Deskripsi Interaksi Verbal dalam Peroses Belajar Mengajar menggunakan Pendekatan Kooperatif dengan Metode Diskusi pada Konsep Virus

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

YOLANDA SILVIA ANGRIANI NIM : 107016102075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ii

Metode Diskusi pada Konsep Virus (Penelitian Deskriptif Kelas X Di MAN 4 Jakarta), Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana interaksi verbal menggunakan pendekatan kooperatif dengan metode diskusi pada konsep virus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 di MAN 4 jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan pemetaan interaksi kelas menurut Sistem Interaksi Kategori Verbal (VICS) daerah T memiliki frekuensi paling tinggi sebesar 44,09% dengan hubungan dimensional yang sering muncul 10-10 terjadi selama kegiatan diskusi berlangsung. Peran guru tidak terlalu terlihat dengan persentase daerah A yang merupakan daerah informing sebesar 11, 81%. Konten pedagogik yang dilakukan guru berupa motif informing. Interaksi verbal yang terjadi membentuk pola komunikasi banyak arah.

Kata Kunci : Sistem Interaksi Kategori Verbal (VICS), Pendekatan Kooperatif, Metode Diskusi, Pedagogik Materi Subjek, Pola Komunikasi Banyak Arah.


(6)

iii

Teaching Learning Process Using a Cooperative Approach with Discussion Method on Virus Concept (Descriptive Research Class X in MAN 4 Jakarta). BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The aim of this research is to know how the verbal interaction using cooperative approach with discussion method on virus concept. This research was conducted at MAN 4 Jakarta. The research method was used descriptive research. The research result indicated class interaction mapping according to Verbal Interaction Category System (VICS) of T domain has highest frequency is 44,09 % with dimensional relation often appears 10-10 happened during discussion activity. Teacher role seen not dominant with persentage A domain is informing region 11,81. Pedagogic content that done by teacher has a lot using informing motif. Verbal interaction that happened to form communication pattern multy direction.

Keywords : Verbal Interaction Category System (VICS), Cooperative Approach, Discussion Method, Pedagodic Content Subject, Communication Pattern Multy Direction.


(7)

iv

Alhamdulillahi robbil “alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala yang telah memberikan berbagai macam rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Deskripsi Interaksi Verbal dalam Peroses Belajar Mengajar menggunakan Pendekatan Kooperatif dengan Metode Diskusi pada Konsep Virus” merupakan salah satu karya ilmiah bidang pendidikan yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pendidikan oleh mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Nurlela rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengeatahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Dosen pembimbing satu yang telah memberikan bimbingannya, kesabaran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Dosen pembimbing dua yang telah memberikan bimbingannya, kesabaran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Dosen penasehat akademik.

6. Ibu Hj. Isnadiar Dekok, MA, Kepala MAN 4 Jakarta yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di MAN tersebut.

7. Ibu DRA. Eridawati, Guru Biologi kelas X IPA yang mengizinkan kelasnya dipakai untuk melakukan penelitian.


(8)

v

9. Siti Mulya Agnah, dan Rima Mutiara, teman penulis yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

10.Pak Tuo Mayusri dan Alm Prof. Hj. Ismah Salman, M. Hum yang memberikan motivasi, semangat, dan nasehatnya.

11.Serta teman-teman Pendidikan Biologi A angkatan 2007 yang memberikan informasi dan motivasi selama pembuatan skripsi ini.

Semoga hasil karya ilmiah (skripsi) ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan dan memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.

Jakarta, Juni 2014


(9)

vi

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORIIK A. Kajian Teoritis ... 7

1. Definisi Belajar dan Mengajar ... 7

2. Pendekatan Kooperatif ... 12

3. Metode Diskusi ... 15

4. Interaksi Dalam Proses Belajar Mengajar ... 17

5. Pedagogik Materi Subjek ... 21

6. Sistem Kategori Interaksi Verbal ... 23

B. Hasil Penelitian Relevan ... 28


(10)

vii

C. Metode Penelitian... 31

D. Instrumen Penelitian... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Unit Analisis ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV TEMUAN PENELLITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 45

B. Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(11)

viii

2. Tabel 2.2 Matriks Hubungan Antar Kategori VICS ... 26

3. Tabel 3.1 Proses Pembentukan Teks Dasar ... 35

4. Tabel 3.2 Proses Penurunan Proposisi ... 37

5. Tabel 3.3 Penurunan Tindak Pedagogik ... 41

6. Tabel 3.4 Matriks Hubungan Antar Kategori VICS ... 44

7. Tabel 4.1 Urutan Antar Hubungan Kategori Pada Proses Belajar Mengajar Materi Virus ... 45

8. Tabel 4.2 Motif penyajian menurut siregar dengan jumlah tindak pedagogik guru selama mengajar ... 47


(12)

ix

1. Gambar 2.1 Komunikasi Satu Arah ... 19 2. Gambar 2.2 Komunikasi Dua Arah ... 20 3. Gambar 2.3 Komunikasi Banyak Arah ... 20 4. Gambar 2.4 Hubungan Antar Komponen Pedagogik Materi Subjek... 22 5. Gambar 4.1 Persentase Masing-Masing Daerah ... 46 6. Gambar 4.2 Pola Komunikasi Yang Terjadi Dalam Proses Belajar


(13)

x

3. Lampiran 3. Catatan Lapangan ... 70

4. Lampiran 4. Proses Pembentukan Teks Dasar ... 71

5. Lampiran 5. Pengkodean Teks Dasar Berdasarkan VICS (Verbal Interaction Catagory Sistem) ... 122

6. Lampiran 6. Penghitungan Interaksi Kelas Berdasarkan VICS (Verbal Interaction Catagory Sistem) ... 135

7. Lampiran 7. Penurunan Tindak Pedegogik ... 136

8. Lampiran 8. Penurunan Proposisi Mikro- makro ... 165

9. Lampiran 9. Dokumentasi Foto Penelitian ... 192

10. Lampiran 10. Lembar Validasi Analisis Data ... 196

11. Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 197

12. Lampiran 12. Biodata Guru ... 201

13. Lampiran 13. Uji Referensi ... 202


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

KTSP merupakan kurikulum yang operasionalnya disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing sekolah namun standar isi tetap ditentukan oleh pusat. Sekolah memiliki hak untuk merancang, mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum sasuai dengan keunggulan yang dimiliki sekolah tersebut.

Implementasi KTSP telah diterapkan diseluruh sekolah di Indonesia. Namun penerapan belajar mengajar pada teknik pengajaran guru masih perlu diperbaiki. Selama ini masih banyak guru yang mengajar dengan menganggap dirinya sebagai sumber dari segala informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Beberapa guru juga masih menggunakan metode mengajar konvensional seperti ceramah dan banyak pula guru yang belum mampu mengembangkan kreatifitas mereka dalam mengajar dan belajar siswa. Pembelajaran yang bersifat teacher centered untuk masa sekarang dipandang kurang efektif dalam proses belajar mengajar karena kurang melibatkan pengembangan kemapuan berpikir dan bertindak secara kritis, kurang dapat mengembangkan kemampuan kolaborasi dalam proses belajar, peserta didik kurang termotivasi dan kurang bertanggung jawab.1

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan yang didalamnya terjadi hubungan–hubungan antara sitimulus-stimulus dan juga respon.2 Pengalaman sebagai sebuah pendidikan bersifat kontinu dan interaktif untuk menbantu membentuk pribadi manusia. Pengalaman itu sendiri merupakan sumber pengetahuan dan keterampilan yang bersifat pendidikan

1

Berita Sore, Banyak Guru Masih Menggunakan Metode Pembelajaran Ceramah, diakses pada

tanggal 4 januari 2012 dari

http://beritasore.com/2009/11/03/banyak-guru-masih-gunakan-metode-pembelajaran-ceramah/ 2


(15)

Sedangkan mengajar adalah segala upaya yang sengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Menurut Arifin dalam Muhibbin mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan menyampaikan bahan pembelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangakan bahan pelajaran. Sedangakan menurut Nasution dalam Muhibbinsyah mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkannya sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan meliputi guru, fasilitas belajar dan suasana proses belajar mengajar itu terjadi.3

Proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar. Kedua proses ini harus disadari oleh siswa yang sedang belajar dan guru yang mengajarkan sehingga antara kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang.4 Dalam proses belajar mengajar guru membantu mengembangkan potensi, cara berpikir dan sikap siswa kearah yang lebih baik bagi dirinya dan lingkungan. Untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara seorang guru dengan siswa.

