Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 seperti yang terjadi di kelas III SD Negeri Widoro. Di kelas tersebut ditemukan tiga orang siswa dengan nilai terendah yang membutuhkan perhatian khusus dari guru. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas yang dilaksanakan pada tanggal 29 November 2014 di SD Negeri Widoro di kelas III, ditemukan tiga siswa dengan nilai rata-rata rendah. Satu orang siswa yang diduga slow learner ini sangat pendiam dan pemalu. Siswa ini justru paling pemalu dan pendiam di kelas dibandingkan dengan dua siswa lain yang memiliki nilai di bawah nilai-nilainya. Siswa ini nampak tidak percaya diri setiap kali diminta menjawab pertanyaan oleh guru. Namun guru selalu memberikan motivasi dan menunggu siswa ini menjawab. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mendalami kasus salah satu dari tiga siswa tersebut. Siswa tersebut berinisial ZPA. ZPA pernah tinggal kelas satu kali. Secara fisik, ZPA tidak tampak jauh berbeda dengan teman lainnya. ZPA memiliki tinggi badan rata-rata sama dengan temannya, namun ZPA selalu nampak kesulitan mengikuti pembelajaran di kelas. ZPA memiliki nilai yang rendah hampir di setiap kuis atau pun ulangan yang diadakan guru. Peneliti menduga siswa tergolong anak berkebutuhan khusus yang yang membutuhkan akomodasi untuk dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. Hal ini dilatarbelakangi adanya fakta bahwa meskipun kondisi fisik siswa tampak normal, namun hasil belajar siswa hampir di semua mata pelajaran seringkali kurang dari KKM, meski pun kadang juga bisa melebihi KKM. Guru juga harus mengulang-ulang 5 pertanyaan dan menunggu waktu lebih lama dari yang lain sampai ZPA dapat menjawab. Dugaan peneliti didukung dengan hasil pemeriksaan tes intelegensi siswa di klinik psikologi dan pendidikan SLB Negeri 1 Bantul pada Oktober 2012. Berdasarkan hasil pemeriksaan intelegensi terhadap siswa diperoleh hasil bahwa siswa memiliki potensi kecerdasan skor IQ verbal 74 dan skor IQ performance 83, sehingga skor IQ total yaitu 76 dan dikategorikan sebagai slow learner. Menurut hasil tes intelegensi ini, dalam kemampuan verbal, ZPA sedikit mengalami kesulitan dalam menyerap informasi dari lingkungan, mempertimbangkan hal-hal praktis yang berhubungan dengan pengalaman sehari- hari, serta mengaplikasikan konsep hitung. Kesulitan yang tampak paling besar pada ZPA berhubungan dengan konsentrasi dan ingatan jangka pendek. Kemampuan performance ZPA berdasar tes intelegensi dijelaskan bahwa ZPA sedikit mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan analisis sintesis, reproduksi desain-desain abstrak, perhatian pada hal-hal detail di lingkungan dan visio motor. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 29 November 2014 dengan guru kelas, guru menjelaskan bahwa selama ini siswa mengalami kesulitan belajar, sehingga hasil belajar hampir di semua mata pelajaran seringkali kurang dari kriteria ketuntasan minimal KKM dan pernah tinggal kelas satu kali. Namun, menurut guru kelas III, ZPA sekarang ini sudah lebih baik dalam Matematika, nilainya sering lebih dari KKM. 6 Guru kelas berusaha memberikan perlakuan khusus dengan menempatkan siswa tersebut di tempat duduk di depan guru. Guru juga mengulang-ulang pertanyaan jika memberikan pertanyaan pada ZPA. Meski pun siswa yang lain diadakan rotasi, ZPA ini juga dipindah namun tetap di baris paling depan. Selain guru memberikan pertanyaan berulang-ulang, guru juga memberi kesempatan yang lebih lama bagi ZPA. ZPA ditunggu hingga menjawab meski siswa lain sudah tidak sabar untuk menggantikan ZPA untuk menjawab. SD Negeri Widoro ini sebenarnya sudah ditunjuk sebagai SD inklusi, tetapi belum mendapat guru pendamping khusus GPK, sehingga guru dengan sepengetahuan guru sendiri mengakomodasi kebutuhan slow learner yang ada di kelasnya. Meski pun akomodasi yang dilakukan guru hanya beberapa bentuk akomodasi yang biasa dilakukan guru, namun mampu meningkatkan nilai ZPA dari nilai-nilai saat ZPA di kelas sebelumnya. Berdasarkan uraian masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi pemberian akomodasi pembelajaran terhadap slow learner di SD Negeri Widoro dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang akomodasi pembelajaran yang diberikan guru pada slow learner. Menurut peneliti, identifikasi akomodasi pembelajaran bagi slow learner di sekolah dasar perlu dilakukan mengingat adanya kenyataan, bahwa terdapat anak berkebutuhan khusus jenis slow learner yang berhak mendapat pembelajaran oleh guru secara khusus, sehingga dapat mengikuti pembelajaran dan tidak jauh tertinggal dari siswa lainnya. Peneliti perlu menekankan bahwa terdapat perbedaan antara siswa berkebutuhan khusus jenis slow learner dan siswa dengan kercerdasan rata-rata 7 yang ada di sekolah dasar dalam belajar agar berhasil di kelasnya, sehingga dibutuhkan akomodasi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. 1. Ditemukan kasus adanya siswa kelas III yang pernah tinggal kelas satu kali di SD Negeri Widoro, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. 2. Siswa digolongkan sebagai slow learner yang mengalami kesulitan pada semua mata pelajaran.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti akan menentukan fokus penelitian, sebagai ruang lingkup dari penelitian ini yaitu tentang identifikasi akomodasi pembelajaran oleh guru untuk slow learner di kelas III SD Negeri Widoro, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: bagaimana akomodasi pembelajaran untuk slow learner SD Negeri Widoro, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo? 8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tentang akomodasi pembelajaran yang diberikan guru untuk slow learner di kelas III SD Negeri Widoro, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri Widoro, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dan wawasan dalam kegiatan ilmiah yang terkait dengan akomodasi pembelajaran yang diberikan guru untuk slow learner di sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Peneliti Memberikan pengetahuan kepada peneliti tentang akomodasi pembelajaran yang ada di sekolah dasar, terutama terkait dengan akomodasi pembelajaran yang diberikan guru pada slow learner di sekolah dasar. b. Manfaat bagi Guru Memberikan informasi kepada guru mengenai akomodasi pembelajaran yang diberikan guru untuk slow learner di sekolah dasar, sehingga dapat menjadi masukan guru dalam mengupayakan pembelajaran pada slow learner untuk mengoptimalkan pemenuhan hak dasar pendidikan. 9 c. Manfaat bagi Sekolah Mengetahui kondisi di kelas terkait kasus slow learner di sekolah dasar dan menjadikan landasan dalam upaya menindaklanjuti akomodasi pembelajaran pada slow learner di sekolah dasar.

