Inflasi Kota Pangkalpinang Inflasi tahunan yoy Kota Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang

2. PERKEMBANGAN INFLASI

PANGKALPINANG Tekanan inflasi di triwulan III 2010 lebih cenderung berasal dari sisi musiman, yaitu peningkatan permintaan barang terkait Ramadhan dan Idul Fitri juga berkurangnya produksi bahan makanan di Pulau Jawa dan Sumatera

2.1 Inflasi Kota Pangkalpinang Inflasi tahunan yoy Kota

Pangkalpinang pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 7,67, lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 5,80. Sepanjang triwulan III 2010, inflasi bulanan Kota Pangkalpinang juga berada di atas Nasional. Inflasi tahunan Kota Pangkalpinang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional. Data dari tahun 2008 sampai dengan September 2010 angka standar deviasi Kota Pangkalpinang mencapai 5,85, lebih tinggi dibandingkan angka standar deviasi nasional yang tercatat 3,36. Inflasi Kota Pangkalpinang sangat dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi Bangka Belitung terhadap pasokan barang dari kota lain terutama Kota Palembang dan Jakarta. Sementara pengangkutan barang-barang menggunakan jalur laut, pada musim penghujan dan ombak tinggi, kondisi perairan dan cuaca sering kurang kondusif yang berdampak pada ketersediaan pasokan dan harga barang tersebut. Bab 2 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang,Palembang, dan Nasional Sumber: BPS, diolah Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang,Palembang dan Nasional Jan 2008 – Sep 2010 Sumber: BPS ,diolah 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 26

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Inflasi pada triwulan III 2010 bukan didorong oleh faktor mendasar namun lebih dikarenakan faktor musiman dan temporer, hal ini terlihat dari cukup besarnya kenaikan inflasi volatile foods dan administered price baik secara bulanan, triwulanan, dan tahunan. Volatile foods mengalami peningkatan terkait kenaikan permintaan di bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran, juga berkurangnya pasokan barang khususnya bahan makanan, dari Pulau Jawa dan Sumatera. Sementara itu inflasi inticore inflation juga naik meski tidak setinggi dua kelompok lainnya.

2.2.1 Inflasi Inti

Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten persistent component di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor dasar, seperti i interaksi permintaan dan penawaran, ii lingkungan eksternal nilai tukar, harga komoditi, dan inflasi mitra dagang, dan iii ekpektasi inflasi dari pedagang dan konsumen. Perkembangan inflasi inti mulai meningkat dari 3,70 yoy pada triwulan II meningkat menjadi 4,69 yoy di triwulan III. Sama halnya dengan inflasi tahunan, inflasi triwulanan qtq juga mengalami peningkatan dari 0,05 di triwulan II menjadi 2,97 di triwulan III. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi pada triwulan III 2010 berasal dari relatif membaiknya penghasilan masyarakat yang diperlihatkan masih optimisnya konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu dan ekspektasi penghasilan enam bulan yang akan datang. Optimisme konsumen tersebut berdasarkan survei konsumen pada bulan Juli, Agustus, dan September di Kota Pangkalpinang. Peningkatan optimisme Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Bulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 27 Grafik 2.4 Indikator Tekanan Inflasi Sumber: BPS Bangka Belitung dan Bloomberg, diolah Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 2.5 Indikator Tekanan Inflasi Sisi Penawaran sedikit banyak terkait dengan naiknya harga timah di pasar internasional. Keterkaitan antara pergerakan harga timah internasional dengan inflasi diperlihatkan dari pergerakan yang identik pada dua variabel. Dari sisi penawaran kenaikan biaya produksi yang ditanggung oleh pengusaha 3 naik dibanding triwulan sebelumnya, yaitu biaya energi, tingkat upah, dan biaya bahan baku. Naiknya biaya produksi yang ditanggung perusahaan akibat kenaikan Tarif Dasar Listrik mulai Juli tahun 2010. 3 Berdasarkan survei bisnis yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang Perkembangan Inflasi qtq dan Harga Timah Survei Konsumen Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Likert S cale Biaya Energi Inflasi qtq Likert S cale Tingkat Upah Inflasi qtq Likert S cale Bahan Baku Inflasi qtq 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 28 Grafik 2.6 Ekspektasi Inflasi Konsumen Sumber: BPS Bangka Belitung dan Survei Konsumen BI, diolah Bobot kelompok barang yang diperdagangkan tradeable pada inflasi sebesar 26,70, memperlihatkan efek dari luar yang berasal dari nilai tukar dan inflasi dunia hanya memberikan dampak yang kecil. Selain itu hanya 1,82 barang Bangka Belitung yang berasal dari impor IRIO 2005, BPS. Tekanan inflasi dari impor pada triwulan III cenderung rendah, terlihat dari nilai Rupiah yang terus menguat. Ekspektasi inflasi di triwulan III meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya ekspektasi konsumen dan pedagang sepanjang triwulan III. Kenaikan ekspektasi baik di pedagang maupun konsumen dikarenakan adanya peningkatan permintaan terkait bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran juga berkurangnya pasokan barang dari Pulau Jawa dan Sumatera khususnya bahan makanan.

