Perjanjian Jual Beli Rumah Dalam Kawasan Perumahan

57 BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA DEVELOPER PERUMAHAN, PEMILIK RUMAH DAN PT. PLN PERSERO DALAM KAWASAN PERUMAHAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Perjanjian Jual Beli Rumah Dalam Kawasan Perumahan

1. Pengertian perjanjian Pengertian perjanjian menurut Sudikno Mertokusumo adalah hubungan hukum antara kedua orang yang bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Kedua pihak sepakat untuk menentukan peraturan atau kaedah atau hak-hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk di taati atau dijalankan. 48 Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lebih 49 . Perjanjian merupakan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut di persetujuan itu. 50 Sedangkan menurut pakar hukum R. Subekti, Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 51 Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata mengartikan Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dapat dipahami bahwa pengertian perjanjian memiliki unsur-unsur: 48 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar Yogyakarta: Liberty, 1981, hlm. 34. 49 Guse Prayudi, Seluk Beluk Perjanjian Yang Penting Untuk Diketahui: Mulai Dari A-Z Yogyakarta: Pustaka Pena, 2007, hlm. 1. 50 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa., 2008, hal. 580. 51 Subekti, Op.cit., hlm. 1. Universitas Sumatera Utara a. Perbuatan Penggunaan kata perbuatan pada perumusan tentang perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan. b. Jumlah Subjek Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih. Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling berhadap- hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocokpas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum. c. Mengikatkan diri Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri. Selain definisi diatas yang menekankan perjanjian melahirkan kewajiban bertimbal balik, Munir Fuady memberikan definisi lebih luas bahwa kontrak adalah : suatu kesepakatan yang di perjanjikan diantara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan hubungan hukum. 52 Menurut Pasal 1320 KUHPerdata untuk sahnya suatu Perjanjian di perlukan 4 syarat yaitu : a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya 52 Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara M.D. Badrulzaman menyatakan bahwa pengertian sepakat dapat dimaknai sebagai berikut : Pernyataan kehendak yang disetujui diantara para pihak dimana pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran sedangkan pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi.” 53 Pemberian pernyataan kehendak baik pihak yang menawarkan maupun yang menerima tawaran dengan kehendak yang bebas artinya pernyataan itu harus diberikan secara bebas dan sempurna. Pasal 1321 KUHPerdata menegaskan bahwa tidak ada sepakat yang sah jika sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan. Terjadi kekhilafan bila satu pihak kekeliruan tentang hal-hal pokok yang diperjanjikan atau kekeliruan terhadap sifat penting objek perjanjian atau kekeliruan tentang orang dengan siapa dibuatnya perjanjian. Penipuan terjadi jika salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan yang palsu kemudian disertai tipu muslihat sehingga pihak yang diajak melakukan perjanjian menjadi terpengaruh untuk memberikan persetujuannya. Karena diancam atau ditakuti secara psikis. Dalam perkembangannya penyalahgunaan keadaan dapat juga dijadikan alasan yang menyebabkan kesepakatan tidak sempurna atau mengandung cacat yang mempengaruhi syarat-syarat subjektif perjanjian. Hal demikian terjadi apabila salah satu pihak dalam perjanjian berdasarkan keunggulannya dibidang ekonomi dan keunggulan dalam status sosial 53 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hlm .74. Universitas Sumatera Utara melakukan tekanan sedemikian rupa, sehingga pihak lain menyetujui perjanjian itu. b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Kecakapan untuk melakukan tindakan hukum merupakan kewenangan yang diberikan dan dijamin oleh hukum baik terhadap orang pribadi dan juga korporasi legal entity sebagai subjek pendukung hak dan kewajiban. 