beban gempa beban angin

xliii sehingga menyebabkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus untuk atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan , baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh butiran air. No Komponen Bangunan Berat Kgm 2 1 Atap tanpa difungsikan untuk fungsi struktural lain 100 2 Lantai dan Tangga Rumah Tinggal 200 3 Lantai Sekolah, Ruang Kuliah, Kantor, Toko, Toserba, Restoran, Hotel, Asrama dan Rumah Sakit 250 4 Balkon yang Menjorok Keluar, Tangga, Bordes 300 5 Lantai Ruang Olahraga, Masjid, Gereja, Bioskop, Pabrik, Bengkel, Gudang, Perpustakaan 400 6 Lantai Ruang Dansa, Panggung Penonton 500 7 Beban Pekerja 100 Tabel 3 beban hidup menurut kegunaan berdasarkan SNI 03-1727-1989F

2.7.3 beban gempa

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia,1983, beban gempa adalah semua beban akibat statik ekivalen yang bekerja pada struktur yang dipengaruhi oleh gerakan tanah akibat gempa tersebut. Dalam hala ini pengaruh gempa pada struktur ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik. Maka dapat disimpulkan beban gempa disini adalah gaya-gaya yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa pada struktur tersebut. Besarnya beban gempa dasar nominal horizontal akibat gempa menurut standard perencanaan ketahanan gempa untuk struktur rumah dan gedung SNI- 1726-1998, dinyatakan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara xliv V = � � � W Dimana : V = beban gempa dasar nominal beban gempa rencana Wt= kombinasi dari beban mati dan beban hidup vertikal yang direduksi C= spektrum respon nominal gempa rencana, yang besarnya tergantung dari jenis tanah dasar dan waktu getar struktur. Untuk mengetahui nilai C harus diketahui terlebih dahulu jenis tanah tempat struktur berdiri. I =faktor keutamaan struktur R = faktor reduksi gempa

2.7.4 beban angin

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia,1983, beban angin adalah semua beban yang bekerja pada struktur atau bagian struktur yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Tekanan angin di indonesia adalah 80kgm 2 padabidang tegak sampai setinggi 20 m. Beban angin yang bekerja terhadap struktur adalah menekan dan menghisap struktur dan sulit diprediksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tekan dan hisap angin terhadap struktur adalah kecepatan angin, kepadatan udara, permukaan bidanng dan bentuk dari struktur. Beban angin sangat bergantung dari lokasi dan ketinggian dari struktur. Besarnya tekana tiup hartus diambil minimum sebesar 25kgm 2 , kecuali untuk bangunan-bangunan berikut : • Pinggir laut hingga 5km dari pantai minimumtekanan tiup 40kgm • Bangunan didaerah yang tekanan tiiupnya lebih dari 40kgm, haruis diambil sebesar P= -v 2 16 Kgm. V adalah kecepatan angin dalam ms Universitas Sumatera Utara xlv • Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kgm harus ditentukan dengan rumus 42,4+0,6h dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya. • Koefisien angin yang diambil untuk struktur tertutup dengan sudut pangkal atap dinyatakan dengan β adalah sebagai berikut : o β 22’ untuk bidang lengkung dipihak angin - pada seperempat busur pertama -0,6 - pada seperempat busur kedua -0,7 o β 22’untuk bidang dibelakang angin - pada seperempat busur pertama -0,5 - pada seperempat busur kedua -0,2 o β 22’ untuk bidang lengkung dipihak angin - pada seperempat busur pertama -0,5 - pada seperempat busur kedua -0,6 o β 22’ untuk bidang lengkung dibelakang angin - pada seperempat busur pertama -0,4 - pada seperempat busur kedua -0,2 Universitas Sumatera Utara xlvi

BAB III TINJAUAN PEMBAHASAN

3.1 Prinsip Dasar Prategang

Pemberian gaya prategang ditentukan berdasarkan jenis sistem yang dilaksanakan dan panjang bentang serta kelangsingan yang dikehendaki. Gaya prategang yang diberikan secara longitudinal disepanjang atau sejajar dengan sumbu komponen struktur, maka prinsip-prinsip prategang dikenal sebagai pemberian prategang linear. Pemberian gaya prategang dapat dilakukan sebelum atau sesudah beton dicor. Pemberian gaya prategang yang dilakukan sebelum pengecoran disebut sistem pratarik pretensioned, sedangkan pemberian gaya prategang setelah dilakukan pengecoran disebut sistem pratarik posttension. Pemberian gaya prategang pada beton akan memberikan tegangan tekan pada penampang. Tegangan ini akan menahan beban luar yang bekerja pada penampang. Beton prategang sendiri dapat mengalami gaya prategang penuh fullystressed atau gaya prategang sebagian partial stressed. Prategang penuh adalah struktur yang tidak diijinkan ada tegangan tarik pada penampang baik pada tahap transfer sampai massa layan dan tegangan pada serat bawah dianggap tidak ada. Sedangkan prategang sebagian adalah penampang struktur direncanakan untuk dapat menerima tegangan tarik pada lokasi penampang selama masa transfer sampai massa layan dan tegangan serat bawah tidak sama dengan nol. Ada tiga konsep berbeda yang dipakai untuk menjelaskan dan menganalisis sifat- sifat dasar dari beton prategang sumber I Ketut Sulendra Jurnal 2011 Universitas Sumatera Utara