Menurut Sudjana ada tiga bentuk pola komunikasi yang digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa. Pertama komunikasi satu arah guru berperan sebagaai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi, dalah hal ini guru aktif sedangkan siswa pasif. Kedua pola komunikasi dua arah guru dan siswa berperan sama sebagai pemberi aksi, bebtuk komunikasi yang tercipta rekatif sama. Ketiga pola komunikasi multi arah yang tidak hanya melibatka komunikasi antara guru dengan siswa melainkan juga antar sesama siswa.5 Pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengembangkan pola komunikasi. Selain itu pendekatan dan metode ini dapat menciptakan pembelajaran yang bersifat student centered.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h.179

4

Nuryani , Strategi Belajar Mengajar Biologi (Malang: UM PRESS, 2005), h. 5

5

Nana Sudjan, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindao,


(16)

Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar belakang kemampuan berbeda. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi.6

Menurut Nuryani metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Metode diskusi memiliki kelebihan antara lain merangsang keberanian dan kreatifitas siswa dalam mengemukakan gagasan, membiasakan siswa bertukar pendapat dengan teman, menghargai pendapat orang lain, serta siswa dapat lebih belajar bertanggung jawab.7 Dimana kelebihan dari metode diskusi bermanfaat dalam penerapan kehidupan siswa.

Salah satu materi biologi yang memiliki kaitan dengan aspek hidup terdapat pada materi ajar virus. Virus merupakan satuan terkecil mikroskopis yang menginfeksi sel organisme biologis. Pada materi ajar virus siswa diharapkan untuk dapat mengidentifikasi ciri-ciri virus, membedakan struktur virus dengan yang lainnya, menjelaskan cara replikasi virus, serta mampu mengetahui peran virus dalam kehidupan. Selama ini banyak penelitian yang mengenai hasil belajar virus, namun kurangnya penelitian mengenai bagaimana jalannya interaksi dikeas selama pembelajaran virus.

Cara mengetahui bagaimana interaksi verbal yang terjadi didalam kelas dapat menggunakan Verbal Interaction Catagory System (VICS) atau sistem interaksi kategori verbal yang diperkenalkan oleh Flanders untuk mewadahi peran materi subyek. Sistem ini menggunakan skala tunggal yang terdiri atas 10 kategori untuk memetakan kejadian-kejadian interaktif dalam proses belajar mengajar. Ke-10 kategori tersebut dapat dirinci lebih jauh kedalam tiga subkategori masing-masing berhubungan dengan perilaku mengajar, perilaku pembelajaran, dan

6

. Pembelajarann Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal Pendidikan Widyatama, Vol 4 No.4. Desember 2007, h. 40

7


(17)

keadaan kelas non interaktif. 8Menurut Siregar rasional yang mendasari VICS adalah pandangan seberapa jauh pengajar memberikan kebebasan kepada pembelajar diperkirakan dari seberapa jauh pembicaraan pengajar lebih berpengaruh atau sebaliknya. Seberapa jauh suatu pengajaran bersifat menunjang pembelajar ditunjang oleh seberapa jauh pengajar menerima perilaku, perasaan dan ide pembelajar.9

Interaksi yang terjadi pada proses belajar mengajar tidak hanya membentuk sebuah pola komunikasi, melainkan juga terdapat proses pedagogik materi subjek. Pendidikan biologi erat keterkaitannya dengan materi-subjek dan aspek kehidupan. Pedagogik materi subyek memandang proses belajar sebagai upaya bersama dalam suatu bentuk antar ketergantungan materi subyek, pembelajar dan pengajar sehubungan dengan isu totalitas dan logika internal dari tugas sosial mengkonstruksi pengetahuan dari proses belajar mengajar.

Pedagogik materi subyak merupakan keterkaitan antara tindakan pengajar, pembelajar, dan materi subyek. Pertama tindakan pengajar yang berupa

informing (menginformasikan), elicting (menggali dan menjelaskan), directing

(mengendalikan) dan boundary marking (membatasi). Kedua tindakan siswa yang merupakan respon dari membangun pengetahuan terdiri dari intelligible

(dipahami sebagai prosedur), plausible (dipahami sebab berhubungan dengan pengalaman, fruitful (dipahami sebab digunakan). Ketiga, materi subyek terdiri atas komponen konten, subtansi dan sintaktikal.10

Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Interaksi Verbal dalam Proses Belajar Mengajar Menggunakan Pendekatan Koopratif Dengan Metode Diskusi Pada Konsep Virus”.

8

Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi & Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Press), h. 70.

9

Nelson Siregar, Ibid, h. 140. 10

Rosnita, Standar Pendidikan Untuk Calon Guru Sains: Pedagogik Materi Subjek Sebagai

Sarana Pengetahuan Pengembangan Konten Pedagogik Calon Guru, Jurnal Cakrawala


(18)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka timbul beberapa masalah diantaranya:

1. Guru masih menggunakan metode belajar konvensional seperti ceramah sebagai cara mengajar yang cenderung membuat siswa bosan.

2. Guru belum mampu meningkatkan kreatifitas dalam mengajar.

3. Selama ini penelitian lebih banyak mengenai hasil belajar. Kurangnya penelitian mengenai interaksi verbal yang terjadi selama proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka dibatasi pada masalah “deskripsi interaksi verbal yang terjadi dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kooperatif dengan metode diskusi pada konsep virus”, sebagai berikut:

1. Penelitian hanya terfokus pada konsep virus kelas X IPA.

2. Deskripsi interaksi verbal yang terjadi di dalam kelas menggunakan

Verbal Interaction Catagory Sistem (VICS) menurut Flanders.

3. Peran guru dapat dideskripsikan dengan mengacu pada pedagogik materi subjek menurut Siregar

4. Proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kooperatif dengan metode diskusi pada konsep virus.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah, maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah deskripsi interaksi verbal yang terjadi dalam proses belajar mengajar menggnuakan pendekatan kooperatif dengan metode diskusi pada konsep virus?”


(19)

E. Tujuan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana interaksi verbal yang terjadi didalam kelas serta menggunakan wawasan pedagogik materi subjek sebagai bagian dari pelaksanaan proses belajar mengajar biologi pada konsep virus.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Guru dapat mengetahui interaksi verbal yang terjadi selama proses belajar mengajar dikelas.

2. Guru dapat lebih mengetahui karakteristik setiap siswa selama proses belajar mengajar.


(20)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teoritis

1. Definisi Belajar dan Mengajar a. Belajar

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya risert dan eksperimenpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.1

Sebagai landasan penguraian apa yang dimaksud dengan belajar terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi, sebagai berikut:

1) Menurut hilgard dan bower, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.

2) Gagne menyatakan belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatanya berubah dari sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. 3) Morgan mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

1


(21)

4) Witherington berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari setiap reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, atau suatu pengertian.2

5) Menurut Ausubbel :3

“meaningful learning occurs when new infomation is subsumed by exiting

relevant concepts, and these consepts under go furthert change and growth. ”

Kutipan diatas mengandung arti bahwa belajar bermakna terjadi saat informasi baru diserap oleh konsep yang telah ada, dan konsep ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang berasal dari pengalaman yang mereka dapatkan. Perubahan yang terjadi bersifat lebih baik dari pada sebelum pengalaman itu datang. Perubahan-perubahan tersebut haruslah tetap atau setidaknya bertambah menuju kearah yang baik dan bukan sebaliknya.

Untuk lebih memperjelas teori belajar, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, yang merupakan hasil penyelidikan para ahli, yaitu:

1) Teori conditioning

Dipelopori oleh Pavlo, menurut teori ini belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk itu yang menjadikan syarat seseorang itu belajar haruslah kita belajar.

2) Teori connectionism

Dikemukakan oleh Guthrie bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagi deretan-deratan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit ini merupakan respon dari stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi tingkah laku berikutnya.4

2

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 84.

3

Mustafa Cakir, Constructivist Approaches to Learning in Science Pedagogy: A literature Review, International Journal Of Environmental & Sciens Education, vol 3, no 4, october 2008

4


(22)

3) Teori kognitif

Menurut para ahli belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental bukan behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral sangat tampak lebih nyata pada peristiwa belajar, dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti : motivasi, kesenjangan, keyakinan, dll.5

Karena belajar merupakan sebuah aktifitas berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan yang lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Bruner dalam Muhibbin dalam proses belajar siswa mmenempuh tiga fase yaitu6:

1) Fase informasi (information), seorang siswa sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang samasekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.

2) Fase transformasi (transformation), informasi yang telah diperoleh tu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk abstrak yang konseptual supaya kelak pada gilirannya dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.

3) Fase evolusi (evolution), seseorang yang akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuaandapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.atau memecahkan masalah yang dihadapi.