54 Menurut hukum Pasal 1329 KUH Perdata setiap orang dinyatakan cakap untuk membuat perikatan-perikatan jika oleh undang- undang tidak dinyatakan tidak cakap. Selanjutnya yang dinyatakan tidak cakap oleh Pasal 1330 KUHPerdata ditetapkan bagi orang-orang yang belum dewasa sebagaimana ditentukan Pasal 1330, mereka yang ditaruh dibawah pengampuan untuk mengurus dirinya sendiri dan harta kekayaannya karena jiwanya dan orang-orang perempuan dalam hal-hal yang artinya isi perjanjian sendiri yang menggambarkan tujuan yang hendak dicapai para pihak dalam perjanjian. c. Mengenai suatu hal tertentu Artinya adalah, apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak jika timbul perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit ditantukan jenisnya. Bahwa barang itu sudah ada atau sudah berada ditangannya siberhutang pada waktu perjanjian itu dibuat, tidak diharuskan oleh undang-undang. Juga 54 Ricardo Simanjuntak, Teknik Perancangan Kontrak Bisnis Jakarta: Kontan Publishing, 2011, hlm. 196. Universitas Sumatera Utara jumlahnya tidak perlu disebutkan asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. d. Suatu sebab yang halal Suatu “sebab” dikatakan halal apabila tidak dilarang oleh Undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilan yang dimaksud dalam Pasal 1337 KUHPerdata. Dari keempat syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, syarat pertama dan kedua yaitu kesepakatan mengikatkan diri dan kecakapan untuk membuat suatu perjanjian merupakan syarat subyektif dari suatu perjanjian. Karena mengenai orang atau subyeknya yang mengadakan atau melakukan perjanjian. Apabila syarat subyektif dalam suatu perjanjian tidak di penuhi, maka akibat hukumnya adalah perjanjiannya dapat dibatalkan vernietigbaar Sedangkan syarat sahnya perjanjian yang ketiga dan keempat yaitu suatu hal tertentu dan sebab yang halal, merupakan syarat obyektif dari perjanjian, apabila syarat obyektif ini tidak di penuhi, maka akibat hukumnya adalah, perjanjian yang dilakukan batal demi hukum. 2. Perumahan Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. 55 Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah meliputi kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian termasuk di 55 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Permuahan dan Kawasan Pemukiman. Universitas Sumatera Utara dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. 56 Perumahan dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu: 57 a. Perumahan modern Perumahan modern adalah perumahan yang menawarkan rumah-rumah berukuran sedang sehingga besar dengan desain modern yang pada umumnya bergaya minimalis. Rumah-rumah yang ada di perumahan modern memiliki pagar, namun ada juga yang tidak memiliki pagar. b. Perumahan klaster Perumahan klaster adalah perumahan modern yang masing-masing rumahnya tidak memiliki pagar sehingga perkarangan rumah langsung bertemu dengan jalan. Walaupun tidak ada pagar namun ada sistem keamanan 24 jam yang dijaga oleh satpam ditambah dengan portal di depan pintu gerbang perumahan sehingga tidak sembarangan orang dapat masuk. c. Perumahan rakyat Perumahan rakyat adalah perumahan yang dibangun pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan hunian yang layakbagirakyat kecil. Pembangunan perumahan rakyat diharapkan dapat mengatasi persoalan permukiman kumuh di perkotaan dan melindungi rakyat kecil. 56 Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Permuahan dan Kawasan Pemukiman. 57 R. Serfianto D. Purnomo, Cita Yustisia, dkk, Buku Pintar Investasi Properti Jakarta: Gramedia, 2013, hlm. 38. Universitas Sumatera Utara d. Perumahan islami Perumahan islami adalah tipe perumahan baru di pasar properti Indonesia. Konsep perumahan ini berlandaskan syariah Islam yang didesain secara Islami, baik arsitekturnya maupun lingkungan sekitarnya. Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Penyelenggaraan rumah dan perumahaan dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan atau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Penyelenggaraan perumahan, meliputi: 58 a. Perencanaan perumahan; b. Pembangunan perumahan ; c. Pemanfaatan perumahan; d. Pengedalian perumahan. Perumahan mencakup rumah atau perumahan beserta prasarana, sarana dan utilitas umum. Rumah dibedakan menurut jenis dan bentuknya, jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi: 59 a. Rumah komersial Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 58 R. Serfinato Dibyo Purnomo, Iswi Hariyani, dkk, Op.cit., hlm. 208. 