C. Hubungan Hukum antara Developer Perumahan, Pemilik Rumah dan PT.
PLN Persero Dalam Kawasan Perumahan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Hubungan yang terbentuk antara pelaku usaha dengan konsumen sering hanya ada 2 dua pihak, akan tetapi di saat sekarang ini hubungan tersebut tidak
hanya 2 dua namun ada 3 tiga. Hal ini terjadi karena adanya pengalihan suatu produk barangjasa ke pihak lain. Dalam hal terjadi pengalihan barang atau jasa
dari satu pihak ke pihak lain, maka secara garis besar pihak-pihak yang terlibat dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:
68
Kelompok pertama, kelompok penyedia barang atau penyelenggara jasa, pada umumnya pihak ini berlaku sebagai:
1. Penyedia dan untuk keperluan para penyedia barang atau jasa investor;
2. Penghasil atau pembuat barangjasa produsen;
3. Penyalur barang dan jasa;
Sedangkan dalam kelompok kedua terdapat: 1.
Pemakai atau pengguna konsumen barang atau jasa dengan tujuan memproduksi membuat barang atau jasa lain; atau mendapatkan barang atau
jasa itu untuk dijual kembali tujuan komersial; dan 2.
Pemakai atau pengguna konsumen barang-barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya untuk tujuan
nonkomersial.
68
Az. Nasution, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Kontrak Pembelian Ruumah Murah, Makalah, disampaikan dalam Seminar Sehari tentang Pertanggung Jawab Produk
dan Kontrak Bangunan, Jakarta, 1998, hlm.18-19.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok pertama disebut sebagai pengusaha, sedangkan kelompok kedua disebut sebagai konsumen. Walaupun demikian, apabila dicermati maka
kelompok kedua sub 1 pada dasarnya adalah pengusaha juga karena barangjasa yang mereka peroleh ditujukan untuk membuat barangjasa lainatau untuk
diperdagangkan.
1. Hubungan langsung
Hubungan langsung yang dimaksudkan pada bagian ini adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang terikat secara langsung dengan
perjanjian. Tanpa mengabaikan jenis perjanjian-perjanjian lainnya, pengalihan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen, pada umumnya dilakukan
dengan perjanjian jual-beli, baik yang dilakukan secara lisan maupun tertulis. Salah satu bentuk perjanjian tertulis yang banyak dikenal adalah perjanjian baku,
yaitu bentuk perjanjian yang banyak dipergunakan jika salah satu pihak sering berhadapan dengan piak lain dalam jumlah yang banyak dan memiliki
kepentingan yang sama.
69
Perjanjian baku yang banyak ditemukan dalam praktik pada dasarnya dilakukan berdasarkan asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal
1338 ayat 1 KUHPerdata, yaitu bahwa semua perjanjian yang secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sedangkan
pengertian sah adalah telah memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut:
69
Ahmadi Miru, Op.cit., hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara
Pemilik rumah
Developer Perumahan PT. PLN Persero
Developer perumahan a.
Kata sepakat mereka yang mengingkari diri; b.
Adanya kecakapan untuk mengadakan perikatan; c.
Mengenai suatu objek tertentu; dan d.
Mengenai causa yang dibolehkan. Namun demikian, dipenuhinya keempat syarat di atas belum menjamin
sempurnanya perjanjian yang dimaksud, karena masih ada ketentuan lain yang harus diperhatikan untuk menentukan apakah perjanjian tersebut sah tanpa ada
alasan pembatalan, sehingga perjanjian tersebut mengikat sebagaimana mengikatnya undang-undang. Ketentuan yang dimaksud adalah kesempurnaan
kata sepakat, karena apabila kata sepakat diberikan dengan adanya paksaan, kekhilafan atau penipuan, maka perjanjian tersebut tidak sempurna sehingga
masih ada kemungkinan dibatalkan.