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h.109

6


(23)

b. Mengajar

Mengajar dalam bahasa Arab disebut taklim dan dalam bahasa Inggris

teaching itu kurang lebih sama dengan pendidikan yakni tarbiyah dalam bahasa Arab dam education dalam bahasa Inggris. Implikasinya ialah setiap kegiatan kependidikan yang bersifat formal hendaknya dilakukan oleh pendidik profesional yang bertugas melaksanakan pembelajaran. Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa proses penyampaian ini sering juga dianggap sebagai proses transfer ilmu.7

Menurut Arifin dalam Muhibbin mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan menyampaikan bahan pembelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangakan bahan pelajaran. Sedangkan menurut Nasution dalam Muhibbinsyah mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkannya dengan terjadi proses belajar. Lingkungan meliputi guru, fasilitas belajar dan suasana proses belajar mengajar itu terjadi.8

Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap proses transfer ilmu.9 Mengajar ialah kegiatan transfer ilmu yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada siswa didiknya dengan mengggunakan empati dan strategi demi terciptanya proses belajar mengajar. Dalam konteks pendidikan guru memiliki multi peran selanga melaksanakan pengajaran.

Menurut Hamalik ada enam kriteria dalam mengajar, yaitu:10

1) Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa atau peserta didik disekolah. Dalam hal ini mengajar dipandang sebagai bentuk persiapan

7

Muhibbin Syah, Op.cit, h. 177 8

Muhibbin Syah, Op.cit, h.179 9

Wina Snjaya, Strategi Belajar Mengajar Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 96 10


(24)

penyampaian pengetahuan dengan guru sebagai sumber informasi yang berlangsung dikelas

2) Mengajar adalah mewariskan budaya kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Implikasinya berupa pendidikan bertujuan membentuk manusia berbudaya melalui proses perwarisan suatu sumber budaya dengan siswa sebagai yang merupakan generasi muada sebagai ahli warisnya.

3) Mengajar ialah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Implikasinya kepada pendidikan bertujuan untuk mengembangkan atau mengubah tingkah laku siswa. Dengan perkembangan tingkah laku siswa dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi seorang guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi sadar aktifitas itu menuju kearah yang diinginkan. Dengan kata lain, guru bertindak selaku organisator belajar kepada siswa.

4) Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada siswa. Dalam hal ini pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang utama. Siswa sendiri yang melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah, membeca buku, melihat demonstrasi, guru membantu siswa agar mampu mengatasi kesulitan-kesulitannya sendiri. Peran guru sebagai counsellor.

5) Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai tuntutan masyarakat. Implikasinya sesuai dengan tujuan pendidikan yangtelah ditentukan. Dimana pendidikan berlangsung dalam suasana kerja. Dengan siswa dipandang sebagai calon warga negara yang memiliki potensi untuk bekerja. Guru sebagai pembimbing.

6) Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Implikasinya berupa mempersiapkan siswa untuk kehidupan dalam bermasyarakat. Dimana kegiatan pengajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat, siswa ikut aktif tidak hanya dalam belajar teori melainkan praktik dalam kehidupan nyata dan guru sebagai komunikator.


(25)

Keenam kriteria ini mengharapkan dalam suatu proses mengajar tiap-tiap siswa mampu mempersiapkan diri, ilmu dan tingkah laku sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini guru memiliki berbagai peran ssebagai seorang pengajar.

2. Pendekatan Pembelajaran kooperatif

Pembelajar koperatif menurut Davidson and Worsham adalah pendekatan pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.11

Pembelajaran kooperatifmenurut Johnson & Johnson adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok didalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahani isi materi pelajaran.12

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar belakang kemampuan berbeda. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi.13

Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban temannya, serta kegiatan yang lain dengan tujuan mencapai prestasi tertinggi.14

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting yaitu prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap

11

Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2006), h.130.

12

Isjoni, Cooperative Learning:Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok (Bandung:

Alfabeta, 2009), h.17 13

Pembelajarann Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Matematika”, Jurnal Pendidikan Widyatama, Vol 4 No.4. Desember 2007, h. 40.

14


(26)

keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. 15Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu kegiatan belajar mengajar yang bermanfaat dalam proses belajar. Pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan jalan mengelompokan siswa dengan kemampuan beragam ke dalam beberapa kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif ini dapat dipandang sebagai suatu pendekatan pembelajaran pada materi biologi, dimana kegiatan pembelajaran biologi lebih menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep belajar.

Roger dan David mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royaong harus diterapkan, yaitu:16

a. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri dan saling bekerja sama dalam kelompok.

b. Tanggung jawab perseorangan

Seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas sedemikian rupa agar setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk belajar dan mengembangkan kemampuan mereka masing-masing sebagai sumbang saran dalam kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama.

c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi antar pribadi.

15

Richard I. Arends. Learning to teach belajar untuk mengajar (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h.5.

16

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperaif Learning Di Ruang-Ruang Kelas


(27)

d. Komunikasi antar angota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan keterampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

e. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.

Setiap siswa yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk dapat memenuhi lima unsur tersebut karena dengan memenuhi kelima unsur tersebut siswa dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.

Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif peserta didik. Menurut Lungdren dalam Isjoni keterampilan-keterampilan tersebut adalah sebagai berikut:17

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal

Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi menggunakan kesepakatan, menghargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagi dalam tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengajak orang lain untuk berpartisipasi, menyelesaikan tugas tepat waktu, menghargai perbedaan individu.

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengirangi ketegangan.

c. Keterampilan kooperatif tingkat tinggi

17

Isjoni, Cooperative Learning:Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok (Bandung:


(28)

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan dengan benar, menetapkan tujuan, dam berkompromi.

Semua siswa yang terlibat dalam pambelajaran kooperatif diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan yang disebutkan di atas. Hal ini sangatlah penting dikarenakan pendekatan pembelajaran kooperatif sangat bergantung pada keterampilan tersebut.

3. Metode Diskusi

Menurut Roestiyah metode diskusi adalah salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah. Didalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar informasi, pengalaman, pemecahan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.18

Menurut Sudjana diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang lebih jelas dan lebih teliti tentang suatu atau persiapan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat, melainkan tiap orang diharapkan memberi sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali paham hasil pemikiran bersama.19

Menurut Suryosubroto metode diskusi adalah suatu metode diskusi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.20 Menurut Cross diskusi dikelas sangat efektif dalam

18

Roestiyah N, K, Strategi Belajar Mengajar, (Rineka Cipta: Jakarta, 2008), cet.7, h.10 5. 19

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Sinar Baru Algensindo: Bandung, 2010),

cet. 11, h.79. 20


(29)

mengkionstruksi pengetahuan karena pelajar mengemukakan idenya, bertanya, memberikan umpan balik, dan mengevaluasi idenya.21

Metode diskusi adalah proses pembelajaran berupa pembentukan kelompok-kelompok belajar siswa, dimana terjadi pertukaran informasi antar sesama siswa mengenai suatu materi pelajaran untuk mendapatkan keputusan bersama. Dalam proses diskusi semakin banyak siswa yang terlibat dalam menyumbangkan pikiran semakin banyak pula informasi yang mereka pelajari.

Langkah- langkah dalam melaksanakan diskusi:22

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberi pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahan masalah.

b. Dengan diarahkan oleh guru siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi. c. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, sedangkan guru

berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi dalam berdiskusi.

d. Kemudian tiap-tiap anggota kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi tersebut ditanggapi oleh semua siswa dan guru memberikan penjelasan tambahan jika diperlukan

e. Semua siswa mencatat seluruh hasil diskusi. Kelebihan metode diskusi antara lain23:

a. Siswa dilatih untuk melakkukan proses berpikir,

b. Siswa dilatih mengungkapkan dan mempertahankan pendapat

c. Siswa dilatih untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, bersikap terbuka, dan belajar menghargai pendapat orang lain.

d. Menunjang usaha pengembangan sikap sosial dan demokratis para siswa.

21

Y. Herlanti, Dkk, Kualitas Argumentasi Pada Diskusi Isu Sosiosiantifik Mikrobiologi Melalui Web Blog, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, h, 169 jurnal diakses pada tanggal 3 Januari 2013 dari http//journal.unnes/index.php/jppi

22

Suryosubroto, Op.cit, h. 169. 23


(30)

Dengan metode diskusi diharapakan siswa dapat berbagi pengalaman dalam pemecahan masalah. Meningkatkan pemahaman siswa terhadat suatu masalah. Mengembangkan kemapuan berpikir dan komunikasi. Membina kerjasama yang sehat antar siswa.

Diskusi baik dilaksanakan apabila membahas:24

a. Hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa. Siswa akan memiliki motivasi yang kuat dalam memecahkan soal kalau mereka berminat dan menaruh perhatian terhadap masalah itu.

b. Masalah itu harus mengandung banyak memungkinan jawaban, dan masing-masing dapat dijamin kebenarannya.

c. Harus merangsang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha memperbandingkannya.