59 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Permuahan dan Kawasan Pemukiman. [ Universitas Sumatera Utara b. Rumah umum Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR. c. Rumah swadaya Rumah swadaya adalah rumah yang diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun kelompok. d. Rumah khusus Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan khusus.Yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah kebutuhan untuk perumahan transmigrasi, pemukiman kembali korban bencana dan rumah sosial untuk menampung orang lansia serta termasuk juga untuk pembangunan rumah yang lokasinya terpencar dan rumah di wilayah perbatasan negara. e. Rumah negara Rumah negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan atau pegawai negeri. Rumah khusus dan rumah negara disediakan oleh pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah. Jenis-jenis rumah juga dapat dibedakan menjadi beberapa kelas yang ada dalam suatu perumahan, yaitu: a. Rumah bandar townhouse Universitas Sumatera Utara Rumah bandar atau rumah kota townhouse sejenis rumah mewah bagi golongan masyarakat kelas atas yang menginginkan rumah tapak di dalam kota besar yang lingkungannnya sangat eksklusif dan memiliki fasilitas superlengkap. 60 Rumah bandar townhouse merupakan komplek kecil yang berisi rumah-rumah mewah yang dibangun secara berderet di dalam komplek perumahan yang tertutup dan ekslusif di mana jumlah rumahnya sangat terbatas maksimal 30 unit atau tidak sebanyak komplek perumahan biasa. 61 b. Rumah klaster cluster Klaster cluster merupakan konsep perumahan tertutup yang hanya menggunakan satu akses pintu gerbang untuk keluar masuk. Penerapan satu akses ini memungkinkan semua mobilitas yang terjadi di dalam klaster dapat dipantau petugas keamanan. 62 3. Jual-beli rumah dikawasan perumahan Perjanjian jual-beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Adanya kontraprestasi dalam perjanjian jual-beli atau timbal balik merupakan suatu dasar dari bentuk perjanjian jual beli karena satu pihak memberikan suatu barang dijual sedangkan lain pihak memberikan suatu bentuk bayaran atas barang yang diberikan dibeli. 60 R. Serfianto D. Purnomo, Op.Cit., hlm. 42. 61 Ibid., hlm. 43. 62 Ibid., hlm. 49. Universitas Sumatera Utara Perjanjian jual beli dianggap ada pada saat adanya kesepakatan oleh kedua belah pihak walaupun barang yang dibeli belum diserahkan, hal ini sesuai dengan Pasal 1458 KUHPerdata, “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar”. Terkait dengan jual beli rumah di kawasan perumahan, ada beberapa tahap yang harus dilewati dalam prosesnya, yaitu: 63 a. Perjanjian Sementara Jual Beli PSBJ Perjanjian Sementara Jual Beli PSBJ dibuat dengan tanggal uang yang diterima dari pihak konsumen yang biasanya diterima dalam bentuk tunai. Tipe dan harga jual standar diisikan sesuai dengan harga jual standar yang berlaku saat ini. Tipe dan harga jual kesepakatan diisikan sesuai dengan hasil dealdengan pihak calon konsumen. PSBJ dimaksudkan sebagai panduan dalam penentuan nilai titipan booking fee atas kavling yang terjual dalam periode bulan berjalan. Kepastian penjualan atas kavling, dimana kavling tersebut dianggap sementara tidak dijual sampai dengan proses penjualan berjalan sempurna. PSBJ juga bertujuan langkah awal dalam pembuatan kartu piutang kavling. PSBJ dapat menjadi panduan bagian legal untuk memastikan kelengkapan data calon konsumen, bagian arsitek untuk menjalankan proses klinik desain dan follow up terhadap 63 Property Plus Indonesia, Op.cit., hlm. 117. Universitas Sumatera Utara proses pembuatan dokumen selanjutnya disebut PPJB. Bukti serah terima dokumen asli PPJB dari bagian penjualan kepada bagian keuangan. b. Perjanjian Pendahuluan Jual Beli PPJB Perjanjian Pendahuluan Jual Beli PPJB dimaksudkan sebagai panduan dalam penentuan harga jual pasti atas rumah dan kavling yang dibeli oleh konsumen. Kepastian penjualan atas kavling dan rumah dimana kavling tersebut dianggap telah terjual secara sempurna. Dasar dalam pembuatan gambar kerja, pembuatan Kontrak Bangunan Kavling KBK, penulisan dan penagihan dalam data kartu piutang kavling. Dokumen PPJB merupakan dokumen awal dan resmi dari proses jual beli. PPJB disisikan dengan cara sambil dibacakan kepada calon konsumen agar bagian penjualan tidak harus melakukan penjelasan secara berulang. Dalam dokumen PPJB mutlak dan wajib dilampirkan dengan gambar standar rumah yang telah disetujui dan ditandatangani oleh calon konsumen. Hal ini dilakukan agar harga jual yang dicantumkan adalah harga final yang diharapkan tidak akan berubah karena telah disesuaikan dengan bentuk dan ukuran rumah yang diinginkan oleh calon konsumen. c. Surat Perintah Mulai Bangun SPMB Surat Perintah Mulai Bangun SPMB dimaksudkan sebagai panduan pembangunan dalam pembuatan dan pembentukan dokumen. Kepastian budget dan nilai tertinggi biaya bangunan kavling yang akan dikeluarkan oleh bagian keuangan. Acuan batasan waktu dan tahapan pembayaran borongan yangoleh bagian keuangan akan disesuaikan