25
BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Pengertian Perlindungan Konsumen
Sekurang-kurangnya ada dua istilah mengenai hukum yang mempersoalkan konsumen, yaitu “ hukum konsumen “ dan “ hukum perlindungan
konsumen “. Istilah konsumen berasal dari kata consumer Inggris-Amerika, atau consumentkonsument Belanda.
20
Pengertian tersebut secara harfiah diartikan sebagai ”orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan
jasa tertentu” atau ”sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”.
21
Pengertian consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer adalah lawan dari produsen setiap
orang yang menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan termasuk konsumen kelompok manakah penggunaan tersebut. Begitu
pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.
22
Para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah pemakai terakhir dari benda dan jasa vitendelijke gebruiker
20
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta: Cetakan Ketiga Sinar Grafika, 2011, hlm. 22.
21
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran, Bandung: Nusa Media, 2008, hlm. 7.
22
Az. Nasution, Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen Jakarta: Binacipta, 1999, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
Van goerderen endiesten yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha Ondernamer”.
23
Dalam buku Az. Nasution yang berjudul Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata
consumer Inggris-Amerika, atau consumentKonsument Belanda. Secara harfiah arti kata dari consumer itu adalah “lawan dari produsen setiap orang
yang menggunakan barang”. Tujuan penggunaan barang atau jasa itu nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut.
24
Menurut Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, pengertian konsumen adalah setiap pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia,
konsumen adalah pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk
diperdagangkan kembali.
25
Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai “pemakai atau konsumen ”.
26
Sedang dalam naskah akademis yang dipersiapkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia bekerjasama dengan Departemen
Perdagangan Republik Indonesia mengemukakan tentang pengertian dari
23
Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN Departemen Kehakiman, Simposium, Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen , Binacipta, Agustus 1986
24
Az. Nasution, Op cit, hal. 3
25
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sumbangan Pikiran tentang RUU Perlindungan Konsumen, Jakarta, 1981, hlm 4
26
Az. Nasution, Op cit, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
konsumen, yaitu: “Konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan.
27
Az. Nasution juga mengemukakan beberapa batasan tentang konsumen, yaitu :
1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan
untuk tujuan tertentu. 2.
Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang danatau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang atau jasa lain untuk
diperdagangkan tujuan komersial. 3.
Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan menggunakan barang danatau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan
hidupnya pribadi, keluarga, dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali non komersial.
28
Istilah “ hukum konsumen “ dan “ hukum perlindungan konsumen “ sudah sangat sering terdengar. Namun, belum jelas benar apa saja yang masuk ke dalam
materi keduanya. Juga, apakah kedua cabang hukum itu identik.
29
M.J Leder menyatakan : In a sence there is no such creature as consumer law . Sekalipun
demikian, secara umum sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen itu seperti yang dinyatakan oleh Lowe, yakni : ….rules of law which
recognize the bargaining weakness of the individual consumer and which ensure that weakness is not unfairly exploted.
30
27
Ibid. hlm. 11
28
Ibid. hlm 11-14
29
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia Jakarta: Grasindo, 2000, hlm. 9.
30
Ibid. hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
Karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan
pengayoman kepada masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan
ditarik batasnya. Az. Nasution menjelaskan bahwa kedua istilah itu berbeda, yaitu bahwa
hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen. Hukum konsumen menurut Az. Nasution adalah : Keseluruhan asas-asas dan kaidah-
kaidah yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.
31
Sedangkan hukum perlindungan konsumen diartikan sebagai: Keseluruhan asas- asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam
hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan atau jasa konsumen. Lebih lanjut mengenai definisinya itu, Az. Nasution menjelaskan sebagai berikut
:
32
Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial
ekonomi, daya saing, maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak selalu tepat, bagi mereka masing-masing lebih mampu mempertahankan dan
menegakkan hak-hak mereka yang sah. Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau
bermasalah dalam masyarakat itu tidak seimbang.
31
Az. Nasution, Op cit., hlm. 3.
32
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, baik hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen membicarakan hal yang sama, yaitu kepentingan hukum hak-hak
konsumen. Bagaimana hak-hak konsumen itu diakui dan diatur di dalam hukum serta bagaimana ditegakkan di dalam praktik hidup bermasyarakat, itulah yang
menjadi materi pembahasannya. Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen atau hukum konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan
hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.
Kata “keseluruhan” dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di dalamnya termasuk seluruh pembedaan hukum menurut jenisnya. Jadi, termasuk
di dalamnya, baik aturan hukum perdata, pidana, administrasi negara, maupun hukum internasional. Sedangkan cakupannya adalah hak dan kewajiban serta
cara-cara pemenuhannya dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu bagi konsumen mulai dari usaha untuk mendapatkan kebutuhannya dari produsen,
meliputi : informasi, memilih, harga sampai pada akibat-akibat yang timbul karena penggunaan kebutuhan itu, misalnya untuk mendapatkan penggantian
kerugian. Sedangkan bagi produsen meliputi kewajiban yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, peredaran dan perdagangan produk, serta akibat dari
pemakaian produk itu. Pasal 1 angka 1 UUPK menyebutkan bahwa perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Berkaitan dengan perlindungan konsumen,
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan berbagai istilah yang dapat diberi makna berbeda-beda, yang pada akhirnya dapat pula membawa akibat hukum yang berbeda.