2.2.2 Non Inti

a. Volatile Foods Inflasi tahunan yoy volatile foods naik dari 11,12 di triwulan II menjadi 13,63. Kenaikan yang besar terjadi di bulan Juli telihat dari tingginya inflasi bulanan mtm sebesar 6,31, kemudian menurun di bulan Agustus dan September. Berdasarkan data Interregional Input Output IRIO tahun 2005, bahan makanan beras, hasil perkebunan, peternakan, dan perikanan untuk kebutuhan Bangka Belitung memerlukan pasokan dari daerah lain sebesar 37,43 dari total kebutuhan konsumsi. Sepanjang triwulan III, pasokan barang ke Bangka Belitung menurun diperlihatkan dari menurunnya arus bongkar pada dua pelabuhan besar di Bangka Belitung. Arus bongkar di Pelabuhan Tanjungpandan menurun sebesar 18,22 qtq dan di Pelabuhan Pangkalbalam turun sebesar 23,11. Produksi bahan makanan berkurang akibat anomali musim. Produksi Beras di Bangka Belitung dan Sumatera Selatan berdasakan data angka ramalan II pada periode Mei sampai Agustus 2010 produksi menurun. Kenaikan bahan makanan tidak hanya terjadi di Bangka Belitung, namun hampir di seluruh daerah di Indonesia. 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 29 b. Administered Price Inflasi administered price naik dari 2,73 yoy di triwulan II menjadi 6,96 yoy di triwulan III, dimana inflasi tertinggi terjadi pada bulan September yaitu 3,81 mtm. Kenaikan listrik di bulan Juli 2010 juga ikut menaikkan inflasi pada kelompok ini. Pada bulan September komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu rokok kretek filter sebesar 0,30, rokok putih dan rokok kretek masing-masing sebesar 0,03.