dengan rencana Universitas Sumatera Utara potensi uang masuk yang ada. Dokumen SPMB diisi oleh bagian keuangan dan akan dikeluarkan dengan syarat bahwa uang muka pembayaran konsumen telah lebih atau sama dengan 30 dari kewajiban pembayaran danatau pihak konsumen telah menerima SPMB dari pihak bank pemberi kredit. d. Kontrak Bangun Kavling KBK Kontrak Bangun Kavling KBK merupakan dokumen penunjukkan pelaksanaan pembangunan kepada pihak ke-3 atau pelaksanaan lapangan. KBK juga sebagai panduan dalam pelaksanaan pembangunan rumah yang dibeli oleh konsumen. KBK sebagai panduan awal dan dasar dalam pembuatan kartu manual utang borongan kavling. KBK juga menjadi dasar bagi pengawas lapangan dalam melaksanakan tugas pengawasan fisik dan menjaga kendali dari sisi mutu dan biaya. Dokumen KBK diisi oleh bagian pembangunan yang merupakan acuan dalam pelaksanaan pembangunan unit rumah di lapangan. Dalam dokumen ini berisi berita acara negosiasi awal dengan pihak pelaksana, hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam pembangunan untuk melakukan koordinasi dengan bagian keuangan tentang tata cara dan waktu yang pas dan tepat untuk menjadwalkan pembayaran biaya pembangunan unit rumah. e. Progress Foto Rumah PFR Progress Foto Rumah PFR merupakan dokumen penentuan terhadap progress pembangunan rumah selama berjalan dalam kurun waktu yang disepakati. Evaluasi bersama dan dasar komunikasi bagi pengawas Universitas Sumatera Utara lapangan dengan konsumen dalam melaksanakan tugas pengawasan fisik lapangan dan menjaga kendali waktu yang ada. Dokumen PFR berisikan cetakan foto rumah yang diambil setiap awal bulan, yakni minggu pertama yang akan ditempelkan dalam kotak yang telah disediakan. f. Perjanjian Jual Beli PJB Perjanjian Jual Beli PJB dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: 1 Mengisi form PSJB. Konsultasi denah konsumen, marketing, dan arsitek. Untuk lama waktunya maksimal 2 minggu setelah booking fee; 2 Membuat kuitansi tanda jadi booking fee sebagai bukti penerimaan tanda jadi kepada pembeli; 3 Pengumpulan syarat dan aplikasi KPR apabila menggunakan kredit; 4 Buat perjanjian pendahuluan jual beli PPJB. Penandatanganan maksimal 2 minggu setelah booking fee atau setelah gambar kerja lengkap untuk lampiran di perjanjian. Pada saat penandatanganan perjanjian, antara kedua belah pihak pembeli dan penjual harus benar-benar memahami isi perjanjian, agar di kemudian hari tidak timbul permasalahan; 5 Memberikan gift hadiah kepada konsumen. Urutan dan prosedur administrasi yang perlu dilakukan setelah terjadinya penjualan ke konsumen maka diperlukan prosedur administrasi yang detail agar dikemudian hari dalam setiap pelaksanaannya bisa berjalan sesuai Universitas Sumatera Utara rencana, karena dalam pelaksanaan pembangunan rumah memerlukan tempo waktu yang panjang dan kadang melelahkan, tertib administrasi akan menjadi tolak ukur berhasil tidaknya proyek yang dikerjakan. Pentingnya akta jual beli merupakan salah satu syarat penting dalam proses jual beli rumah dalam kawasan perumahan. Oleh karena itu dokumen yang tidak dapat ketinggalan atau yang perlu disiapkan dalam proses pembuatan akta jual beli adalah: 64 1 Bagi penjual a Sertifikat asli hak atas tanah yang akan dijual; b Bukti identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk KTP. Bagi yang sudah menikah disertai fotokopi akta nikah dan KTP pasangan suamiistri; c Bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB untuk 10 tahun terakhir; d Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP; e Kartu Keluarga. 2 Bagi pembeli a Bukti identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk KTP; b Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP; c Kartu Keluarga KK. 64 Supriyadi Amir, Op.cit., hlm. 163. Universitas Sumatera Utara Setelah dokumen tersebut lengkap, selanjutnya dibawa ke PPAT. Beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak adalah: 65 1 PPAT harus mengecek keaslian sertifikat tanah ke kantor pertanahan; 2 Penjual harus membayar Pajak Penghasilan PPh di kantor pos, bank atau tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri sesuai dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000; 3 Penjual harus membuat surat pernyataan bahwa tanah yang dibeli tidak dalam sengketa. PPAT berhak menolak pembuatan AJB apabila masih terdapat sengketa; 4 Calon pembeli membuat surat pernyataan bahwa dengan membeli tanah tersebut, ia tidak menjadi pemegang hak yang melebihi ketentuan batas maksimal; 5 Calon pembeli harus melunasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB.

