Kerajaan Pajang Anambas Johor

56 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa

5. Kerajaan Mataram

Sutawijaya menjabat sebagai raja pertama di Mataram 1589 – 1601 dengan gelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama. Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi perlawanan dari para bupati yang semula tunduk pada Mataram, misalnya Demak dan Pajang. Perlawanan juga datang dari daerah Surabaya, Madiun, Gresik, dan Ponorogo. Terjadinya perlawanan-perlawanan ini dikarenakan Senopati mengangkat dirinya sendiri sebagai sultan di Mataram. Padahal pengangkatan dan pengesahan sebagai sultan di Jawa biasanya dilakukan oleh wali. Selama berkuasa, hampir seluruh wilayah Pulau Jawa dapat dikuasainya. Akan tetapi, ia tidak berhasil mendapatkan pengakuan dari raja-raja Jawa lain sebagai raja yang sejajar dengan mereka. Sumber: Atlas Sedjarah Muh. Yamin. Gambar 2.5 Peta wilayah Kerajaan Mataram Sepeninggal Panembahan Senopati, penggantinya adalah putranya, Raden Mas Jolang 1601 – 1613. Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan usaha ayahnya meluaskan wilayah kekuasaan Mataram. Akan tetapi, ia tidak sekuat ayahnya sehingga tidak mampu memperluas wilayahnya dan wafat di daerah Krapyak. Oleh karena itu, ia diberi gelar Panembahan Seda Krapyak. Pengganti Mas Jolang adalah putranya Mas Rangsang atau Sultan Agung Anyokrokusuma 1613 – 1645. Ia bergelar Panembahan Agung Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai puncak kejayaannya. Sultan Agung berusaha menyatukan Pulau Jawa. Mataram berhasil menundukkan Tuban dan Pasuruan 1619, Surabaya 1625, dan Blambangan 1639. Hasil ekspansi ini membuat wilayah Mataram semakin luas. Bojonegoro Tuban Lasem 1743 Rembang Pati Jepara Pekalongan Semarang Surakarta Yogyakarta Grobogan Kedu Bagelen Banyumas Cilacap Madiun Kediri Malang Mojokerto Surabaya 1743 1705 Panarukan Pasuruan Blambangan Banyuwangi 1743 1777 Tegal 1746 Cirebon 1705 Bandung Priangan Betawi Banten BANTEN NEGARA TAKLUKAN 1752 Ï U Kehidupan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara 57 Konsep dan Aktualita Hal-hal penting yang dicapai oleh Sultan Agung sebagai berikut. 1. Mempersatukan tanah Jawa dan Madura kecuali Batavia dan Banten, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. 2. Mempertahankan Mataram sebagai negara agraris. Mataram maju dengan perdagangan berasnya. 3. Mengadakan ekspansi secara besar-besaran sehingga mampu menguasai daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan mampu menyerang VOC di Batavia dua kali 1628 dan 1629 tetapi gagal. Kegagalan ini disebabkan oleh perbekalan sangat kurang, gudang beras di Kerawang dibakar oleh VOC, jarak antara Batavia dan Mataram sangat jauh sehingga menyebabkan prajurit kelelahan, Batavia dipagari tembok-tembok yang tinggi dan dilengkapi persenjataan yang modern, adanya wabah penyakit dan Banten tidak mengusir penjajah. 4. Mengubah perhitungan tahun Jawa dari Hindu Saka ke Islam Hijriah. Perhitungan tahun Jawa Hindu berdasarkan peredaran matahari sedangkan tahun Jawa Islam berdasarkan peredaran bulan. Tahun 1638 bertepatan dengan tahun 1555 Saka. 5. Menulis kitab Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat, kitab Niti Sruti, kitab Niti Sastra Asthabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana. 6. Mengadakan upacara Gerebeg Maulud dan Gerebeg Syawal. Setelah Sultan Agung wafat, tidak ada raja pengganti yang memiliki kecakapan seperti Sultan Agung, bahkan ada raja yang menjalin kerja sama dengan VOC. Akibatnya, banyak terjadi pem- berontakan, misalnya pemberontakan Adipati Anom yang dibantu Kraeng Gale- sung dan Monte Merano, pemberontakan Raden Kadjoran, serta pemberontakan Trunojoyo. Dalam menghadapi pembe- rontakan-pemberontakan tersebut, raja- raja Mataram, misalnya Amangkurat I dan II, meminta bantuan VOC. Hal inilah yang menyebabkan raja-raja Mataram semakin kehilangan kedaulatan. Setelah wafat pada tahun 1703, Amangkurat II digantikan oleh putranya, yaitu Sunan Mas Amangkurat III. Pengangkatan Amangkurat III ditentang oleh Pangeran Puger, adik Amangkurat II atau paman Amangkurat III. Akibatnya, terjadilah Perang Mahkota I 1704 – 1708 yang dimenangkan oleh Pangeran Puger yang dibantu oleh VOC. Setelah naik takhta, Pangeran Puger bergelar Paku Buwono I 1708 – 1719. Adapun Sunan Mas Amangkurat III melarikan diri ke daerah pedalaman Malang. Pada waktu Paku Bowono I wafat 1719, takhta kerajaan diganti oleh putra mahkota, Sunan Prabu Mangkunegara yang bergelar Amangkurat IV 1719 – 1727. Pada masanya, berkobar Perang Mahkota II 1719 – 1723. Selain Pangeran Diponegoro nama yang kebetulan sama dengan Pangeran Diponegoro yang melawan Belanda pada abad ke-19 dan Pangeran Dipasanta, keduanya putra Paku Buwono I dari selir, memberontak pula Pangeran Purboyo, Pangeran Blitar, dan Arya Mataram. Pada tahun 1723, pemberontakan- pemberontakan tersebut dapat dipadamkan berkat bantuan VOC. Sekilas Tokoh Trunojoyo Trunojoyo adalah putra raja Madura, cucu Cakraningrat I. Ia mengadakan perlawanan terhadap Amangkurat I dan II karena kedua raja itu bekerja sama dengan VOC. Selain itu, ayahnya di bunuh oleh Amangkurat I dan sepeninggal ayahnya bukan dia yang menjadi penggantinya, melainkan pamannya, Cakraningrat II. Merasa tidak puas, ia kemudian mengembara dan bertemu Adipati Anom kelak Amangkurat II, Kraeng Galesung, dan Pangeran Giri keturunan Sunan Giri. Dengan bantuan mereka, ia mengadakan pemberontakan terhadap Amangkurat I. Setelah berhasil menguasai Madura, ia menyerang Mataram. Pemberontakan Trunojoyo dapat dipadamkan oleh Amangkurat II yang semula menjadi sekutunya dengan bantuan VOC.