Kredibilitas Penelitian METODE PENELITIAN
31
pada umumnya untuk belajar bersama. Pada mulanya, dulu sekolah ini bernama PGALBA Pendidikan Agama Luar Biasa, A untuk tunanetra yang dikepalai
oleh seorang tunanetra bernama Bapak Supardi Abdushomad. Setelah beberapa tahun kemudian, sekolah ini mendapatkan SK berstatus sebagai sekolah negeri
dan berganti nama menjadi MAN Maguwoharjo. Setiap tahunnya sekolah ini selalu menerima siswa berkebutuhan khusus
atau siswa difabel. Sesuai dengan sejarah berdirinya, siswa difabel yang ada di MAN Maguwoharjo dikhususkan bagi penyandang tunanetra. Akan tetapi,
sekolah ini juga menerima siswa difabel lainnya, seperti siswa tunadaksa. Jumlah siswa difabel yang ada di MAN Maguwoharjo pada tahun ajaran
20142015 ini berjumlah delapan orang, di antaranya enam siswa difabel tunanetra, satu siswa berpenglihatan rendah
low vision
, dan satu siswa difabel tunadaksa ringan, sedangkan tenaga pendidikguru yang ada di MAN
Maguwoharjo berjumlah 43 orang ditambah dengan dua guru pembimbing khusus dari luar sekolah. Guru pembimbing khusus ditunjuk oleh dinas untuk membantu
sekolah dalam membimbing siswa difabel tunanetra. Di sekolah ini, sarana dan prasarana yang diberikan sudah cukup
memadai. Sarana dan prasarana yang ada di antaranya ruang TU, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, ruang UKS, ruang BK, ruang OSIS yang
sekaligus digunakan untuk koperasi siswa, mushola, perpustakaan, ruang musik, laboratorium IPA, lab. komputer, lab. agama, ruang tata boga, ruang AVA,
lapangan upacara, kantin, kamar mandi, dan tempat parkir. Sarana dan prasarana yang diberikan untuk anak difabel di antaranya buku-buku braille yang disediakan
32
di perpustakaan, al- qur’an braille, komputer yang telah memiliki aplikasi khusus
untuk tunanetra,
tape recorder
yang bisa digunakan guru untuk merekam materi pembelajaran, ubin khusus sebagai jalur pemandu arah,
ramp
yang berfungsi sebagai alternatif bagi siswa difabel tunanetra agar tidak menaiki tangga, dan
kamar mandi khusus yang pada sisi tembok telah dilengkapi dengan pegangan. Selain sarana dan prasarana tersebut, sekolah juga meyediakan LCD, proyektor,
speaker
, dan kipas angin pada setiap kelas sebagai fasilitas dalam mendukung pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada kelas XI Agama, karena di kelas ini jumlah siswa difabelnya lebih banyak dibandingkan
dengan kelas yang lain. Siswa difabel yang terdapat di kelas XI Agama di antaranya dua siswa difabel tunanetra dan satu siswa difabel tunadaksa. Akan
tetapi, peneliti juga melakukan pengamatan di kelas XI yang ada siswa difabel lainnya untuk memperdalam informasi.
Kelas XI Agama merupakan salah satu kelas inklusif di MAN Maguwoharjo, di mana dalam kelas ini terdapat siswa difabel dan nondifabel yang
belajar bersama dalam satu kelas. Di kelas ini terdapat 21 siswa, tiga di antaranya merupakan siswa difabel. Ketiga siswa difabel tersebut berjenis kelamin laki-laki,
dua siswa difabel tunanetra dan satu siswa difabel tunadaksa. Siswa difabel tunadaksa tersebut tergolong ke dalam tunadaksa ringan, ia memiliki cacat fisik
pada kedua tangannya. Dalam hal ini siswa difabel tunadaksa masih bisa beraktivitas dan bisa mengikuti pembelajaran seperti siswa nondifabel lainnya,
sehingga perlakuan teman-teman atau guru terhadap siswa difabel tunadaksa pun
33
tetap sama seperti siswa nondifabel lainnnya. Berikut merupakan gambaran siswa difabel yang ada di MAN Maguwoharjo.
Gambar 1: Siswa difabel tunanetra sedang membaca tulisan braille
Gambar di atas menunjukkan gambaran siswa difabel tunanetra yang ada di MAN Maguwoharjo. Pada gambar 1, seorang siswa difabel tunanetra sedang
membaca buku braille. Pada meja tersebut juga terdapat tongkat yang biasa digunakan untuk memandu arah ketika ia berjalan. Gambaran siswa difabel yang
lain juga terlihat seperti pada gambar berikut.