3. Interaksi Dalam Proses Belajar Mengajar Menurut Zahed:25

“Interaction is the same as interpersonal comunication it is progress through which information, meanings and emotions are expressed through verbal an non verbal messages”

Kutiapan diatas mengandung arti interaksi merupakan komunikasi antar sesama melalui proses informasi, pikiran dan emosi secara tertulis dan non tertulis.

Menurut Vann den Oord and Rossem:26

“Interction between students and teachers have the potential to shape the course of tudent learning”

Kutipan diatas mengandung arti interaksi antara guru dan siswa memiliki potensi membentuk arah belajar guru dan siswa. Menurut Suryo Subroto proses

24

Roestiyah N, K, Strategi Belajar Mengajar, (Rineka Cipta: Jakarta, 2008), cet.7, h. 7. 25

Solmaaz et. all, A Sudy On The State Of Teacher –Student Verbal Interactins During Teaching Process And Its Relationship With Academic Achievment Of Midlle School Students In Ardabil, International Research Journal of Applied and Basic Sciens, Vol 4 (7) 2013

26

Julie B. Smart And Jeff C. Marshass, Interaction Between Classroom Discoure, Teahers,

Questioning, And Student Cognitive Engagement In Middle School Science, Journal of Science

Teacher Education , Diakses pada tanggal 8 Juni 2013 dari www.presby.edu/wp-content/uploads/sites/54/2013/06/5-3d4-smart-scholary-work-samle.pdf


(31)

belajar mengajar ialah terjadinya interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.27 Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru-mudir untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.28 Menurut De corte mengatakan bahwa proses belajar mengajar adalah intreraksi antara kegiatan guru dan kegiatan siswa selama periode tertentu. dalam proses belajar mengajar terdapat aspek proses belajar, prosedur didaktis, materi pelajaran, pengelompokan siswa dan media pengajaran.29

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dan siswa merupakan ciri dari syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Perlu lebih dipahami bahwa interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekerdar hubungan komunikasi antara siswa dengan guru tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.30

Sesuai dengan penyebutannya proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dengan guru yang membelajarkan. Kedua proses ini harus disadari oleh siswa yang sedang belajar dan guru yang membelajarkan, sehingga antara kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar.31

27

Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: PT.Asdi Mahatsatya), h. 30

28

Pupuh Fatturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: strategi mewujudkan

pembelajaran bermakna melalui, penanaman konsep umum & konsep islami (Bandung : PT Refika Aditama, 2010), h. 10

29

Eko Pujiastuti, dkk., Kompetensi Profesional, Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa Tentang Proses Pembelajaran, Dan Kontribusinya Terhadap Hasil Pembelajaran IPA Di SMP/MTS Kota Banjar

Baru, Innovative Journal Of Curriculum And Educational Technology, h.23, jurnal diakses pada

tanggal 22 juli 2013 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet 30

Nuryani , Strategi Belajar Mengajar Biologi (Malang: UM PRESS, 2005), h. 5

31


(32)

Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang terjalin antara seorang pembelajar dengan pengajar yang dapat terjadi dimanapun. Pada proses belajar mengajar hubungan antara guru dan murid diharapkan dapat saling mempengaruhi dan memberi masukan, memiliki sarat nilai pendidikan dan senantiasa memiliki tujan yang baik. Dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat terjadi bentuk komunikasi yang baik antara guru dan murid.

Menurut Sudjana dalam Pupuh ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:

a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.

Gambar 2.1 : Komunikasi satu arah b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah

Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dan pelajar secara individual. Antara pelajar dan pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dangan temannya atau bertanya dengan sesama temannya. Keduanya saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik dari pada yang pertama sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.

G


(33)

Gambar 2.2 : Komunikasi dua arah

c. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi

Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.32

Gambar 2.3 : Komunikasi banyak arah

Selama ini pola komunikasi yang terjadi di dalam kelas lebih cenderung hanya terbatas pada pola komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah. Hal ini dirasakan oleh siswa cenderung membosankan dan terkesan kurang dihargainya pendapat siswa mengingat dominasi guru pada kedua pola komunikasi tersebut.

32

Pupuh Fatturrohman dan Sobry Sutikno, Op.cit, h. 30-40

G

S S S

G

S S


(34)

Bentuk komunikasi banyak arah biasanya dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran diskusi dan bersimulasi. Dengan penerapan komunikasi banyak arah siswa dapat memberikan atau merespon suatu argumen dari guru ataupun sesama siswa. Selain itu bentuk komunikasi ini juga dapat membantu guru dalam menilai aktifitas siswa dan kemampuan siswa tersebut dalam berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa lain.

4. Pedagogik Materi Subjek Dalam Proses Belajar mengajar.

Menurut Siregar pengetahuan pedagogik secara umum merujuk kepada prinsip-prinsip strategi pengolaan dan organisasi kelas yang menyangkut pengetahuan umum. Prinsip dan strategi mengajar juga dikendalikan oleh keyakikan dan pengetahuan praktis guru. Sedangkan pengetahuan materi subjek merujuk pada banyaknya dan organisasi pengetahuan guru. Ini mencakup baik konten, aspek substantif maupun aspek sintaktikal materi subjek.33 Fungsi utama pedagogik materi subjek adalah mengupayakan agar guru-guru agar tidak salah mempresantasikan disiplin ilmu yang diajarkannya.34

Proses belajar mengajar memperlihatkan bagaimana hubungan guru dengan siswa. Sedangkan dalam pedagogik materi subjek hubungan yang terjadi dalam proses belajar mengajar tidak hanya antara guru dengan siswa, melainkan adanya peran dari materi ajar. Materi ajar merupakan alasan terjadinya proses belajar mengajar dimana guru mengajarkan suatu materi kepada pembelajar dalam rangka mewujudkan suatu tujuan dari pembelajaran.

Menurut Siregar dalam Deden terdapat hubungan antara komponen- komponen pedagogik materi subjek dalam proses belajar mengajar. Berikut adalah komponen-komponen hubungan pedegogik materi subjek dengan proses belajar mengajar:

33

Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi & Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Press),

h.47. 34


(35)

Gambar 2.4 Hubungan Antar Komponen PBM35

Bagan diatas memperlihatkan bahwa guru, materi subjek dan siswa memiliki peran yang sama besar dalam proses belajar mengajar yang terjadi. Pengajaran dalam mewujudkan tugasnya terlebuh dahulu mengorganisasikan materi subjek dan kemudiasn mentransformasikannya kepada siswa dengan motif yang dapat berbentuk

informing (ingin menginformasikan), elicting (menggali atau memberi penjelasan),

directing (ingin mengarahkan) dan boundary marking (membatasi). Siswa menerima suatu materi yang ditransformasikan oleh guru guru dalam bentuk intelegible

35

Deden Derajat, “Analiss Keterampilan Pedagogik Guru Dalam Mengajarkan Topik Reaksi Reduksi

Oksidasi”, Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan, h. 25. Intelegiblel

Plausible Fruitful

Informing Eliecting Diricting Boundary Marking

Pembelajar Pengajar

(Guru) Materi Subjek

Konten Subtansi Sintaktikal


(36)

(dipahami karena berhubungan dengan prosedur), plausible (dipahami karena berhubungan dengan pengalaman), fruitful (dipahami karena digunakan).36

Materi subjek yang diberikan menggambarkan hubungan dengan aspek konten yang meliputi yang meliputi kegiatan mendefinisikan teori, menghubungkan proses penalaran yang digunakan dalam teori untuk merumuskan pertanyaaan hubungan antar konstruk dan teori, menguji dimana suatu proses pengubungan konsep teoritis dengan definisi oprasional, dan memproduksi merupakan proses untuk memprediksi teori yang dapat diuji secara empirik. Aspek subtantif meliputi pemahaman terhadap konsep teoritis, struktur logika, definisi teoritis dan model teoritis. Sedangakn aspek sintatikal adalah keterampilan inelektual dalam mewujudkan fungsi spesifik dalam menyusun struktur ilmu.37

5. Sistem Kategori Interaksi Verbal

Aspek sosial yang erat hubungannya dengan kehidupan kelas adalah interaksi antara pengajar dan pembelajar atau diantara kelompok pembelajar sendiri. Upaya yang dilakukan Flanders dalam Siregar yang cukup terkenal dalam mencoba merumuskan interaksi ini diwujudkan dalam Verbal Interaction Category System

(VICS) atau sistem interaksi kategori verbal. Sistem ini menggunakan skala tunggal yang terdiri atas 10 kategori untuk memetakan kejadian-kejadian interaktif dalam proses belajar mengajar. Ke-10 kategori tersebut dapat dirinci lebih jauh kedalam tiga subkategori masing-masing berhubungan dengan perilaku mengajar, perilaku pembelajaran, dan keadaan kelas non interaktif. Subkategori perilaku pengajar dibagi lebih jauh kedalam pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung.38

36

Muhammad Halomoan, “Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar Suhu Dan Kalor”, Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan, h. 20 37

Rosnita, Standar Prndidikan Untuk Calon Guru Sains: Pedagogik Materi Subjek Sebagai Sarana

Pengembangan Pengetahuan Konten Pedagogi Calon Guru, Jurnal Cakrawala Kependidikan, Vol9

No 2 September 2011. 38

Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi & Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Press), h.