Perlindungan konsumen diartikan sebagai segala upaya yang menjamin adanya kepastian pemenuhan hak-hak konsumen sebagai wujud perlindungan
kepada konsumen, maka hukum perlindungan konsumen tiada lain adalah hukum yang mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum
terhadap kepentingan konsumen. Kegiatan
bisnis terdapat
hubungan yang saling membutuhkan antara pelaku usaha dan konsumen. Kepentingan pelaku usaha adalah memperoleh laba
dari transaksi dengan konsumen, sedangkan kepentingan konsumen adalah memperoleh kepuasan melalui pemenuhan kebutuhannya terhadap produk
tertentu.
33
Hubungan yang terjalin antara pelaku usaha dengan konsumen sering kali terdapat ketidaksetaraan antara keduanya, oleh karena itu perlindungan hukum
terhadap konsumen sangat perlu dilaksanakan untuk menghindari eksploitasi terhadap konsumen.
34
Berikut para pihak yang terdapat dalam UUPK: 1. Konsumen
Konsumen sebagai istilah yang sering dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, merupakan istilah yang perlu untuk diberikan batasan pengertian agar
dapat mempermudah pembahasan tentang perlindungan konsumen. Pengertian konsumen dalam rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, yaitu konsumen adalah
33
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, cetakan ke-5 Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 209.
34
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan
kembali.
35
Pengertian konsumen dalam naskah final Rancangan Akademik Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang atau
keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan.
36
Pengertian konsumen dalam Pasal 1 angka 2 UUPK adalah setiap orang pemakai dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Pengertian ini lebih luas daripada pengertian konsumen pada
kedua rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang telah disebutkan sebelumnya karena dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga meliputi
pemakaian kepentingan makhluk hidup lain. Selain pengertian-pengertian di atas, terdapat pula pengertian konsumen,
di Amerika Serikat pengertian konsumen meliputi korban produk yang cacat yang bukan hanya meliputi pembeli, melainkan juga korban yang bukan pembeli,
namun pemakai bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh perlindungan yang sama dengan pemakai.
2. Pelaku usaha Pasal 1 angka 3 UUPK menyebutkan setiap orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
35
Yayasan Lembaga Konsumen, Perlindungan Konsumen Indonesia: Suatu Sumbangan Pemikiran Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Jakarta: Yayasan
Lembaga Konsumen, 1981, hlm. 2.
36
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indnoesia, cetakan ke-2 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 20.
Universitas Sumatera Utara
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian. Istilah pelaku usaha sering disebut juga dengan produsen, dalam Pasal 1
angka 3 UUPK directive, produsen memiliki arti produsen berarti pembuat produk akhir, produsen dari setiap bahan mentah, atau pembuat dari suatu suku cadang
dan setiap yang memasang nama, mereknya atau suatu tanda pembedaan yang lain pada produk, menjadikan dirinya sebagai produsen.
37
Ada beberapa persamaan pengertian pelaku usaha dengan produsen akan tetapi pengertian produsen memiliki arti luas maka akan mengakibatkan
konsumen yang dirugikan akibat penggunaan produk tidak begitu kesulitan dalam menemukan kepada siapa tuntutan diajukan
Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 3 UUPK merupakan pengertian yang sangat luas karena meliputi segala bentuk usaha, sehingga akan
memudahkan konsumen dalam arti banyak pihak yang dapat digugat, namun akan lebih baik apabila UUPK tersebut memberikan rincian, sehingga konsumen dapat
lebih mudah lagi untuk menentukan kepada siapa tuntutan akan diajukan jika timbul kerugian atas penggunaan produk.
Isitlah pelaku usaha yang dimaksudkan dalam UUPK meliputi berbagai bentukjenis usaha, maka sebaiknya ditentukan urutan-urutan yang seharusnya
37
Ibid., hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
digugat oleh konsumen manakala dirugikan oleh pelaku usaha. Urutan-urutan tersebut sebaiknya disusun sebagai berikut:
38
a. Yang pertama digugat adalah pelaku usaha yang membuat produk tersebut
jika berdomisili di dalam negeri dan domisilinya diketahui oleh konsumen yang dirugikan;
b. Apabila produk yang merugikan konsumen tersebut diproduksi di luar
negeri, maka yang digugat adalah importirnya karena UUPK tentang Perlindungan Konsumen tidak mencakup pelaku usaha diluar negeri;
c. Apabila produsen maupun importir dari suatu produk tidak diketahui,
maka yang digugat adalah penjual dari siapa konsumen membeli barang tersebut.
B. Hak dan Kewajiban Konsumen Beserta Pelaku Usaha