayoga berdasarkan hasil wawancara, bahwa apabila
pembina atau guru kurang maksimal dalam memberikan waktu pembinaan PPMB bagi kelas X dan MBL maka akan ditegur dan dicari jalan keluar. Untuk
mengatasi perbedaan kemampuan siswa dalam pembinaan minat baca maka pembinaan dilakukan secara perlahan dan pembinaan akan ditingkatkan meskipun
belum mencapai 100, selain hal tersebut banyak sekali kegiatan lain yang anak- anak miliki. Sedangkan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan ekstrakurikuler
MBL dalam mengumpulkan anak-anak untuk semaksimal mengikuti kegiatan MBL, maka pembina MBL akan mendisiplinkan anak-anak dengan tidak mau
memberi tanda tangan pada buku kendali yang dimiliki masing-masing anak yang nantinya akan menentukan nilai pada raport, sehingga mau tidak mau anak-anak
anggota MBL harus aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler MBL. Berdasarkan uraian di atas mengenai hambatan dan upaya dalam kegiatan
pembinaan minat baca, dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam pelaksanaan pembinaan minat baca di perpustakaan Mayoga baik mulok PPMB dan
ekstrakurikuler MBL berasal dari dalam. Untuk hambatan pelaksanaan mulok PPMB berupa: kurangnya guru sebagai pembina mulok PPMB, karena guru
mulok PPMB kelas X sendiri merupakan motivator tingkat nasional sehingga
139 pada saat beliau menunaikan tugasnya sebagai motivator di luar daerah maka
pelaksanaan mulok PPMB sedikit terganggu; kemampuan dan keinginan setiap siswa yang berbeda-beda dalam minat baca menjadi tantangan selanjutnya bagi
pembina mulok PPMB dan pengelola perpustakaan. Sedangkan tantangan pelaksanaan ekstrakurikuler MBL sendiri, yang terkadang sulit mengumpulkan
siswa anggota MBL yang memiliki berbagai kegiatan di luar MBL. Upaya yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara kepala perpustakaan
Mayoga dalam menghadapi hambatan mulok PPMB, apabila guru mulok PPMB kelas X terlalu sering meninggalkan kelas untuk melaksanakan tugasnya sebagai
motivator di berbagai daerah, maka kepala perpustakaan akan menegur dan mendiskusikan jalan keluar yang terbaik. Kemudian untuk mengatasi perbedaan
kemampuan dan keinnginan siswa dalam minat baca, upaya yang dilakukan oleh guru mulok PPMB dan pengelola perpustakaan akan melakukan pembinaan
secara berlahan dan sistematis serta meningkatkan upaya pembinaan semaksimal mungkin. Sedangkan upaya yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara guru
mulok PPMB kelas XI dan pembina MBL, dalam menghadapi hambatan dalam ekstrakurikuler MBL terkait dengan sulitnya siswa anggota MBL untuk
dikumpulkan karena memiliki banyak kegiatan di luar MBL, maka pendamping MBL akan mendisiplinkan siswa dengan mengecek buku kendali siswa dan
apabila siswa tidak hadir maka guru pendamping tidak akan memberikan paraf yang akan mengakibatkan pengurangan nilai pada raport.
140
C. Pembahasan
1. Strategi Pembinaan Minat Baca di Perpustakaan MAN Yogyakarta III