Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor Jasa – Jasa

1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14

1.1.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh masih cukup tinggi yaitu 6,6 yoy, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya yaitu 7,2. Secara triwulanan tumbuh 2,3 qtq. Pada subsektor keuangan, terlihat dari kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan III 2010 hingga bulan Agustus dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kreditpembiayaan secara umum mengalami sedikit peningkatan secara triwulanan, walaupun DPK mengalami penurunan. Pada subsektor persewaan dan jasa, diperkirakan mengalami peningkatan didorong oleh libur panjang Idul Fitri.

1.1.9 Sektor Jasa – Jasa

Pertumbuhan sektor jasa-jasa tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding triwulan sebelumnya, pada triwulan II tumbuh 6,2 yoy dan pada triwulan III tumbuh sedikit melambat menjadi 5,9 yoy. Pendorong utama diperkirakan berasal dari subsektor jasa swasta, yaitu jasa hiburan dan rekreasi terkait dengan adanya perayaan Idul Fitri. Sementara itu, subsektor jasa pemerintahan umum dan subsektor jasa perorangan dan rumah tangga juga diperkirakan mengalami peningkatan terlihat dari realisasi belanja daerah yang relatif naik dibanding triwulan sebelumnya dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 15 ANOMALI MUSIM MENGURANGI PRODUKSI KOMODITAS UNGGULAN 2 Berdasarkan informasi dari pelaku usaha di Bangka Belitung, secara umum menunjukkan perkembangan usaha yang semakin membaik. Peningkatan kinerja ditunjukkan oleh meningkatnya penjualan, ekspansi pasar, rencana realisasi investasi maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum ke depan. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa kondisi usaha mengalami penurunan disebabkan oleh faktor iklim yang menurunkan produksi dan kualitas Tandan Buah Segar TBS, ikan, dan komoditas pertambangan seperti kaolin, pasir kuarsa dan timah. Selain itu, meningkatnya persaingan akibat banyaknya nelayan dari luar negeri menjadi pembatas pengembangan kinerja di subsektor perikanan. Kinerja dunia usaha pada triwulan III 2010, secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang semakin membaik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dan juga triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja sektor-sektor tersebut didorong oleh meningkatnya harga komoditas primer seperti sawit dan karet. Meskipun demikian terdapat beberapa faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan kinerja, diantaranya i keterbatasan bahan baku baik karena penurunan produksi maupun meningkatnya persaingan dalam memperoleh bahan baku, ii pengaruh iklim, yakni tingginya curah hujan yang berdampak pada penurunan produksi maupun kualitas, iii meningkatnya persaingan usaha, iv ketidakpastian implementasi peraturan khususnya untuk timah, serta vi keterbatasan anggaran untuk pengembangan komoditas unggulan. Tingkat penjualan domestik akan semakin meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian dan didukung masih terus berlanjut membaiknya harga komoditas unggulan, akan meningkatkan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian dan konsumsi. Selain itu, diharapkan kondisi iklim akan lebih baik dibandingkan tahun ini sehingga produktivitas hasil pertanian khususnya akan meningkat. Penjualan ekspor ikan saat ini mengalami penurunan penjualan ekspor disebabkan oleh menurunnya bahan baku, dan stagnannya permintaan produk karena subtitusi kaolin ke produk lain Kapasitas utilisasi pelaku usaha bervariasi, namun secara umum mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, produksi perikanan, membantu menahan penurunan produksi akibat kendala perubahan iklim. Namun demikian, terdapat pelaku usaha yang mengalami penurunan kapasitas utilisasi karena kendala bahan baku yang menurun baik kuantitas maupun kualitasnya karena perubahan iklim, meningkatnya persaingan memperoleh bahan baku, dan ketersediaan listrik yang tidak memadai. Hal yang masih menggembirakan adalah bahwa di tengah masih terdapatnya kendala dan keterbatasan peningkatan usaha, beberapa pelaku usaha optimis untuk meningkatkan 2 Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai lansung pelaku usaha. Suplemen 1 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16 kapasitas utilisasinya di tahun ini dan ke depan. Rata-rata pelaku usaha yang melakukan investasi pada tahun ini menyatakan bahwa investasi berupa peningkatan produksi terutama untuk rumput laut maupun bantuan kepada petani dan nelayan dengan bantuan bibit, peralatan, pembukaan lahan sawah serta bimbingan teknis. Secara umum jumlah tenaga kerja relatif tetap. Meskipun demikian, terdapat pelaku usaha yang jumlah tenaga kerjanya justru mengalami penurunan karena penghentian kegiatan produksi smelter, efisiensi, maupun kondisi usaha yang menurun. Kedepannya, beberapa pelaku usaha menyatakan akan melakukan penambahan tenaga kerja seiring dengan peningkatan aktivitas perusahaan terkait dengan ekspansi usah. Sementara itu, secara umum biaya mengalami peningkatan pada kisaran yang bervariasi terutama pada biaya tenaga kerja yang mengacu pada ketentuan pengupahan daerah setempat. Harga jual komoditas unggulan pada triwulan III 2010 secara umum meningkat dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditas karet, sawit, dan timah. Peningkatan harga juga terjadi pada barang ritel dan tarif sewa kamar hotel. Sebaliknya, harga kaolin di pasar luar negeri menurun karena subtitusi ke produk lain. Margin usaha secara umum masih relatif tetap dibanding tahun sebelumnya karena meskipun terjadi peningkatan usaha dan harga jual diikuti juga dengan peningkatan biaya operasional, terutama di sektor perdagangan. Sementara itu, pada sektor pertanian terjadi penurunan margin akibat harga jual yang menurun komoditas udang, ikan, dan beras dan tingkat produksi yang mengalami penurunan komoditas kelapa sawit. Fluktuasi nilai tukar sangat berpengaruh terhadap usaha pelaku usaha yang orientasi penjualannya untuk pasar ekspor, fluktuasi nilai tukar yakni penguatan nilai tukar rupiah dibandingkan tahun lalu, akan menekan pendapatan. Di sisi lain, bagi perusahaan yang orientasi penjualan untuk pasar domestik dan tidak menggunakan komponen impor, perubahan nilai tukar relatif tidak berpengaruh terhadap operasional perusahaan. Terkait dengan pembiayaan, sebagian besar pelaku usaha menggunakan dana internal untuk operasional perusahaan, meskipun demikian beberapa pelaku usaha juga menggunakan pembiayaan perbankan untuk modal kerja maupun investasi terutama dari perbankan lokal dengan kisaran tingkat suku bunga yang bervariasi. Tingkat suku bunga pinjaman dalam rupiah menurut pelaku usaha masih tinggi yakni masih di atas 10 demikian pula selisihnya dengan BI rate. 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 17

1.2 Sisi Permintaan