Pengertian Persepsi Kongruensi Budaya Dimensi yang Membentuk Persepsi Kongruensi Budaya

B. Persepsi Kongruensi Budaya

1. Pengertian Persepsi Kongruensi Budaya

Persepsi merupakan proses pengelolaan, pengorganisasian, dan pemberian makna pada stimulus yang terdapat pada lingkungan Solso, Maclin Maclin, 2007. Kongruensi merupakan konsistensi atau kesesuaian sistem dan komponen budaya yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Kongruensi yang dimaksud adalah keselarasan dalam budaya saat melakukan interaksi, bukan keseragaman di antara subkultur atau kesepakatan diantara kedua budaya Cameron Ettington, 1991. Budaya merupakan cara hidup sekelompok orang meliputi nilai-nilai, norma-norma, cara pandang, dll, yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup kelompok tersebut Berry, 1992. Adapun informasi tentang tata-tata cara hidup ini diturunkan dari satu generasi ke generasi Matsumoto, 2008. Mempertimbangkan definisi-definisi ini, kami mendefinisikan persepsi kongruensi budaya sebagai proses pengelolaan, pengorganisasian, dan pengintepretasian kesesuaian tata cara hidup satu budaya dengan budaya lainnya.

2. Dimensi yang Membentuk Persepsi Kongruensi Budaya

Budaya dipengaruhi oleh tiga faktor Matsumoto, 2008 yaitu faktor ekologikal, sosial, dan biologikal. Ketiga faktor tersebut dapat membentuk aspek-aspek psikologis masyarakat. Secara spesifik, faktor-faktor tersebut dapat membentuk hal-hal sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Attitudes, evaluasi yang bersifat positif atau negatif. b. Value, nilai yang menyediakan informasi untuk bertindak. c. Beliefs, keyakinankepercayaan dasar tentang suatu hal d. Opinions, alasan dibalik tindakan individu dan orang lain. e. Worldviews, cara individu mempersepsikan dunia mereka. f. Norms, norma yang disepakati berdasarkan aturan . g. Behaviors, mempunyai dan mengekspresikan emosi. Aspek-aspek psikologis yang dijelaskan oleh Matsumoto tersebut berkontribusi terhadap bagaimana persepsi kongruensi budaya dalam masyarakat. Pada masyarakat Kabupaten Simalungun, ketujuh aspek tersebut akan memberikan kontribusi pada persepsi kongruensi budaya masyarakat mayoritas terhadap komponen budaya yang dimiliki oleh masyarakat suku Nias dan sebaliknya. Persepsi kongruensi budaya tersebut merupakan sebuah penilaian maupun penginterpretasian untuk melihat bagaimana kesesuaian dan keselarasan komponen-komponen budaya berdasarkan aspek-aspek psikologis yang telah dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Simalungun masyarakat mayoritas dan masyarakat suku Nias. Masyarakat mayoritas yang tinggal di daerah Kabupaten Sim alungun akan melakukan penilaian dan menginterpretasikan sudah sejauh mana aspek - aspek psikologis tersebut memiliki kongruensi dengan budaya masyarakat Nias melalui faktor sosial yang mereka miliki. Menurut Matsumoto ada beberapa faktor sosial yang mempengaruhi suatu budaya, salah satunya adalah faktor riwayat sosial budaya. Universitas Sumatera Utara Secara garis besar riwayat sosial budaya masyarakat Nias meliputi sistem patrilineal, sistem kekerabatan dan kerjasama cukup menonjol, penggunaan huruf vocal dominan dalam kata atau kalimat akhiran vocal, memiliki tingkatan kasta siulu = bangsawan, siila = menteri, banuasato = rakyat biasa, tata hidup masyarakat dijalankan lembaga fondrako, budaya owase pesta adat untuk menaikkan derajat sosial dan kekuatan sosial yang tinggi, hombo batu bentuk keperkasaan dan ketangguhan bagi laki-laki dan mengutamakan prinsip gotong-royong Koestoro dan Wiradnyana, 2007. Hal inilah yang nantinya akan membentuk karakteristik psikologis masyarakat Nias ketika berinteraksi dengan masyarakat mayoritas di Kabupaten Simalungun serta mempengaruhi persepsi masyarakat mayoritas dalam menginterpretasikan kongruensi budayanya dengan budaya masyarakat Nias, begitu juga sebaliknya akan mempengaruhi persepsi masyarakat Nias dalam menginterpretasikan dan menilai kongruensi budayanya dengan budaya masyarakat mayoritas Kabupaten Simalungun.

C. Suku Batak Toba di Kabupaten Simalungun

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

Psychological Well-Being yang Positif pada Janda Lansia Suku Batak Toba yang Tinggal dengan Anak (Anak Laki-laki)

7 103 146

Gambaran kepribadian suku bangsa batak toba di Pematangsiantar Menggunakan Big Five Inventory

16 72 76

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan

3 77 92

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Anta

0 1 12

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Anta

0 1 15

Hubungan Persepsi Kongruensi Budaya dengan Intergroup Contact Pada Masyarakat Suku Batak Toba Terhadap Masyarakat Suku Nias di Kabupaten Simalungun

0 0 23

BAB II LANDASAN TEORI A. Intergroup Contact 1. Pengertian Intergroup Contact - Hubungan Persepsi Kongruensi Budaya dengan Intergroup Contact Pada Masyarakat Suku Batak Toba Terhadap Masyarakat Suku Nias di Kabupaten Simalungun

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Persepsi Kongruensi Budaya dengan Intergroup Contact Pada Masyarakat Suku Batak Toba Terhadap Masyarakat Suku Nias di Kabupaten Simalungun

0 0 9

HUBUNGAN PERSEPSI KONGRUENSI BUDAYA DENGAN INTERGROUP CONTACT PADA MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA TERHADAP MASYARAKAT SUKU NIAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

0 1 12