G. Pembatasan Istilah

1. Slow learner adalah siswa yang memiliki kecerdasan dengan IQ antara 70- 90 dan mempunyai kemampuan rata-rata di bawah normal. Slow learner mengalami kelambatan dalam memahami materi pelajaran, namun tidak termasuk gangguan mental. 2. Akomodasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah penyesuaian dan pengubahan mengenai bagaimana metode pembelajaran yang digunakan guru agar siswa dapat mengakses informasi atau dalam mengerjakan tugas pada anak berkebutuhan khusus jenis slow learner dengan melalui akomodasi dalam hal: 1 lingkungan belajar, 2 cara pengajaran dan materi, 3 tuntutan waktu dan jadwal, serta 4 tugas dan penilaian. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Anak Berkebutuhan Khusus 1.

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Pengertian anak berkebutuhan khusus menurut Arum 2005: 11, dalam Yosfan Azwandi, 2007: 12 adalah anak yang dalam proses pertumbuhan perkembangannya secara signifikan mengalami kelainan penyimpangan dalam hal fisik, mental-intelekual, sosial, atau emosional dibandingkan dengan anak- anak lain seusianya. Menurut pendapat tersebut, anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan yang membuatnya berbeda dalam hal fisik, mental-intelektual, sosial, atau emosional. Bambang Trisulo, dkk 2013: 16 menggunakan istilah Peserta Didik Berkebutuhan Khusus PDBK untuk menyebut anak berkebutuhan khusus. Istilah lain PDBK yaitu: anak cacat anak yang memiliki kecacatan, anak yang memiliki kelainan, anak luar biasa, anak yang memiliki ketunaan, anak berkebutuhan khusus, dan children with special needs. Pengertian PDBK menurut Heward 2006, dalam Bambang Trisulo, dkk 2013: 16 yaitu peserta didik dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. PDBK juga membutuhkan suatu pelayanan khusus dalam pendidikan atau aspek lainnya.