B. Pengadaan Fasilitas Listrik Oleh PT. PLN Persero Dalam Kawasan

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Developer Perumahan Kepada Konsumen Perumahan Terhadap Iklan dan Brosur Perumahan yang Menyesatkan Konsumen Perumahan Dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi pada CV. Surya Abadi)

13 134 95

Tanggung Jawab Developer Perumahan Terhadap Konsumen Perumahan Atas Pemutusan Listrik Secara Sepihak Yang Dilakukan Oleh PT. PLN. Persero (Studi Putusan MA. No. 53 PK/PDT/SUS.BPSK/2013)

1 91 117

Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/2007/PN.Mdn)

0 59 130

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Perumahan Dan Pemukiman Atas Iklan Yang Dijanjikan

14 91 117

Tanggung Jawab Perusahaan Pengembang Perumahan Terhadap Konsep Pengembangan Permukiman Terpadu Yang Berwawasan Lingkungan (Studi Terhadap Perusahaan Pengembang Perumahan Di Kota Medan,2003

0 48 220

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI RUMAH - Tanggung Jawab Developer Perumahan Kepada Konsumen Perumahan Terhadap Iklan dan Brosur Perumahan yang Menyesatkan Konsumen Perumahan Dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi pada CV.

0 1 24

BAB I PENDAHULUAN - Tanggung Jawab Developer Perumahan Kepada Konsumen Perumahan Terhadap Iklan dan Brosur Perumahan yang Menyesatkan Konsumen Perumahan Dikaitkan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi pada CV. Surya Abadi)

0 1 10

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Perlindungan Konsumen - Tanggung Jawab Developer Perumahan Terhadap Konsumen Perumahan Atas Pemutusan Listrik Secara Sepihak Yang

1 1 32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Developer Perumahan Terhadap Konsumen Perumahan Atas Pemutusan Listrik Secara Sepihak Yang Dilakukan Oleh PT. PLN. Persero (Studi Putusan MA. No. 53 PK/PDT/SUS.BPSK/2013)

0 0 15

Tanggung Jawab Developer Perumahan Terhadap Konsumen Perumahan Atas Pemutusan Listrik Secara Sepihak Yang Dilakukan Oleh PT. PLN. Persero (Studi Putusan MA. No. 53 PK/PDT/SUS.BPSK/2013)

0 1 9