BAB IV TANGGUNG JAWAB
DEVELOPER PERUMAHAN TERHADAP KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PEMUTUSAN LISTRIK
SECARA SEPIHAK YANG DILAKUKAN OLEH PT. PLN PERSERO PUTUSAN MA. NO. 53 PKPDTSUS.BPSK2013
A. Kewenangan PT. PLN Persero dalam Pemutusan Listrik Secara Sepihak
Di Kawasan Perumahan
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan PKUK dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Di dalam Pasal 6
Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara, PLN menyelenggarakan usaha yang salah satunya mengenai produksi,
transmisi dan distribusi tenaga listrik serta meiliki hak dan wewenang khusus serta tanggung-jawab pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik yang
berlaku di seluruh wilayah Indonesia Pasal 7 Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara. Otoritas penuh inilah yang
diberikan oleh pemerintah terkait dengan transmisi dan distribusi listri di Indonesia hingga pada akhirnya PT. PLN Persero mengeluarkan Keputusan
Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik terkait fungsinya sebagai Pemegang Kuasa Usaha
Ketenagalistrikan di Indonesia. Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik, PT. PLN Persero menjalankan perannya dalam hal penyelenggaraan penyediaan tenaga listrik. PT. PLN Persero juga
Universitas Sumatera Utara
memiliki kewenangan dalam hal melakukan pemutusan listrik secara sepihak terhadap pihak-pihak yang telah menggunakan tenaga listrik tanpa hak.
Pemutusan listrik ini dilihat dari segi keperdataan dimana PT. PLN Persero adalah pihak yang memberikan daya listrik penjual kepada skonsumen sebagaipembeli,
oleh karena itu atas hak PT. PLN Persero dalam melakukan penertiban pemutusan listrik dipandang adanya hubungan hukum keperdataan berupa dokumen tentang
jual beli tenaga listrik antara setiap orang atau Badan Usaha atau BadanLembaga lainnya dengan PLN.
71
Penertiban pemakaian tenaga listrik yang selanjutnya disebut P2TL adalah rangkaian kegiatan meliputi perencanaan, pemeriksaan, tindakan dan penyelesaian
yang dilakukan oleh PLN terhadap Instalasi PLN danatau Instalasi Pemakai Tenaga Listrik dari PLN,
72
dan akhir dari P2TL ini adalah berupa: 1.
Pemutusan Sementara; 2.
Pembongkaran Rampung; 3.
Pembayaran Tagihan Susulan; 4.
Pembayaran Biaya. P2TL Lainnya
73
. Di dalam melakukan penertiban, PT. PLN Persero melalui unit-unitnya
memiliki cara sendiri dalam melihat layak atau tidak layaknya konsumen untuk
71
Pasal 1 angka 9 Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik
72
Pasal 1 angka 8 Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik
73
Pasal 14 Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik
Universitas Sumatera Utara
ditertibkan, oleh karena itu PT. PLN Persero mengklasifikasi konsumen atau pelanggan tenaga listrik menjadi 4 golongan yaitu:
74
1. Pelanggaran Golongan I P I merupakan pelanggaran yang mempengaruhi
batasdaya; 2.
Pelanggaran Golongan II P II merupakan pelanggaran yang mempengaruhi pengukuran energi;
3. Pelanggaran Golongan III P III merupakan pelanggaran yang mempengaruhi
batas daya dan mempengaruhi pengukuran energi; 4.
Pelanggaran Golongan IV P IV merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh Bukan Pelanggan.
Pemutusan sementara, pembongkaran rampung, pembayaran tagihan susulanpembayaran biaya. P2TL lainnya tidak serta merta dijatuhkan kepada
konsumen atau pelanggan tenaga listrik tanpa adanya suatu kesalahan, oleh karena itu PT. PLN Perseromenentukan jenis-jenis pelanggaran pemakaian tenaga listrik
yang perlu ditertibkan, yaitu; 1.
P I pada huruf a diatas, apabila pada APP alat pembatas dan pengukur yang terpasang di pelanggan ditemukan satu ataulebih fakta yang dapat
mempengaruhi batas daya, sebagai berikut: a.
Segel milik PLN pada Alat Pembatas hilang, rusak, atau tidak sesuai dengan aslinya;
b. Alat Pembatas hilang, rusak atau tidak sesuai dengan aslinya;
c. Kemampuan Alat Pembatas menjadi lebih besar, antara lain dengan
74
Pasal 13 Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik
Universitas Sumatera Utara
1 Mengubah setting relay alat pembatas
2 Membalik phasa dengan netral
d. Alat Pembatas terhubung langsung dengan kawatkabel sehingga Alat
Pembatas tidak berfungsi atau kemampuannya menjadi lebih besar; e.
