Perlawanan Banjar oleh Pangeran Antasari 1859 – 1863

114 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa

a. Perang Buleleng 1846

Perang ini terjadi karena Raja Buleleng merampas kapal Belanda sehingga terjadi pertempuran dan Buleleng jatuh ke tangan Belanda. Raja kemudian menyingkir ke benteng Jagaraga bersama Patih Jelantik. b. Perang Jagaraga I 1848 Dalam pertempuran ini, Patih Jelantik bertahan di benteng tersebut. Tetapi, akhirnya ada salah satu bagian yang berhasil dikuasai Belanda. Meski demikian, Patih Jelantik tetap bertahan.

c. Perang Jagaraga II

Belanda di bawah pimpinan Michiels menyerang Kerajaan Klungkung, Jembrana, dan Buleleng sehingga benteng Jagaraga berhasil direbut Belanda. Para raja lari ke daerah selatan. Raja Karangasem dan Raja Buleleng akhirnya mengobarkan Perang Puputan. Kerajaan Tabanan mengadakan pertempuran tahun 1906 yang disebut Balikan Wongaya. Akhirnya, Bali dikuasai Belanda.

D. Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Bagaimana awal kedatangan Jepang di Indonesia? Apakah dampak yang ditimbulkan? Bagaimaan reaksi kaum pergerakan nasional Indonesia? Untuk dapat memahami masalah- masalah tersebut, ikutilah uraian berikut ini.

1. Situasi Indonesia menjelang kedatangan Jepang

Pada tahun 1936, Sutarjo Kartohadikusumo, ketua Persatuan Pegawai Bestuur Pamong Praja bumi putera, mengajukan surat permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda yang dikenal dengan Petisi Sutarjo. Isi petisi tersebut ialah meminta diadakannya konferensi antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda untuk menyusun rencana pemerintahan sendiri bagi bangsa Indonesia meskipun masih dalam lingkungan kekuasaan Belanda. Pelaksanaan pemerintahan dijalankan dalam waktu 10 tahun atau sesuai dengan hasil konferensi. Pada tahun berikutnya, Gabungan Politik Indonesia GAPI merumuskan usulan dalam slogan Indonesia Berparlemen. Kedua usulan tersebut ternyata ditolak oleh pemerintah Belanda. Setelah melalui perjuangan yang sangat gigih, akhirnya pemerintah kolonial Belanda berjanji akan membentuk komisi yang bertugas mengumpulkan bahan-bahan tentang perubahan ketatanegaraan yang diinginkan oleh bangsa Indonesia. Pada tanggal 14 September 1940 dibentuk Commissie tot Berstudeering van Staatsrechtelijke Hervormingen Komisi untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan. Komisi ini dikenal dengan nama Komisi Visman, diketuai oleh Dr. F.H. Visman. Pembentukan komisi ini tidak mendapat sambutan dari anggota-anggota Volksraad, bahkan anggota GAPI terang-terangan menyatakan tidak setuju. Ketidaksetujuan di kalangan kaum pergerakan disebabkan berdasarkan pengalaman, komisi-komisi yang dibentuk Belanda contoh, komisi sejenis pada tahun 1918 tidak akan membawa hasil yang menguntungkan bagi Indonesia.