70
Perjanjian demikian biasa disebut perjanjian yang mengandung cacat kehendak, yang dalam perkembangannya dikenal lagi
cacat kehendak keempat, yaitu penyalahagunaan keadaan. Hubungan langsung yang terjadi antara developer perumahan, pemilik
rumah dan PT. PLN Persero adalah antara pemilik rumah dengan developer perumahan dan developer perumahan dengan PT. PLN Persero. Berikut skema
hubungan langsung yang terjadi:
70
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Mathalena Pohan, Hukum Perikatan Surabaya: Bina Ilu. 1984, hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
Pemilik Rumah PT. PLN Persero
Selain hubungan langsung yang terjadi antara developer perumahan dengan PT. PLN Persero, pemilik rumah juga dapat berhubungan langsung
dengan PT. PLN Persero. Hal ini terjadi ketika kewajiban pembayaran listrik dilakukan oleh pemilik rumah sendiri tanpa harus diserahkan kepada PT. PLN
Persero. Pilihan untuk melakukan pembayaran biaya listrik bukanlah suatu keharusan yang dilakukan oleh developer perumahan, karena salah satu fasilitas
yang diberikan oleh developer perumahan, pembayaran listrik dapat melalui developer itu sendiri akan tetapi tidak membuka peluang bahwa pemilik rumah
juga dapat melakukan pembayaran sendiri tanpa perantara melalui developer perumahan, dan ini juga termasuk bagian dari hubungan langsung antara
konsumen dengan produsen.
2. Hubungan tidak langsung
Hubungan tidak langsung yang dimaksudkan pada bagian ini adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang tidak secara langsung terikat
dengan perjanjian, karena adanya pihak di antara pihak konsumen dengan produsen. Ketiadaan hubungan langsung dalam bentuk perjanjian antara pihak
produsen dengan konsumen ini tidak berarti bahwa pihak konsumen yang dirugikan tidak berhak meuntut ganti kerugian pada produsen dengan siapa dia
tidak memiliki hubungan perjanjian, karena dalam hukum perikatan tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
perjanjian yang melahirkan merupakan sumber perikatan, akan tetapi dikenal ada dua sumber perikatan, perjanjian dan undang-undang. Sumber perikatan yang
berupa undang-undang ini masih dapat dibagi lagi dalam undang-undang saja dan undang-undang karena perbuatan manusia, yaitu yang sesuai hukum dan yang
melanggar hukum. Berdasarkan pembagian sumber perikatan di atas, maka sumber perikatan
yang terakhir, yaitu undang-undang karena perbuatan manusia yang melanggar hukum merupakan hal yang penting dalam kaitan dengan perlindungan konsumen.
Perbuatan melawan hukum dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1365, yaitu sebagai berikut. Tiap perbuatan melanggar hukum yang menyebabkan kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka bagi konsumen yang dirugikan karena mengonsumsi suatu produk tertentu, tidak perlu harus terikat perjanjian
untuk dapat menuntut ganti kerugian, akan tetapi dapat juga menuntut dengan alasan bahwa produsen melakukan perbuatan melanggar hukum, dan dasar
tanggung gugat produsen adalah tanggung gugat yang di dasarkan pada adanya kesalahan produsen.
Secara umum, informasi yang disampaikan kepada konsumen dilakukan dengan cara mempresentasikan suatu produk dengan berbagai cara dengan
berbagai media, namun dalam pelaksanaannya sering terjadi mispresentasi. Dengan demikian, masalah dasar dari mispresentasi adalah dampak dari suatu
pernyataan yang disampaikan sebelum terjadinya perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNG JAWAB
DEVELOPER PERUMAHAN TERHADAP KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PEMUTUSAN LISTRIK
SECARA SEPIHAK YANG DILAKUKAN OLEH PT. PLN PERSERO PUTUSAN MA. NO. 53 PKPDTSUS.BPSK2013
A. Kewenangan PT. PLN Persero dalam Pemutusan Listrik Secara Sepihak