Khusus untuk Pelanggan yang menggunakan meter kVA maks: 1
Segel pada meter kVA maks danatau perlengkapannya, hilang, rusak atau tidak sesuai dengan aslinya
2 Meter kVA maks danatau perlengkapannya, rusak, hilang atau tidak
sesuai dengan aslinya f.
Terjadi hal-hal lainnya dengan tujuan mempengaruhi batas daya. 2.
Termasuk P II yaitu apabila pada APP yang terpasang di pelanggan ditemukan satu ataulebih fakta yang dapat mempengaruhi pengukuran energi, sebagai
berikut: a.
Segel Tera danatau Segel milik PLN pada Alat Pengukur danatau perlengkapannya salah satu atau semuanya hilang, tidak lengkap,
rusakputus, atau tidak sesuai dengan aslinya; b.
Alat Pengukur danatau perlengkapannya hilang atau tidak sesuai dengan aslinya;
c. Alat Pengukur danatau perlengkapannya tidak berfungsi sebagaimana
mestinya walaupun semua Segel milik PLN dan Segel Tera dalam keadaan lengkap dan baik. Adapun cara-cara mempengaruhi Alat Pengukur danatau
perlengkapannya, antara lain: 1
mempengaruhi kerja piringan Alat Pengukur, antara lain dengan:
Universitas Sumatera Utara
a Membengkokkan piringan meter;
b Membengkokkan poros piringan meter;
c Mengubah kedudukan poros piringan;
d Merusakkan kedudukan poros piringan;
e Melubangi tutup meter;
f Merusakkan sekat tutup meter;
g Merusakkan kaca tutup meter;
h Mengganjal piringan agar berhenti atau lambat.
2 Mempengaruhi kerja elektro dinamik, antara lain dengan:
a Mengubah setting kalibrasi Alat Pengukur;
b Memutusmerusakmempengaruhi kerja kumparan arus;
c Memutusmerusakmempengaruhi kerja kumparan tegangan;
d Memutus penghantar neutral dan menghubungkan ke bumi.
3 Mempengaruhi kerja registerjangka register, antara lain dengan:
a Mengubah gigi transmisi;
b Merusak gigi transmisi;
c Mempengaruhi posisi WBP;
d Memundurkan angka register.
4 Pengawatan meter berubah dan ada indikasi kesengajaan yang
dibuktikan melalui laboratorium indepeden atau laboratorium PLN sehingga:
a Pengawatan arus tidak se-phasa dengan tegangannya danatau
polaritas arusnya ada yang terbalik;
Universitas Sumatera Utara
b Kabel arus terlepas;
c Memutus pangkalan pengawatan arus atau tegangan.
5 Mengubah, mempengaruhi alat bantu ukur energi, dengan:
a Mengganti current transformer ct danatau potential transformer
pt dengan ratio yang lebih besar; b
Menghubung singkat terminal primer danatau sekunder ct; c
Memutus rangkaian arus ct atau tegangan pt; d
Merusak ct danatau pt. 6
Mengubah instalasi pentanahan netral ct dan kotak app yang mengakibatkan pengukuran energi tidak normal;
7 Memutus penghantar netral pada sambungan instalasi milik pln dan
netral disisi instalasi milik pelanggan serta menghubungkan penghantar netral ke bumisehingga mempengaruhi pengukuran energi;
8 Menukar penghantar phasa dengan penghantar netral pada instalasi
milik PLNsehingga mempengaruhi pengukuran energi; 9
Mengubahmemindah instalasi milik PLN tanpa ijin PLN sehingga menyebabkanapp atau alat perlengkapannya milik PLN rusak atau
dapat mempengaruhikinerja Alat Pengukur; 10
Mengubah pengukuran Alat Pengukur elektronik, antara lain dengan: a
Mengubah setting data entry; b
Mempengaruhi sistim komunikasi data dari meter elektronik ke pusatkontrol data PLN;
Universitas Sumatera Utara
c Mempengaruhi perangkat lunak yang dipakai untuk fungsi kerja
alatpengukur; d
Terjadi hal hal lainnya dengan tujuan mempengaruhi pemakaian energi.
3. Termasuk PIII yaitu apabila pada APP dan instalasi listrik yang terpasang di
pelangganditemukan satu atau lebih fakta yang dapat mempengaruhi pengukuran batas daya dan energi sebagai berikut:
a. Pelanggaran yang merupakan gabungan pada PI dan P II;
b. Sambungan Langsung ke Instalasi Pelanggan dari Instalasi PLN sebelum
APP. 4.