(37)

Menurut Siregar rasional yang mendasari VICS adalah pandangan seberapa jauh pengajar memberikan kebebasan kepada pembelajar diperkirakan dari seberapa jauh pembicaraan pengajar lebih berpengaruh atau sebaliknya. Seberapa jauh suatu pengajaran bersifat menunjang pembelajar ditunjang oleh seberapa jauh pengajar menerima perilaku, perasaan dan ide pembelajar. Jadi rasional ini melihat bahwa situasi proses belajar mengajar yang bersifat menunjang pembelajaran dapat sejalan dengan hasil belajar dan sikap positif terhadap pembelajaran39

Menurut Simon dan Boyer dalam Fenny VICS adalah skema yang dapat digunakan untuk melihat dan memahami pola interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar.40 VICS merupakan gambaran kegiatan interaksi yang terjadi didalam kelas antara guru dengan siswa.

Rincian VICS menurut Flanders dalam Siregar ditampilkan pada tabel berikut41: Tabel 2. 1 Sistem Interaksi Kategori Verbal

DIMENSI No KATEGORI DAN DESKRIPSI

PE

N

G

A

JA

R

A.Memulai 1 Menyajikan informasi atau pendapat, digunakan apabila pengajar menyajikan konten, fakta atau opini. Eksplanasi, diskusi, dan pertanyaan retrorika juga termasuk.

2 Memberikan arahan, digunakan apabila pengajar memberikan perintah, arahan atau petunjuk agar pembelajar melakukan mematuhinya.

3 Mengajukan pertanyaan sempit, digunakan apabila jawaban pertanyaan diperkirakan mudah dijawab oleh pembelajar. Ini mencakup dril tanya jawab yang menghendaki jawaban satu atau dua kata.

4 Mengajukan pertanyaan luas, digunakan bilamana suatu pertanyaan agak terbuka, menghendaki pemikiran atau yang mengesankan sebagai suatu pendapat atau perassaan. B. Menjawab 5 Menerima

a Menerima pendapat, digunakan apabila pengajar

39

Nelson Siregar, Op.cit, h. 141 40

Fenny Roshayati, “Model Observasi Dengan VICS (Verbal Interaction Catagory System) Sebagai Alternatif Instrumen Dalam Pelaksanaan Class Open Study”, Makalah disampaikan pada seminar nasional lesson study, 17 Juli 2010, h.80. Artikel diakses pada tanggal 15 September 2012 dari htth://prosiding.ikipppgrismg.ac.id/index.php/UMKPLA?SMLS/paper?viewfile/45_15Sep_2012_2 2.36

41


(38)

menerima, menantulkan, menjelaskan atau memuji pendapat pembelajar. Juga jika pengeajar mengulangi, menyimpulkan atau mengomentari pendapat

pembelajar.

b Menerima perilaku, digunakan apabila menerima dan menggiatkan perilaku.

c Menerima perasaan, digunakan apabila pengajar merefleksikan perasaan pembelajar, atau menjawab perasaan pembelajar dengan menyenangkan. 6 a Menolak ide, digunakan untuk apabila pengajar

menolak, mengkritik, mengabaikan atau kurang menggiatkan ide pembelajar.

b Menolak perilaku, digunakan apabila pengajar mengomentari atau mengkritik, menekankan perilaku pembelajaran yang kurang diterima.

c Menolak perasaan, digunakan untuk mengabaiakan pertanyaan atau perasaan pembelajar .

PE

MBE

L

A

JA

R

A.Menjawab 7 Jawaban kepada pengajar

a Dapat dirediksi, biasanya mengikuti kategori tiga dan bersifat pendek.

b Tidak dapat diprediksi, biasanya mengikuti kategori empat, atau juga tiga.

8 Jawaban kepada pembelajar lain, digunakan apabila seorang pembelajar menjawab pembelajar lainnya.

B. Berbicara 9 Bicara kepada pengajar, pembelajar membuka pembicaraan kepada pengajar.

10 Bicara kepada pembelajar lain, pembelajar membuka pembicaraan kepada pembicara lainnya.

Lainnya 11 Senyap, karena adanya kegiatan membaca,diskusi atau latihan. Jika berlangsung lama dibuat catatan dipinggir tabel.

12 Kebingungan, terjadi keributan yang mencolok dan kegaduhan didak seperti yang direncanakan.


(39)

Tabel 2.2 Matrik hubungan Antar Kategori VICS

Keterangan:

Angka 1i sampai 12i dan 1j sampai 12j menunjukan kode-kode Kategori Verbal Interaction Category system (VICS) yang maknanya dapat dirujuk dari tabel VICS (lihat tabel 2.1 sebelumnya. Misal angka 1, merupakan kode untuk guru menyajukan informasi atau pendapat, digunakan apabila pengajar menyajikan konten, fakta, opini, eksplanasi, dan pertanyaaan retorik.

Huruf A sampai U merupakan label setiap daerah yang dibatasi garis-garis tebal, sesuai dengan jumlah huruf dari A sampai U, maka daerah-daerah yang ada pada matriks diatas terdiri dari 21 daerah.

Dalam setiap daerah terdapat sejumlah sel (daerah persegi panjang yang dibatasi garis putus-putus). Misalnya dalam daerah A terdapat sel x yang merupakan tempat diletakannya frekuensi pemunculan hubungan kategori 2i-1j42

Dengan berpedoman kepada kategori-kategori VICS yang terdapat pada tabel 2.1 diatas maka pengertian daerah-daerah (A-U) yang terdapat dalam matriks hubungan antar kategori pada tabel 2.2 dapat dijelaskan sebagai berikut:43

1. Daerah A = daerah inisiasi guru atau daerah informing, interaksi yang digambarkannya adalah interaksi satu arah, guru menginformasikan dan

42

Muhammad Halomoan, “Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan guru dalam proses belajar mengajar suhu dan kalor”, Tesis pada Passcasarjana UPI Bandung, Bandung , 2000, h. 45, Tidak Diterbitkan.

43

Muhammad Halomoan, Ibid, h. 47-49, Tidak Diterbitkan.

1 2 3 4 5a 5b 5c 6a 6b 6c 7a 7b 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5a 5b 5c 6a 6b 6c 7a 7b 8 9 10 11 12

K L M N O

I

Dime ns i Pe ngajar Dime ns i Pe mbe lajar

B J S T D im en si Pe ng aja r D im en si Pe m be la ja r A D C

E F G

H

P Q R


(40)

siswa mendengarkan. Jika daerah ini menunjukan frekuensi tinggi dibandingkan daerah lainnya maka hal itu mengindikasikan bahwa guru mendominasi pembelajaran.

2. Daerah B = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima atau menolak pendapat, perilaku, perasaan siswa yang direspon guru dengan pemberian informasi, perintah atau pertsnyssn kepada siswa.

3. Daerah C = daerah yang menggambarkan bagaimana siswa siswa memberikan aksi berupa jawaban atau pendapat yang direspon guru dengan pemberian informasi, perintah, atau pertanyaan.

4. Daerah D = daerah yang menggambarkan bagaimana guru memberikan aksi berupa penyajian informasi, arahan, atau pertanyaan yang direspon guru dengan menerima pendapat atau menolak pendapat siswa.

5. Daerah E, G, L, Q = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima respon, ide atau perilaku siswa. Jika frekuensi daerah-daerah ini tinggi maka hal itu mengindikasikan bahwa guru memberikan dorongan yang memadai untuk meningkatkan inisiasi siswa.

6. Daerah F = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menolak pendapat atau perilaku siswa kemudian menerimanya.

7. Daerah H = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima pendapat atau perilaku siswa kemudian menolaknya.

8. Daerah I, J, M, dan R = daerah yang menggambarkan sejauh mana guru menolak pendapat dan perilaku siswa. Jika frekuensi daerah-daerah yang tinggi. Hal itu menggambarkan bahwa guru kurang mendorong siswa untuk berinisiasi.

9. Daerah N, O, S, dan T = daerah inisiasi siswa, jika frekuensi daerah-daerah ini tinggi maka hal itu menggambarkan terjadinya diskusi antar sesama siswa.

10.Daerah K = daerah yang menggambarkan siswa memberi jawaban- jawaban respon terhadap pertanyaan-pertanyaan atau informasi guru.


(41)

11.Daerah P = daerah yang menggambarkan siswa mengambil inisiatif untuk mengajukan pendapat atau bertanya kepada guru.

