120
Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa
Setelah perlawanan tersebut, muncul perlawanan-perlawanan lainnya dari berbagai daerah, seperti perlawanan rakyat Aceh dan perlawanan rakyat Sukamanah, Tasikmalaya.
E. Kehidupan Kebudayaan dan Perkembangan Sastra pada Masa Kolonial
Surat kabar merupakan wahana komunikasi yang penting dalam perjuangan bangsa Indonesia. Media komunikasi ini telah dikenal di Nusantara sejak awal abad ke-19. Pada
awalnya, penulisan surat kabar ditujukan untuk konsumsi orang-orang asing, yaitu bangsa Belanda dan Cina. Seiring munculnya gerakan politik etis sebagai praktik dari Trilogi Van
Deventer, berita-berita asing dan berbagai wawasan banyak dibaca pula oleh kalangan rakyat. Bangsa Cina pun mulai menerbitkan surat kabar untuk kepentingan kalangannya sendiri.
Surat-surat kabar yang berbahasa Melayu berkembang sejak awal abad ke-20. Berikut beberapa contoh surat kabar pribumi yang terbit pada masa itu.
1. Di Pulau Sumatra, berkembang surat kabar Sinar Soematra, Tjahaja Soematra, Pemberita Atjeh, dan Partja Barat.
2. Di Pulau Jawa, berkembang surat kabar Bromatani, Pewarta Soerabaia, Khabar Perniagaan, Pemberitaan Betawi, Pewarta Hindia, Bintang Pagi, Sinar Djawa, Slompret
Melajoe, dan Poetra Hindia. 3. Di Pulau Kalimantan, berkembang surat kabar Pewarta Borneo.
4. Di Pulau Sulawesi, berkembang surat kabar Pewarta Manado. Pada masa penjajahan Belanda, terbitnya surat kabar mempunyai visi sosial untuk
memperluas pengetahuan para pembacanya, membentuk opini umum, dan menjadi pendidikan sosial politik melalui tulisan-tulisan di dalamnya. Surat kabar merupakan potensi cetak yang
mempunyai kemampuan potensial dalam memuat berita, wawasan, polemik, dan tukar menukar pikiran. Bahkan, berbagai bentuk ide dan pemikiran secara struktural dapat di-
komunikasikan kepada masyarakat luar melalui surat kabar.
Potensi surat kabar ini menyebabkan Belanda banyak menekan ruang gerak dan mem- persempit peredaran surat kabar Nusantara. Surat kabar seperti Pantjaran Warta dan Bentara
Hindia terbit di Jakarta, Sinar Matahari terbit di Makassar, dan Medan Prijaji terbit di Bandung merupakan surat-surat kabar pembawa suara pemerintah kolonial Belanda.
Ketika Indonesia memasuki masa pergerakan nasional, surat kabar mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyebar semangat nasionalisme. Organisasi-organisasi pergerakan
nasional pada masa itu pun memiliki surat kabarnya sendiri, misalnya, 1. Budi Utomo, surat kabarnya berjudul Darmo Kondo;
2. Sarekat Islam, surat kabarnya berjudul Oetoesan Hindia; 3. Indische Partij, surat kabarnya berjudul Het Tijdsrift dan De Express;
4. Perhimpunan Indonesia, menerbitkan majalah Indonesia Merdeka; 5. Partindo, surat kabarnya berjudul Pikiran Rakjat;
6. PNI Baru, surat kabarnya berjudul Daoelah Rakjat; 7. PNI, surat kabar berjudul Soeloeh Indonesia Moeda.
Perkembangan Budaya dan Masyarakat Indonesia ....
121 Inskripsi
Tradisi menghormati matahari berawal dari anggapan bahwa kaisar Jepang
adalah keturunan Amaterasuo Mikami atau Dewa Matahari.
Konsep dan Aktualita
Karya-karya sastra bangsa Belanda yang berpengaruh dalam kehidupan kebangsaan Indonesia. 1. Doewes Dekker, seorang liberalis Belanda, berusaha untuk ikut membela nasib bangsa Indonesia.
