Penggolongan Anak Berkebutuhan Khusus

14 dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua dan masyarakat sekitarnya. Andriana 2011 dalam Aini Mahabbati, 2011 mengatakan bahwa kunci pembelajaran di kelas inklusi adalah akomodasi pembelajaran dan rencana pembelajaran individual. Sementara itu, menurut Endah 2013: 3 cara membantu anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut. a. Cara membantu anak berkesulitan belajar, antara lain dengan selalu mengubah strategi cara mengajar dan menambah jumlah materi pembelajaran yang baru agar anak tidak cepat bosan. Selanjutnya bisa juga dengan rehabilitasi medik. b. Cara membantu anak dengan hambatan berbicara dan bahasa, antara lain dengan tidak menuntut anak untuk berbicara menggunakan tata bahasa yang benar. c. Cara membantu anak dengan gangguan penglihatan, antara lain dengan cara penjelasan verbal yang diberikan guru tidak berbelit-belit. d. Cara membantu anak unggul dan berbakat istimewa, antara lain dengan merancang model pembelajaran yang menghargai sumbangan pemikiran siswa. Berdasar pendapat tersebut, cara membantu tiap-tiap anak bekebutuhan khusus disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan masing-masing siswa. Secara umum anak berkebutuhan khusus agar bisa belajar bersama anak non-ABK adalah 15 di sekolah inklusi. Pembelajaran untuk ABK dapat dilakukan melalui akomodasi pembelajaran dan rencana pembelajaran individual.

B. Kajian Slow Learner 1.

Pengertian Slow Learner Yosfan Azwandi 2007: 18 menjelaskan bahwa slow learner adalah siswa yang ber-IQ antara 70-90. Gejala yang tampak antara lain prestasi belajar sebagian besar atau seluruh mata pelajaran umumnya rendah, sering tidak naik kelas, sulit menangkap pelajaran, dan sebagainya. John F. Savage 1979: 209 menjelaskan, Of all the learning problems conventionally encountered in schools, the one most familiar to the calssroom teacher is the slow learner. That’s the child who doesn’t “catch on” as easily as the other children; the one who is slower to understand; the one who takes longer than others to finish the worksheet− and when she does finish, many of the answers may be incorrect; the child whose achievement is below that of the rest of the group; in short, the child who has trouble learning. Dari penjelasan di atas, dapat peneliti artikan bahwa salah satu dari masalah yang biasa ditemukan di sekolah, salah satu dari masalah paling dikenal oleh guru kelas adalah slow learner. Mereka adalah anak yang tidak dapat mengerti dengan mudah seperti anak-anak yang lain, dia lebih lambat untuk mengerti, dia membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan tugas dibanding anak yang lain dan ketika dia telah selesai mengerjakan tugas, kebanyakan jawabannya mungkin tidak benar, anak yang memiliki prestasi rata-rata bawah dalam kelompoknya, secara singkat, anak ini merupakan anak yang memiliki kesulitan belajar. John F. Savage 1979: 209 menjelaskan lebih jauh tentang slow learner yaitu, 16 ...Traditionally, slow learners were designated as those pupils whose scores fell within the 75- or 80- to -90 IQ range on an intelligence test. ... These children were generally thought of as a group whose learning ability was above the so-called “retarded” level but immadiately below the “normal” range. Dari penjelasan tersebut peneliti artikan bahwa secara tradisional slow learner yaitu siswa yang memiliki rentang nilai tes IQ antara 75 atau 80 hingga 90. Anak-anak ini biasanya dianggap sebagai kelompok anak yang memiliki kemampuan belajar di atas mereka yang disebut “retardasi” tetapi di bawah rentang “normal”. Hal ini sependapat dengan Ny. S.A. Bratanata 1975: 51 yang menyatakan bahwa slow learner berada di bawah rata-rata dalam kemampuan belajar, tetapi tidak dapat dipandang sebagai anak mampu didik. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Mumpuniarti 2007: 15 menyebutkan bahwa jika slow learner di masukkan dalam sekolah khusus tunagrahita, akan menjadi anak terpandai. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, yang dimaksud peneliti tentang slow learner dalam penelitian ini yaitu siswa yang memiliki rentang IQ antara 70- 90, siswa ini lebih lamban dalam memahami sesuatu, tetapi tidak selamban mereka yang disebut ‘retardasi’ atau terbelakang mental, tetapi tidak secepat siswa lain yang memiliki kecerdasan normal.

2. Karakteristik Slow Learner

Karakteristik slow learner menurut Slamet Anantaputro dan Usa Sutisna 1984: 51-52 sebagai berikut. a. Keadaan fisik pada umumnya sama dengan anak-anak normal. Ahli dapat membedakan antara slow learner dengan siswa lainnya setelah