Termasuk P IV yaitu apabila terdapat fakta pemakaian tenaga listrik PLN tanpa hakyang sah oleh bukan Pelanggan.
Pasal 14 ayat 2 Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik juga menyebutkan
bahwa bukan pelanggan yang terkena P2TL dikenakan sanksi berupa: 1. Pembongkaran Rampung;
2. Pembayaran TS4; 3. Pembayaran Biaya P2TL lainnya.
Pemutusan hubungan tenaga listrik memiliki 2 dua bentuk, yaitu; pemutusan sementara dan pembongkaran rampung. Pemutusan Sementara adalah
penghentian untuk sementara penyaluran tenaga listrik ke instalasi Pelanggan.
75
Pembongkaran Rampung adalah penghentian untuk seterusnya penyaluran Tenaga
75
Pasal 1 ayat 27
Universitas Sumatera Utara
listrik ke Instalasi Pelanggan atau Bukan Pelanggan dengan mengambil seluruh SL yang dipergunakan untuk penyaluran tenaga listrik ke instalasi Pelanggan atau
Bukan Pelanggan.
76
Pasal 16 ayat 1 Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik menyebutkan
Pemutusan Sementara dilaksanakan kepada Pelanggan apabila: 1.
Pada waktu pemeriksaan P2TL ditemukan cukup bukti telah terjadi Pelanggaran;
2. Pada Pelanggan dan dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL;
3. Pada waktu pemeriksaan P2TL ditemukan dugaan telah terjadi Pelanggaran
danPelanggan tidak memenuhi panggilan PLN sampai habis masa peringatan I;
4. Pelanggan datang memenuhi panggilan PLN, tetapi Pelanggan mengulur
waktusehingga rnenghambat proses penyelesaian P2TL atau; 5.
Pelanggan tidak rnelunasi Tagihan Susulan dan Biaya P2TL lainnya sesuai jangkawaktu atai. tahapan yang telah ditetapkan pada SPH.
Bukti yang dimaksud pada angka 1 diatas adalah: 1.
Peralatan yang dipergunakan untuk melakukan Sambungan Langsung; 2.
Peralatan yang dipergunakan untuk mempengaruhi batas daya; 3.
Peralatan yang dipergunakan untuk mempengaruhi pengukuran energi; 4.
APP rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya; 5.
Segel dan atau tanda tera yang diduga tidak sesuai dengan aslinya;
76
Pasal 1 ayat 28
Universitas Sumatera Utara
6. Perangkat lunak danatau perangkat keras yang dipergunakan untuk
mempengaruhi pengukuran energi danatau batas daya. Pembongkaran rampung berdasarkan Pasal 16 ayat 2 Keputusan Direksi
PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik dilakukan kepada Pelanggan dan Bukan Pelanggan apabila:
1. Pelanggan yang melakukan Pelanggaran yang tidak memenuhi panggilan
PLNsampai dengan habisnya masa peringatan II; 2.
Sampai dengan 2 dua bulan sejak Pemutusan Sementara, Pelanggan belummelunasi Tagihan Susulan yang telah ditetapkan atau belum
melaksanakanpembayaran Tagihan Susulan sesuai SPH; 3.
Bukan Pelanggan yang melakukan Sambungan Langsung dan ditindaklanjuti denganditandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan P2TL.
Pasal 17 Keputusan Direksi PT. PLN Persero Nomor 1486 KDIR2011 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik juga menjelaskan mengenai
penyambungan terhadap pemutusan sementara dan pembongkaran rampung, yaitu; penyambungan kembali bagi Pelanggan yang telah dikenakan Pemutusan
Sementara dilakukan paling lama 2 dua hari kerja apabila Pelanggan telah membayar Tagihan Susulan, Biaya P2TL Lainnya atau telah menandatangani SPH
dan telah melunasi angsuran pertama. Penyambungan kembali bagi Pelanggan yang telah dikenakan Pembongkaran Rampung diberlakukan sebagai Pelanggan
pasang baru, setelah melunasi Tagihan Susulan sertabiaya P2TL lainnya dan atau telah menandatangani SPH dan telah melunasi angsuran pertama.
Universitas Sumatera Utara
Penyambungan tenaga listrik kepada Bukan Pelanggan yang telah dilakukan Pembongkaran Rampung dapat diproses sebagai Pelanggan baru
sepanjang secara teknis memungkinkan danmaterial pendukung tersedia sesuai ketentuan yang berlaku setelah melunasi TS4, serta biayaP2TL lainnya.
B. Upaya Hukum Yang Dilakukan Konsumen Perumahan Untuk