2.3 Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang

Kenaikan inflasi tahunan pada triwulan III 2010, dibanding triwulan II 2010, terjadi pada hampir semua kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok sandang yang justru mengalami penurunan. Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III 2010 tercatat 13,20 yoy, naik dibanding triwulan sebelumnya 10,96 yoy. Tekanan inflasi berasal dari berkurangnya pasokan akibat berkurangnya produksi bahan makanan di Pulau Jawa dan Sumatera. Inflasi tertinggi terjadi di bulan Juli yaitu 6,13, disebabkan oleh naiknya harga cabe merah sebesar 50,80, bawang putih sebesar 49,07, cabe rawit sebesar 36,83, nanas sebesar 25,00, anggur sebesar 17,88, bawang merah sebesar 17,45, daging Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan yoy Pangkalpinang per Kelompok Barang Sumber: BPS Bangka Belitung Grafik 2.9 Kontribusi Inflasi Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Grafik 2.8 Arus Bongkar Pelabuhan Bangka Belitung Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 2.7 Produksi Beras ARAM II Sumber: BPS Bangka Belitung dan Sumatera Selatan , diolah 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 30 ayam ras sebesar 14,42, dan harga beras sebesar 12,40. Komoditas yang memiliki andil inflasi tertinggi diantaranya adalah beras, daging ayam ras, cabe merah, bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan telur ayam ras. Pada bulan Agustus dan September bersamaan dengan bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran, inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 1,28 mtm dan 0,39mtm. Inflasi ini terkait dengan adanya peningkatan permintaan akibat Ramadhan dan Lebaran. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sedikit naik dari 5,25 yoy di triwulan II 2010 menjadi 5,64 yoy. Peningkatan terbesar di bulan September, yaitu 1,96 mtm. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu rokok kretek filter sebesar 0,30, rokok putih dan rokok kretek masing-masing sebesar 0,03, sehingga subkelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi sebesar 7,36 mtm. Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Tabel 2.3 Perkembangan Harga Sumber: Disperindag, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.12 Inflasi Subkelompok Bahan Makanan 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 31 Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik dari triwulan sebelumnya dari 2,93 yoy menjadi 3,60 yoy. Kenaikan tertinggi terjadi di bulan Agustus yaitu 1,09, dengan komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah tarif listrik yaitu 0,25. Hal ini terkait dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik TDL yang ditetapkan oleh pemerintah mulai 1 Juli 2010. Inflasi kelompok sandang melambat dari 4,72 yoy di triwulan II menjadi 4,68 yoy. Penurunan ini dikarenakan terjadi deflasi di bulan Juli sebesar 0,25 mtm karena turunnya harga emas perhiasan. Namun di bulan Agustus dan September emas perhiasan kembali naik sehingga menyebabkan inflasi pada kelompok ini masing-masing sebesar 0,22 mtm dan 0,55 mtm. Grafik 2.13 Perkembangan Harga Gula di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg , diolah Grafik 2.14 Inflasi Subkelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.16 Inflasi Subkelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Sandang Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 32 Inflasi kelompok kesehatan mengalami peningkatan dari 0,48 yoy di triwulan II menjadi 0,89 yoy. Peningkatan terbesar terjadi di bulan Juli, yaitu sebesar 0,87 mtm dikarenakan naiknya tarif rumah sakit sebesar 8,31. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami peningkatan inflasi yang tajam yaitu dari 3,35 yoy di triwulan II menjadi 21,04 yoy. Peningkatan terbesar terjadi pada subkelompok pendidikan dan subkelompok perlengkapanperalatan pendidikan terkait dengan masuknya ajaran tahun baru sekolah. Grafik 2.19 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg , diolah Grafik 2.20 Inflasi Kelompok Kesehatan Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.21 Inflasi Subkelompok Kesehatan Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.20 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.21 Inflasi Subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.18 Inflasi Subkelompok Sandang Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 33 Kelompok transportasi, keuangan, dan jasa keuangan pada triwulan III 2010 mengalami inflasi sebesar 3,42 yoy naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,06 yoy. Kenaikan ini terkait naiknya tarif angkutan udara di bulan Juli dan September dan angkutan laut di bulan September terkait dengan adanya perayaan Lebaran. Grafik 2.22 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah Grafik 2.23 Inflasi Subkelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS, Bangka Belitung , diolah 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 34 RESUME HASIL QUICK SURVEY KENAIKAN TDL: DAMPAK KENAIKAN TDL TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI SUMBAGSEL Analisis ini didasarkan atas hasil quick survey “Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik TDL terhadap Sektor Industri Pengolahan”. Responden di wilayah kerja KKBI Palembang terdiri dari 130 responden. 100 responden berada di wilayah KBI Palembang, 20 responden berada di wilayah KBI Lampung, dan 10 responden berada di wilayah kerja KBI Bengkulu. Mayoritas responden 81 merasakan dampak kenaikan TDL pada kegiatan operasional perusahaan. Di Palembang, 84 responden merasakan dampak kenaikan TDL, sedangkan di Lampung dan Bengkulu dampak kenaikan TDL dirasakan oleh masing-masing 70 responden. Respon kenaikan TDL tersebut dapat berupa menaikkan harga jual maupun menurunkan margin perusahaan. Responden yang berencana untuk menaikkan harga jual adalah sebesar 33, sedangkan responden yang berencana untuk menurunkan margin lebih banyak, yaitu 49. Suplemen 3 Tabel 1. Kenaikan Harga Jual Provinsi kenaikan Palembang 7.10 Bengkulu 11.83 Lampung 7.50 Sumbagsel 7.54 rata-rata tertimbang Grafik 2. Respon Kenaikan TDL Tabel 2. Penurunan Margin Keuntungan Provinsi penurunan Palembang 5.22 Bengkulu 4.00 Lampung 10.17 Sumbagsel 6.03 rata-rata tertimbang Grafik 1. Dampak Kenaikan TDL 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 35 Kenaikan harga jual yang direncanakan oleh pelaku usaha industri pengolahan di Sumbagsel terkait kenaikan TDL adalah sebesar 7,54. Kenaikan harga tertinggi yang dilakukan oleh pelaku usaha industri pengolahan terjadi di Bengkulu 11,83, yang kemudian diikuti oleh Lampung 7,10, dan Palembang 7,50. Penurunan margin yang harus dilakukan karena adanya kenaikan TDL menurut pelaku usaha industri pengolahan di Sumbagsel adalah sekitar 6,03. Penurunan margin tertinggi terjadi di Lampung 10,17, yang kemudian diikuti oleh Palembang 5,22, dan Bengkulu 4,00. Sebagian besar responden di Sumbagsel berencana menaikkan harga jual pada awal tahun 2011 yang pada umumnya disebabkan oleh adanya ikatan kontrak sampai dengan akhir tahun 2010. Namun demikian, responden juga banyak yang berencana untuk meningkatkan harga jual pada bulan September–Oktober 2010 serta bulan Desember 2010. Di Bengkulu, mayoritas responden berencana meningkatkan harga jual pada Oktober 2010. Grafik 3. Waktu Menaikkan Harga Jual 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 36 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