12.Daerah U = daerah yang menggambarkan keadaan kelas diam (senyap) atau terjadi keributan atau kejadian-kejadian lain yang tidak direncanakan sebelumnya.

B. Hasil Penelitian Relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkaitan tentang interaksi kelas dalam proses belajar mengajar, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Siti Maesaroh dengan judul “Hiperteks Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur, Senyawa Dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar” hasil penelitiannya frekuensi interaksi terlihat lebih banyak pada daerah K dan terjadi pola komunikasi dia arah antara murid dan guru.44

Penelitian relavan lainnya skripsi Tenny Adhytia dengan judul “Analisis Interaksi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteks Pada Topik Kesetimbangan Kimia” dengan hasil penelitiannya berdasarkan profil distribusi interaksi yang terjadi selama pengajaran, respon atau jawaban siswa terhadap pertanyaan atau informasi cukup tinggi, sedangkan hubungan kategori yang tertinggi berupa aksi dari guru dengan memberikan pertanyaan sempit yang direspon oleh siswa dengan memberikan jawaban yang dapat diprediksi oleh guru yaitu hubungan antar ketegori (3-7a). Namun upaya guru untuk membangun interaksi dengan mengajukan pertanyaan yang cukup banyak tidak diimbangi oleh inisiatif siswa untuk

44

Siti Maesaroh, “Hiperteks Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur, Senyawa dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar”, Skripsi pada Sarjana UPI Bandung, Bandung, 2005, Tidak Diterbitkan


(42)

bertanya atau mengajukan pendapat kurang memadai. Pada penelitian ini pola komunikasi yang terjadi dua arah.45

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad halomoan dengan judul “ Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Suhu Dan Kalor” didapatkan hasil penelitian pola komunikasi dua arah dengan indikasi kriteria teachable dan accessible guru menerapkan wawasan pedagogik materi subjek.46

C. Kerangka Pikir

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu berdasarkan pengalaman kearah yang lebih baik. Proses belajar itu sendiri melalui berbagai macam fase-fase dimana siswa dapat memperoleh, menyimpan dan mengelola serta dapat mengungkapkan kembai informasi yang telah didapat. Dalam proses mengajar guru berperan sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi ajar yang dibutuhkan oleh siswa.

Pada proses belajar mengajar dikelas terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Interaksi yang terjadi ini membentuk suatu gambaran pola komunikasi yang dapat berupa pola komunikasi satu arah dimana interaksi yang terjadi dialam kelas hanya didominasi oleh guru. Komunikasi dua arah merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa yang relatif sama banyak. Ketiga merupakan bentuk komunikasi multi arah yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pola komunikasi multi arah ini dapat sijumpai salah satunya pada pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi.

45

Tenny Adhytia, “Analisis Interaksi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteks Pada Topik Kesetimbangan Kimia” Skripsi pada Sarjana UPI Bandung, Bandung, 2005, Tidak Diterbitkan

46

Muhammad Halomoan, “Analiss Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar


(43)

Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran aktif yang melibatkan siswa dalam kegiatan berkelompok dimana terjadi hubungan saling ketergantungan positif antar siswa. dimana siswa didorong untuk bekerjasama dan memahami suatu pembelajaranuntuk mencari ketuntasan materi yang telah ditentukan oleh guru.

Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi yang dilakukan beberapa siswa untuk mencari suatu jawabab atau pemencahan masalah yang dilakukan bersama-sama. Dalam metode ini siswa dilibatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Selain itu metode ini juga mampu menumbuhkan dammengembangkan cara berfikr siswa.

Pedagogik materi subjek merupakan hubungan yang terjadi dalam proses belajar mengajar tidak hanya antara guru dengan siswa, melainkan adanya peran dari materi ajar. Verbal Interaction Catagory System (VICS) yang diupayakan oleh Flanders berfungsi untuk penentuan karakteristik interaksi antara guru dengan siswa.


(44)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah MAN 4 Jakarta, yang beralamat di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013, yakni pada tanggal 6 Agustus 2012.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dijadikan permasalahan.1 Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA 1, yang berjumlah 33 orang.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.2 Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah interaksi verbal yang berlangsung selama proses belajar mengajar pada materi virus.

1

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. IX, h. 88.

2


(45)

D. Instrumen Penelitian

Dapat diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diamati.3Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi. Observasi dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Untuk merekam interaksi verbal yang terjadi antara guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung digunakan perekam audio dan kamera digital untuk merekam bagaimana interaksi verbal yang terjadi dalam proses belajar mengajar dengan metode diskusi pada konsep virus. Sumber data rekaman merupakan data dasar untuk mengkonstruksi kembali proses pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena rekaman audio dan transkripsinya dapat memberikan gambaran yang relatif lengkap untuk memperoleh data interaksi verbal.

2. Selain dengan menggunakan alat perekam observasi juga dilakukan dengan mengamati proses belajar mengajar menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan4. Lembar Observasi digunakan untuk mengetahui terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan yang telah ditentukan. Lembar obeservasi terdiri atas lembar observasi guru5 dan lembar observasi siswa6. Sedangkan catatan lapangan berguna dilakukan untuk mendukung informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran yang terlewat oleh guru dan membantu dalam proses menganalisis data.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

3

Suharsimi Arikunto, prosedurpenelitian suatu pendekatan praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

h.203. 4

Lampiran, 3, h. 70 5

Lampiran, 1, h. 67 6


(46)

a. Mewawancarai Guru kelas.

b. Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dengan guru kelas.

c. Mengobservasi ruangan yang akan dijadikan tempat penelitian untuk mendata persiapan alat rekam yang dibutuhkan dan tata letak kelompok siswa.

d. Menguji validitas instrumen penelitian yang dilakukan oleh para ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan saran para ahli. Apabila instrumen telah disetujui, maka instrumen akan digunakan untuk penelitian. e. Mempersiapkan instrumen untuk digunakan pada saat penelitian

berlangsung.

f. Mempersiapkan alat rekam sesuai kebutuhan pada saat penelitian. Alat rekam audio diperlukan sebanyak minimal 8 buah untuk merekam proses belajar tahap diskusi dan 1 alat rekam audio visual sebanyak minimal 1 untuk merekam kegiatan belajar mengajar model diskusi kelompok.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian berlangsung selama satu kali pertemuan, karena sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni untuk menjelaskan bagaimana interaksi verbal yang berlangsung dalam proses belajar mengajar pada materi virus. Hal tersebut juga berdasarkan kepada keyakinan bahwa proses pembelajaran yang terjadi merupakan interaksi verbal yang terjadi di kelas. Sehingga penelitian dengan satu pertemuan sekiranya sudah cukup mewakili untuk memenuhi tujuan penelitian ini.

Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengontrol dan pengumpul alat rekam pada saat penelitian berlangsung dan dibantu oleh seorang observer. Proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kooperatif dengan metode diskusi pada konsep virus. Dimana pertemuan ini diawali oleh pengajar dengan pendahuluan selama 10 menit. Pada pendahuluan ini guru kondisikan siswa


(47)

untuk mempersiapkan diskusi. Kemudian guru meminta siswa berdiskusi dengan membagi siswa menjadi lima kelompok yang telah ditentukan.

Pada kegiatan inti masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan mengenai identifikasi ciri-ciri virus, membedakan struktur virus dengan makhluk lainnya, menjelaskan cara replikasi virus, peran virus dalam kehidupan. Selesai siswa berdiskusi guru meminta perwakilan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan mempersilakan kelompok lain untuk menyimak dan mengajukan pertanyaan.

Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari siswa.

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini berupa rekaman audio dan rekaman visual yang terjadi selama proses belajar mengajar dikelas yang kemudian diubah menjadi teks transkripsi sebelum dianalisis. Kemudian teks transkripsi tersebut dilakukan pengolahan yang terdiri atas:

a. Penghalusan teks transkripsi menjadi teks dasar b. Pengkodean teks dasar berdasarkan kategori VICS

c. Penurunan proposisi dari teks dasar untuk menentukan tindak pedagogik guru.

F. Unit Analisis

Setelah melakukan proses penelitian di lapangan, rekamam penelitian yang dilakukan selama satu kali pertemuan, diubah menjadi teks yang disebut transkripsi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih nyata dari kegiatan proses belajar mengajar, maka transkripsi hasil rekaman selanjutnya dianalisis. Proses menganalisis transkripsi dilakukan untuk memperoleh data yang memenuhi kondisi analisis kontekstual perlu penghalusan untuk memperolah teks yang tidak memberikan interpretasi cabang yang merupakan data dasar. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilalui adalah sebagai berikut:


(48)

1. Pembuatan transkripsi: Tahap ini adalah proses pembuatan teks asli, yaitu penulisan kembali rekaman audio yang terjadi selama proses belajar mengajar.

