Perkembangan Budaya dan Masyarakat Indonesia ....
119
h. Suisyintai, yaitu barisan pelopor. i. Peta atau Pembela Tanah Air, yaitu tentara daerah yang dibentuk oleh Kumakichi
Harada berdasarkan Osamu Serei No. 44 tanggal 23 Oktober 1943. j. Gokutokai, yaitu korps pelajar yang dibentuk pada bulan Desember 1944.
k. Fujinkai, yaitu himpunan wanita yang dibentuk pada tanggal 23 Agustus 1943. Jabatan-jabatan militer yang dapat diperoleh setelah seseorang menamatkan pendidikan
adalah sebagai berikut. a. Daidanco komandan batalyon, dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat, seperti
pegawai pemerintah, pemimpin agama, pamong praja, politikus, dan penegak hukum. b. Cudanco komandan kompi, dipilih dari kalangan mereka yang telah bekerja, namun
belum mencapai pangkat yang tinggi, seperti guru dan juru tulis. c. Shodanco komandan peleton, umumnya dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan
pertama atau sekolah lanjutan atas. d. Budanco komandan regu, dipilih dari kalangan pemuda yang lulus sekolah dasar.
e. Giyuhei prajurit sukarela, dipilih dari kalangan pemuda yang masih setingkat sekolah dasar.
Diskusi
1. Apakah dampak pendudukan Jepang di bidang pendidikan? 2. Apa pula keuntungan yang diperoleh bangsa Indonesia? Analog nomor 1
Diskusikan dengan teman Anda dan tulis hasilnya dalam kertas folio kemudian laporkan kepada guru
5. Perlawanan rakyat terhadap pendudukan Jepang
Kaum pergerakan dan kaum intelek nasional akhirnya sadar bahwa Jepang ternyata jauh lebih
berbahaya bagi bangsa Indonesia karena kekejaman dan penindasannya terhadap rakyat. Sejak awal tahun
1944, rasa simpati terhadap Jepang mulai hilang dan berganti dengan kebencian. Muncullah gerakan-
gerakan perlawanan terhadap Jepang, seperti Gerakan 3A, Putera, dan Peta.
Salah satu contoh pemberontakan bangsa Indonesia yang terbesar terhadap Jepang adalah pemberontakan Peta Blitar tanggal 4 Februari 1945. Calon perwira Peta mendapat
latihan pertama kali di Bogor. Setelah mendapatkan latihan-latihan tersebut, tentara Peta ditempatkan di daidan-daidan batalyon yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali.
Semuanya berjumlah 66 daidan. Dalam perkembangannya, banyak anggota Peta yang merasa kecewa terhadap pemerintah pendudukan Jepang. Mulai tahun 1944 terjadi pembe-
rontakan-pemberontakan, yang terbesar adalah pemberontakan Peta Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 14 Februari 1945 yang diikuti oleh sekitar separuh dari seluruh anggota
daidan. Sayangnya, pemberontakan yang dipimpin oleh Supriyadi dan Muradi tersebut dapat ditumpas Jepang. Peristiwa ini diabadikan sebagai hari Peta.
Sumber: Ensiklopedi Nasional Indonesia
Gambar 4.7 Tentara Peta
120
Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa
Setelah perlawanan tersebut, muncul perlawanan-perlawanan lainnya dari berbagai daerah, seperti perlawanan rakyat Aceh dan perlawanan rakyat Sukamanah, Tasikmalaya.
E. Kehidupan Kebudayaan dan Perkembangan Sastra pada Masa Kolonial
Surat kabar merupakan wahana komunikasi yang penting dalam perjuangan bangsa Indonesia. Media komunikasi ini telah dikenal di Nusantara sejak awal abad ke-19. Pada
awalnya, penulisan surat kabar ditujukan untuk konsumsi orang-orang asing, yaitu bangsa Belanda dan Cina. Seiring munculnya gerakan politik etis sebagai praktik dari Trilogi Van
Deventer, berita-berita asing dan berbagai wawasan banyak dibaca pula oleh kalangan rakyat. Bangsa Cina pun mulai menerbitkan surat kabar untuk kepentingan kalangannya sendiri.
Surat-surat kabar yang berbahasa Melayu berkembang sejak awal abad ke-20. Berikut beberapa contoh surat kabar pribumi yang terbit pada masa itu.
1. Di Pulau Sumatra, berkembang surat kabar Sinar Soematra, Tjahaja Soematra, Pemberita Atjeh, dan Partja Barat.
2. Di Pulau Jawa, berkembang surat kabar Bromatani, Pewarta Soerabaia, Khabar Perniagaan, Pemberitaan Betawi, Pewarta Hindia, Bintang Pagi, Sinar Djawa, Slompret
Melajoe, dan Poetra Hindia. 3. Di Pulau Kalimantan, berkembang surat kabar Pewarta Borneo.
4. Di Pulau Sulawesi, berkembang surat kabar Pewarta Manado. Pada masa penjajahan Belanda, terbitnya surat kabar mempunyai visi sosial untuk
memperluas pengetahuan para pembacanya, membentuk opini umum, dan menjadi pendidikan sosial politik melalui tulisan-tulisan di dalamnya. Surat kabar merupakan potensi cetak yang
mempunyai kemampuan potensial dalam memuat berita, wawasan, polemik, dan tukar menukar pikiran. Bahkan, berbagai bentuk ide dan pemikiran secara struktural dapat di-
komunikasikan kepada masyarakat luar melalui surat kabar.
Potensi surat kabar ini menyebabkan Belanda banyak menekan ruang gerak dan mem- persempit peredaran surat kabar Nusantara. Surat kabar seperti Pantjaran Warta dan Bentara
Hindia terbit di Jakarta, Sinar Matahari terbit di Makassar, dan Medan Prijaji terbit di Bandung merupakan surat-surat kabar pembawa suara pemerintah kolonial Belanda.
Ketika Indonesia memasuki masa pergerakan nasional, surat kabar mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyebar semangat nasionalisme. Organisasi-organisasi pergerakan
nasional pada masa itu pun memiliki surat kabarnya sendiri, misalnya, 1. Budi Utomo, surat kabarnya berjudul Darmo Kondo;
2. Sarekat Islam, surat kabarnya berjudul Oetoesan Hindia; 3. Indische Partij, surat kabarnya berjudul Het Tijdsrift dan De Express;
4. Perhimpunan Indonesia, menerbitkan majalah Indonesia Merdeka; 5. Partindo, surat kabarnya berjudul Pikiran Rakjat;
6. PNI Baru, surat kabarnya berjudul Daoelah Rakjat; 7. PNI, surat kabar berjudul Soeloeh Indonesia Moeda.