Dengan nama samaran Multatuli, artinya aku yang menderita, ia menulis buku Max Havelaar. Buku tersebut menunjukkan kesalahan-kesalahan pemerintah Hindia Belanda dan kesengsaraan 30 juta
manusia yang diperas, ditindas, dan diperlakukan sewenang-wenang oleh pemerintah Belanda. Buku ini membuka mata bangsa Belanda bahwa rakyat Indonesia harus diberi hak bicara dalam pemerintahan.
Pemerintahan Belanda kemudian menerbitkan Regeenings Reglement atau UU untuk Pemerintah Jajahan. Mulai 1 Januari 1860, perbudakan dihapuskan dan gubernur jenderal wajib melindungi rakyat
dari tindakan sewenang-wenang.
2. Pada tahun 1899, Van Deventer menulis sebuah artikel berjudul Een Eereschuld Utang Budi dalam majalah De Gids. Dalam karangannya itu, ia menyerukan pemerintah Belanda untuk mengganti
keuntungan berjuta-juta yang diperoleh Belanda dari Indonesia. Pemerintah Belanda berkewajiban memajukan Indonesia menggunakan sebagian dari keuntungan ter-tersebut dan berupaya mengurangi
beban penderitaan bangsa Indonesia serta meningkatkan kesejahteraannya. Ia mengusulkan tiga hal, yaitu transmigrasi, edukasi, dan irigasi yang kemudian dikenal sebagai Trilogi Van Deventer.
3. Mr. Brooshoof, redaktur surat kabar De Locomotief pada tahun 1901 menulis buku berjudul De Ethische Koers in de Koloniale Politiek atau Tujuan Etis dalam Politik Kolonial.
4. Buku-buku pendalaman mengenai Islam yang ditulis Dr. Snouck Hurgronje. 5. Hukum adat beberapa suku bangsa di Indonesia diperdalam dan ditulis dalam bentuk buku oleh Van
Vollenhoven. 6. Mr. Abedanon menulis buku berjudul Door Duisternis tot Licht Habis Gelap Terbitlah Terang pada
tahun 1911 yang merupakan kumpulan surat menyurat dari dan untuk R.A. Kartini.
Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, bangsa ini sangat ingin menghapuskan pengaruh Belanda di Indonesia. Sebaliknya, Jepang ingin menanamkan kebudayaannya sendiri dan
mengembangkannya bersama-sama kebudayaan asli. Misalnya, membiasakan senam pagi dilanjutkan dengan
seikerei atau menghormati matahari setiap pagi dengan membungkukkan badan ke arah timur, menyeleng-
garakan tonarigumi atau rukun tetangga untuk mengumpulkan iuran bagi kepentingan perang, dan
pengembangan bahasa.
Jepang sangat memedulikan pengembangan bidang sastra. Untuk menghapuskan pengaruh Belanda, Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda dan sebaliknya, mengembangkan
bahasa Indonesia dengan mendirikan Komisi Bahasa Indonesia. Tugas komisi ini adalah mengembangkan dan memperbanyak perbendaharaan bahasa. Bahasa Jepang dan bahasa
Indonesia wajib digunakan di kantor-kantor dan sekolah-sekolah. Nama-nama kota dan jalan diganti dalam bahasa Indonesia. Misalnya, Batavia diganti Jakarta, Meester Cornelis diganti
Jatinegara, Buitenzorg diganti Bogor. Nama-nama jawatan diganti dalam bahasa bahasa Jepang. Lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, dinyanyikan bersama-sama dengan lagu
kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya.
Adapun untuk memperkuat pengaruh Jepang, diajarkan pula penggunaan aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. Pengajarannya dilakukan di sekolah-sekolah, melalui koran nasional
berbahasa Jepang, dan dibukanya kursus-kursus berbahasa Jepang. Agar dapat mendukung