lxviii
3.8.4 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Susut
Susut adalah perubahan volume dalam beton .Hal–hal yang mempengaruhi susut pada beton adalah rasio volume terhadap luas permukaan, kelembaban relatif dan
waktu antara akhir pengecoran dan pemberian gaya prategang. Kehilangan gaya prategang dihitung dengan rumus :
∆�
�ℎ
= ɛ
�� .
�
�
Dimana : ɛ
�� .
= regangan susut sisa total, dengan harga • ɛ
�� .
: 300 x 10
-6
untuk struktur pratarik • ɛ
�� .
=
200 � 10
−6
log 10 �+2
untuk struktur pasca tarik dengan t adalah usia beton pada waktu transfer gaya prategang, dalam hari.
Jika diketahui kelembaban udara relatif maka kehilangan gaya prategang dapat dihitung menggunakan persamaan :
∆�
�ℎ
= �
�ℎ
�
�ℎ
�
�
........................................................................................ 3.9 Dimana :
�
�ℎ
= 8,2.10
-6
1- 0,06
� �
100-RH V = volume beton dalam inch
S = luas permukaan beton RH = kelembaban relatif udara
�
�ℎ
= factor susut yang tergantung waktu �
�ℎ
= 1 untuk prategang pretension
Universitas Sumatera Utara
lxix
Tabel 6. Nilai �
�ℎ
untuk komponen struktur post tension pasca tarik Selisih waktu antara pengecoran
dengan prategangan hari 1
3 5
7 10
20 30
60 �
�ℎ
0,92 0,85 0,80 0,77 0,73 0,64 0,58 0,45 sumber : Budiadi Andri 2008
3.8.5 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Slip Angker
Slip angkur terjadi pada saat tendon dilepas setelah mengalami penarikan dan prategang dialihkan ke angkur. Tendon dapat tergelincir sedikit. Menurut Lin Burns
2000 kehilangan gaya prategang karena slip angkur pada komponen pasca tarik diakibatkan adanya blok-blok pada angkur pada saat pendongkrak disalurkan ke
angkur, cara mudah untuk mengatasi slip angkur adalah dengan memberikan kelebihan tegangan. Slip angkur dapat dihitung dengan rumus :
�
�
=
∆� �
∆�
�
= �
�
E
s
∆�
�
=
∆� �
E
s
............................................................................................... 3.10
Dimana : E
s =
modulus kabel prategang ∆α
= besar tergelincir
Universitas Sumatera Utara
lxx
3.8.6 Kehilangan Gaya Prategang Akibat Gesekan Tendon