• Intermediasi perbankan meningkat karena membaiknya prospek perekonomian ke depan seiring dengan tingginya harga timah. • Kreditpembiayaan masih tumbuh cukup baik dengan kualitas yang tetap terjaga.

3.1 Kondisi Umum

Secara umum, kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan III 2010 hingga bulan Agustus dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kreditpembiayaan mengalami sedikit peningkatan secara triwulanan, walaupun DPK mengalami penurunan. Permintaan kredit meningkat di tengah adanya penurunan pendanaan dari masyarakat, namun spread suku bunga justru mengalami penurunan karena berkurangnya risiko. Secara tahunan, total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat sebesar 8,68 dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yoy, yaitu dari Rp7,87 triliun menjadi Rp8,55 triliun. Sejalan dengan terjadinya peningkatan secara triwulanan sebesar 0,82 qtq, pertumbuhan tahunan mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga DPK menurun sebesar 5,14 yoy dari Rp8,08 triliun menjadi Rp7,66 triliun, dan mengalami penurunan sebesar 1,00 secara triwulanan qtq. Peningkatan DPK terutama didorong oleh penurunan simpanan giro sebesar 30,06 yoy. Penyaluran kreditpembiayaan mengalami peningkatan sebesar 10,79 yoy dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,08 triliun, yang sangat dipengaruhi oleh perubahan triwulanan yang meningkat sebesar 5,12 qtq. Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah MKM secara tahunan yoy tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,33 dari Rp2,13 triliun menjadi sebesar Rp2,63 triliun. Bab 3 Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung Data sampai bulan Agustus 2010