Tidak Tersedianya Buku Ajar Braille untuk Siswa Difabel Tunanetra

60 bervariasi. Perpustakaan hanya menyediakan beberapa judul kumpulan cerpen tetapi dalam jumlah banyak.

b. Guru Tidak Menguasai Huruf Braille

Guru Bahasa Indonesia yang mengajar kelas XI belum menguasai huruf braille. Hal tersebut membuat guru Bahasa Indonesia kesulitan untuk membaca tulisan siswa difabel tunanetra. Hal ini pernah dikemukakan oleh guru Bahasa Indonesia pada saat pra penelitian. Pernyataan guru mengenai hal tersebut telah peneliti tulis dalam catatan lapangan. Berikut merupakan kutipan catatan lapangan yang berkaitan dengan hal tersebut. “...Peneliti juga bertanya kepada guru Bahasa Indonesia mengenai kemampuan guru dalam menguasai huruf braille. Guru pun menjelaskan bahwa sebenarnya beliau tidak bisa membaca tulisan braille, karena memang beliau sama sekali tidak mengusai huruf braille. Selama ini jika ada kesulitan untuk membaca tulisan braille siswa difabel tunanetra guru selalu meminta bantuan Guru pembimbing khususGPK untuk menerjemahkan tulisan braille tersebut. Guru Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa di MAN Maguwoharjo terdapat dua GPK yang bertugas untuk menjembatani siswa difabel tunanetra dengan guru. ...” catatan lapangan 5, Sabtu, 11 April 2015 Ketidaksesuaian latar belakang guru menjadi faktor utama penyebab guru tidak menguasai huruf braille. Selain itu, guru Bahasa Indonesia yang megajar kelas XI ini belum memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama di sekolah inklusif MAN Maguwoharjo. Beliau mulai mengajar di MAN Maguwoharjo ini terhitung mulai tahun 2011. 61 Selama mengajar di MAN Maguwoharjo, guru juga tidak diberikan pelatihan khusus mengenai bagaimana cara mengajar di sekolah inklusif. Guru belajar secara mandiri dan belajar dari pengalaman teman-teman guru lain yang sudah lama mengajar di MAN Maguwoharjo. Hal itu seperti yang dikemukakan guru Bahasa Indonesia saat diwawancarai oleh peneliti. 3. Upaya Guru dalam Mengatasi Hambatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Agama di Sekolah Inklusif MAN Maguwoharjo Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Agama di sekolah inklusif MAN Maguwoharjo adalah sebagai berikut. a. Memanfaatkan Sumber Materi yang Ada dan Memberi Kesempatan Kepada Siswa Difabel Tunanetra untuk Mengunduh Buku Siswa Elektronik BSE Dalam mengatasi terbatasnya buku ajar terutama untuk siswa difabel tunanetra, guru memanfaatkan sumber materi yang ada. Sumber materi itu didapat dari buku ajar, internet, ataupun surat kabar. Buku ajar yang digunakan guru sebagai pedoman untuk mengajar sama seperti buku ajar yang digunakan siswa difabel tunanetra dan siswa nondifabel yaitu buku Kompeten Berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Erlangga. Sementara itu, untuk materi yang diambil dari internet ataupun surat kabar disesuaikan dengan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari. 62 Bagi siswa difabel tunanetra yang mengalami keterbatasan sumber materi, guru memberi kesempatan kepada mereka untuk mencari sumber materi yang sekiranya bisa membantu mereka dalam belajar. Sumber materi itu adalah Buku Siswa Elektronik BSE yang bisa mereka unduh di internet. BSE yang ada di internet memang cukup banyak, terlebih untuk buku KTSP. Dalam mengunduh BSE, guru memberikan kebebasan kepada siswa difabel tunanetra untuk mengunduh BSE tersebut, asalkan materi yang ada di dalamnya relevan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan penggalan wawancara berikut. .... Peneliti : Adakah hambatan yang anda temui saat pembelajaran Bahasa Indonesia? Narasumber : Hambatannya apa ya, ya mungkin hanya kurangnya buku ajar braille. Tetapi barangkali sudah bisa diatasi dengan media internet. Peneliti : Untuk buku Bahasa Indonesia sendiri kamu memang sudah download di internet? Narasumber : Ada, elektronik book ada. Peneliti : Kamu belajarnya melalui itu? Narasumber : Ya, kadang lewat itu. Kadang kita juga pakai scanner. Kita scan LKS nya, kita jadikan file PDF. Peneliti : Di sini kontrakan kamu mempunyai scanner? Narasumber : Ada. Peneliti : Buku apa yang sering digunakan guru untuk sumber belajar? Narasumber : Yang dipakai guru? Kalau yang dipakai saya juga kurang tahu apa, tapi kebetulan yang saya pelajari dengan materi yang disampaikan juga tidak melenceng. Peneliti : Kamu sendiri lebih cenderung memanfaatkan BSE? Narasumber : Iya, kalau saya kayak gitu, sehingga ya kita manfaatkan aja yang kita bisa aja. .... penggalan transkrip wawancara dengan siswa difabel tunanetra 4 63 Sejauh ini, buku BSE yang diunduh siswa memang tidak beda jauh dengan materi yang disampaikan guru. Melalui BSE tersebut, siswa difabel tunanetra bisa belajar dengan mudah melalui laptop mereka, karena BSE tersebut bisa mereka perdengarkan melalui laptop yang telah memiliki aplikasi khusus bagi penyandang tunanetra, seperti JAWS ataupun NVDA. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian media pembelajaran, laptop yang digunakan oleh siswa difabel tunanetra merupakan laptop yang telah didukung dengan aplikasi JAWS ataupun NVDA. Melalui laptop tersebut, siswa difabel tunanetra bisa mengunduh buku BSE dengan mudah. Cara siswa difabel tunanetra mengunduh buku BSE tersebut adalah dengan mencari melalui internet. Buku BSE ini bisa diunduh melalui Google. Setelah diunduh, maka siswa difabel tunanetra bisa memperdengarkannya melalui laptop mereka.

b. Guru

Meminta Bantuan Guru Pembimbing Khusus untuk Menerjemahkan Tulisan Braille Siswa Difabel Tunanetra Di MAN Maguwoharjo terdapat guru pembimbing khusus GPK bagi siswa difabel tunanetra. GPK merupakan guru yang ditunjuk khusus oleh Dinas Pendidikan dari Provinsi untuk ikut membantu guru menangani siswa difabel tunanetra. GPK yang disediakan oleh Dinas Provinsi berjumlah dua orang. GPK cukup memiliki peran penting di MAN Maguwoharjo. Mereka bertugas untuk menjembatani guru dengan siswa difabel tunanetra. Biasanya, GPK datang ke sekolah sebanyak 3 kali dalam seminggu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum maupun pengelola