2. Pembuatan teks dasar: Tahap ini merupakan analisis teks asli menjadi teks dasar. Teks asli melalui proses penghalusan teks dengan cara menghapus kata ataupun kalimat yang tidak berdasarkan ejaan yang dibenarkan dengan tanda “[ ]”, serta menambah kata sebagai penambahan kata atau pengganti kata maupun kalimat yang dihapus dengan tanda “cetak miring” (italic), agar maksud kata atau kalimat siswa yang terekam dapat diperjelas maknanya. Adapun fungsi lain dari penghalusan teks, yaitu mereduksi teks asli, sehingga setelah proses penghalusan teks, akan didapati teks dasar yang sudah berdasarkan ejaan yang dibenarkan, dan mendapatkan kalimat yang mengandung makna jelas, serta wacana asli tereduksi menjadi teks yang bersifat konstruktif atau membangun suatu pengetahuan.7

Tabel 3. 1 Proses penghalusan Transkripsi menjadi teks dasar8

7

Deden Derajat, “Analiss Keterampilan Pedagogik Guru Dalam Mengajarkan Topik Reaksi

Reduksi Oksidasi”, Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan, h. 47 8

Lampiran 4, h. 71

Transkripasi Proses Penghalusan Teks Teks Dasar

S : virus

berkembangbiaknya ada dua pertama daur litik kedua lisogenik. Hampir sama sama sih keduanya bedanya cuman diakhir. Kalo litik kalo udah selesai reproduksi dia ngancurin sel bakteri. Kalo lisogenik dia ikut sama bakterinya ya.

S : virus

berkembangbiaknya [ada] dengan dua cara.

Pertama daur litik, kedua lisogenik. Kedua daur ini Hampir sama [sama sih keduanya] bedanya [cuman] hanya

diakhir fase. [Kalo]

kalau litik [kalo] jika sudah selesai reproduksi [dia ngancurin] virus manghancurkan sel bakteri. Sedangkan

[Kalo] kalau lisogenik [dia ikut] virus

bergabung bersama

S : virus

berkembangbiaknya

dengan dua cara.

Pertama daur litik, kedua lisogenik.

Kedua daur ini

Hampir sama bedanya

hanya diakhir fase.

Kalau litik jikasudah selesai reproduksi

virus manghancurkan

sel bakteri. Sedangkan kalau lisogenik virus bergabung bersama bakterinya ya.


(49)

3. Penurunan Proposisi Mikro-Makro

Proposisi adalah unit dasar informasi yang merupakan gagasan dalam suatu ucapan. Pada umumnya proposisi lebih singkat daripada kalimat itu sendiri.9 Proposisi dapat dipisahkan lebih jauh menjadi proposisi makso dan mikro. Proposisi diturunkan dari teks dasar, sedangkan proposisi diwujudkan melalui aturan-aturan makro yang terdiri atas:10

9

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga,2006), H. 34.

10

Yayat Ibayati, “Analisis Strategi Mengajar Pada Topik Sistem Syaraf Di SMU: M Studi Deskriptif Terhadap Proses Belajar Mengajar Berdasarkan Pedagogik Materi –Subyej Pada Salah Satu SMU di Kota Bandung”, Tesis Pada Pasca Sarjana UPI Bangung, Bandung, 2002, h.37, Tidak Diterbitkan

bakterinya ya.

S : gimana? S : [gimana] bagaimana? S : bagaimana? S : kalo litik dia nempel

sama bakterinya, kalo udah banyak ntar dia keluar lagi bakterinya ancur. Kalo lisogenik dia masuk

berkembangbiak tapi berkembangbiaknya itu dia berhubungan sama DNA

bakterinya, menyatu. Dia ikut membelah.

S : [kalo] kalau litik dia

menempel bersama bakterinya, [kalo]

ketika sudah banyak [ntar dia] virus keluar [lagi] dari bakteri[nya]

sehingga selnyahancur. [Kalo] sedangkan

lisogenik [dia] virus

masuk dan

berkembangbiak [tapi berkembangbiaknya itu] kemudian DNA virus dan [dia berhubungan sama] DNA bakteri[nya,] menyatu. Dia ikut membelah.

S: kalau litik dia menempel

bersama bakterinya, [kalo] ketika sudah banyak [ntar dia] virus

keluar [lagi] dari

bakteri[nya] sehingga selnyahancur. [Kalo]

sedangkan lisogenik [dia]

virus masuk dan

berkembangbiak [tapi berkembangbiaknya itu]

kemudian DNA virus dan

[dia berhubungan sama] DNA bakteri[nya,] menyatu. Dia ikut membelah.

S : tapi dia bakal pergi apa nggak, kan kali yang litik dia keluar?

S: tapi [dia bakal pergi apa nggak] meninggalkan bakteri tidak?, kan [kali] pada yang litik [dia] virus keluar?

S : tapi meninggalkan bakteri tidak?, kan

pada yang litik virus

keluar?

S : ya udah dia gitu aja nempel sama bakteri

S : ya sudah [dia gitu aja]

menempel sama bakteri

S : ya sudah menempel sama bakteri. S : litik itu ada lima kalo

lisogenik itu ada tiga

S : litik itu ada lima

tahapan [kalo] kalau

lisogenik itu ada tiga

S : litik itu ada lima

tahapan kalau


(1)

,lt/ 1 I

3 8 Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi &

Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Press, 1998), h. 70.

rl

lo-3 9 Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi &

Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Presq,l99!) hr-141--

rj

Yrt

40

Fenny Roshayati, "Model Observasi Dengan VICS (Verbal Interaction Catagory System) Sebagai Alternatif Instrumen Dalam Pelaksanaan Class Open Study", Makalah disampaikan pada seminar nasional lesson study, 17 Juli 2010, h.80. Artikel diakses pada tanggal 15

September 2012 dari

htth ://prosidin g. ikippp grismg. ac. id/index.phpAJMKPLA? SMlS/oaper?viewfile/45 15Sep 2012 22.36

t

u

4 1 Nelson Siregar, Penelitian Kelas: Teori, Metodologi &

Analisis, (Bandung: IKIP Bandung Press, 1998),h.142

14

v.

42

Muhammad Halomoan, "Analisis Interalesi Kelas Dan Pertanyaan guru dalam proses belaiar mengaiar suhu dan

kalor", Tesis pada Passcasarjana UPI Bandung, Bandung,

2000. h. 45. Tidak Diterbitkan.

4

Vr

+ 5

Muhammad Halomoan, 'oAnalisis Interalrsi Kelas Dan Pertanyaan guru dalam proses belaiar mengajar suhu dan kalor", Tesis pada Passcasarjana UPI Bandung, Bandung , 2000. h. 47-49. Tidak Diterbitkan.

L&

(r-44

Siti Maesaroh, "Hipertela Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur, Senyawa dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelal<sanaan Proses Belajar Mengaiar", Slcripsi pada Sariana UPI Bandung, Bandung, 2005, Tidak Diterbitkan

-t

u

45

Tenny Adhytia, "Analisis Interalcsi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteles Pada Topik Kesetimbangan Kimia" Slcripsi pada Sarjana UPI Banduns. Banduns, 2005, Tidak Diterbitkan

Ld,

u

46

Muhammad Halomoan, "Analiss Interalrsi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belaiar Mengaiar Suhu Dan Kalor", Tesis pada PPS UPL Bandung : tidak Diterbitkan

r{

YL

Bab III

I Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta:

Rineka Cipta" 200n" Cet.IX. h. 88.

4

k

2

Suharsim

Rineka C

Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta:

pta, 2007\, Cet. IX, h. 120

q

(o

J Suharsimi Arikunto, prosedurpenelitian

suatu pendekatan

oraktis fiakarta: Rineka Cipta, 2010).203.

rt

Vs*

4 Lampiran.3.69

5 Lampiran. L 66

6 Lamoiran.2.67 7

Deden Derajat, "Analiss Keterampilan Pedagogik Guru Dalam Mengajarkan Topik Reaksi Reduksi Oksidasi",

Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan, h.47

{+

Y/*

8 Lampiran 4,h.70

9 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belaiar & Pembelaiaran,

Y\-

U,


(2)

/

I

I

(Jakarta: Erlaneea,2006), H. 34.

1 0

Yayat lbayati, "Analisis Strategi Mengaiar Pada Topik Sistem Syaraf Di SMU: M Studi Deslviptif Terhadap Proses Belajar Mengajar Berdasarkan Pedagogik Materi -subyej Pada Salah Satu SMU di Kota Bandungl', Tesis Pada Pasca Sarjana UPI Bangung, Bandung, 2002, H.37, Tidak Diterbitkan

V

11 Lamoiran 8" h. 164

t 2

Lampiran 7.h. 137

1 3 T a b e l 2 . I . h . 2 4

t 4

Lamoran 5 h.121 l 5 Lampran 6 h, 134

1 6 Lampiran 6 h, 135

Bab IV

I Lamoiran 6. h.

2

Lampiran 6, h. 3

Pupuh Fatturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belaiar Me n gaj ar : s tr at e gi mew ui udkan p e mb el aj ar an b er makn a melalui, penanamon konsep Ltmum & konsep islami

(Bandune : PT Refika Aditama,2010), h. 6

+

Yh

4 Lampiran 5, h. 130

5 Lampr a n 5 . h . 1 3 1 6 Lampr a n 5 . h . 1 3 0 7 Lampr a n 5 , h . 1 2 2 8 Lampran 5. h. 121 9 Lamp ran 5.h,132

t 0

Lamp

ran

5. h.121

11 Lamoiran 5. h. 131

t 2

Lampiran 3 h,69

t3

Lampiran 7,h137

t 4

Lampiran 7,h.137

l 5 Lampiran 7,h.139

t 6

Lampiran 7, h 150

t 7

Lampran 7.h 156 1 8 Lampran 7. h. 156

t 9

Lamoiran 7.h.156

20

Lamoiran 7.h.157 2 l Lamoiran 7. h.158

22

Lamniran 7.h.159

L J Lampiran 7, h.160

. A

Lz+ Lampiran 7,h.l6l

25

Lampiran 7,h.162

26

Muhammad Halomoan, "Analisis Interalcsi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belaiar Mengajar Suhu Dan Kalor", Tesis pada PPS UPL Bandung : tidak

Diterbitkan, h. 20

+

V


(3)

NIP: 1 9760309 200501 2 002

Mengesahkan,

Jakarta, Juni 2014

Pembimbing II

Dr. Yanti Herlanti. M.Pd N I P : 1 9 7 1 0 1 1 9 2 0 0 8 1 2 0 1 0 Pembimbine I


(4)

t I

Nomor

: Un.01/F.

1

/K1v1.01

.31Q.7U2012

Lamp. : Outline/Proposal

Hal : Permohonan

lzin Penelitian

Tembusan: 1. Dekan FITK

2, Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta,9

Maret

2012

Kepada

Yth.

Kepala

Bid, Mapenda

Kanwil

Kemenag

Prov.DKl

Jakarta

d i

Tempat

As sal

am u' al ai ku

m w r. wb.

Dengan

hormat

kami

sampaikan

bahwa.

Nama

: Yolanda

Silvia

Angriani

N I M

: 1 0 7 0 1 6 1 0 2 0 7 5

Jurusan

: Pendidikan

|PA/Biologi

Semester :X (Sepuluh)

Judul

Skripsi : Deskripsi

Interaksi

Kelas

Dalam

Proses

Belajar

Mengajar

Di MAN

4 MODEL

Jakarta

adalah

benar

mahasiswa/i

Fakultas

llmu Tarbiyah

dan Keguruan

UIN Jakarta

yang

sedang menyusun

skripsi,

dan akan mengadakan

penelitian

(riset) di MAN 4

MODEL

Jakarta

yang

dibawah

naungan

Saudara

pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan

mahasiswa

tersebut

melaksanakan

penelitian

dimaksud.

Atas perhatian

dan kerja

sama

Saudara,

kami ucapkan

terima

kasih.

Wa ssal

am u' al ai ku

m wr.wb.

."'=.anii

: . i

, M . S C

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputal 1541 2 lndonesia

i@i

l r . r n i

l u l l I I

FORM (FR)

No, Dokumen : FITK-FR-AKD-082

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01

H a l 1 t 1

SURAT

PERMOHONAN

IZIN PENELITIAN


(5)

,t I

I

K]r,MN

I{ANl'O}t \\rt | ,AYA t-t

. i l _ l ) . 1 . l ) . \ \ . t . \ l ' t ' \ \

I{T"'I{$TMN AGAMA

l r l t ( ) \ r t N l i I I ) , \ t1 t I t A I I I ( | I t t t ' i t t s I BtrI((yfA .tAt(.{lil'A

\ { ) . i l ) r i l l i ; l ; i } / l i \ l \ ' l l \ ( ; ) l . \ \ \ . ' ' l . , l . l ( I l l i O l ) 1 , : l { } r i l j t l . t . ( t

Nontor' : i.,rv.()9.4/2r'KP.0l .ll et}a 12012

S i t a t : l ) c u t i n g l . . u r n 1 t . .

-l ) c -l i h a -l : R e k o m c n d a s i

.lal<nrta. aT Maret 2012

l( epac-la

Yth. l(epiilai MA Negeri 4

.l l.l)ouclok Pinirrrg. CipLitair .llrl<arta Selatan

.lakartir

.,l.t,t t t I tr nt tr' ul tr i k u m I,l. t' 14/ lt

Seirtrbttngan dengatt surat .lali l(ir.iru' l)entlidiitan IPA LJniversitas Islam Negeri

.laliat'ta, Nourot' : l.In.01/F-.lil(lvI.0l.ii()ll,'2012. tanggal 9 lr4aret 2012. hal Permohonan

Itel<ornenclasi lzin Penelitian, atas nallril Iltirltasisrva sebu'rai beril(Llt :

Nama : Yolanda Silvia Angriani

N I M : 1 0 7 0 1 6 1 0 2 0 7 5

.Iurusan : Pcndidikan lPA/Biologi

Scmestcr : X (Sepuluh)

Judul Slcripsi : f)eskripsi Interaksi Kelas Dalam Proses Belajar Mengajar Di

MAN l Model.IAKARTA

Miika ttierekornendasikarr n:aha:;isrvn telsc.brrt untuk mengadakan penelitian di

Modrssth Aliyah Negeri 4 Jtrkurtai grnrit nrenclapatl.ran clata-clata yang diper.lukan dalanr

t'anglia penyuslluan sklipsi derqtr,r ketcltiuan :

I . l)crreiitiau tersebr.rt tidak'nreuggangrrr hcgiertan lrcla.ial rlenga.iar;

?. ltrlemper'hatilian $egala peraturau clln tat;:r tertib vang berlaku cli Maclrasalr Aliyalr

Nesel'i 4 .lakar:ta.

Deiriiliiln atas per'ltatiau dhn li,crjirslnia Suuc'lnlii cliucapltau telinra ltasih,'

'l'crn['rtrsarr Yt]r:

1. l'leprrla I{anrvil Kenrerltefian Agarria provirrsi I)lil .lalirrrrir ? I(ir jrrr Pcnclidil.liir; I['A t ]r ir,ersiiirs lslarl Ncs,:r'i .rrrliar.ltr: . i . \ ' i r s .

14/u.r.rulunt.

i n . M . P d


(6)

I

,$$#F,

$ i . i : : r

r*"tif *

K E M E N T E R I A N - A G A M A I - _ l N o . D o r u m e n : F | r K - F R - A K D - 0 8 1

KEMENTERTAN-AGAMAJ

-

ly*q*g:l___:_ FlIfljq.:o8

UIN JAKARTA |

I

FORM

{FR)

| rnr. Terbit

l+"-'---

: 1 Maret 2010

F | T K | ' l N o R e v i s i . o z

-"!' '!!ii-u"

*"

":"'*'1:::y!:y-L--

-

-

| Eer--

----:---:J1--

::-

--UIN JAKARTA I r^pM rtrpl I I9-[-"j91-- : 1 Maret

2010---S U R A T B I M B I N G A N

S K R I P S I

. l a k a r t a . l 8 M a r e t 2 0 1 I

u n t u k r n e n i a d i p e r n b i r n b i n g l l l l

N a r n a N I M .l ulr.rsart Sernester' . l L r d L r l S k r i p s i

Y o l a n < l a S i l v i a A n g r i a n l 1 070 1 (r 10201 5

P e r r d i d i k a n l l ' A B i o l o g i V I l l ( D e l a p a n )

"Pengaruh Media 'feka-Teki Silang pada Model Pembela.iaratt

I(ooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap l-{asil Belajar Siswa pada Konsep.lanrttr"

.luclul telsebrrt telah disetLriui oleh.lurusan yang bersarrgl<utart pada tarrggal 28 Febrtrari

201 l. atrstral<siloutline terlautpir'. SaLrdara dapat rrtelal<ukatt perubaharr redaksional pada . j u d u l t e r s e t r u t . A p a b i l a p e r u b a h a n s u b s t a n s i a l d i a n g g a p p e r l t r , t n o l r o t r p e m b i n r b i n g

rncugh uburr gi .l urr-rsarr terleb i h dalr Lr I tr.

Bimbingan sl<ripsi ini cliharapl<air selesai dalanr waktu 6 (enanr) bLrlan. dan dapat

diperpaniang selama 6 (erranr) bulan berikutnya tattpa slrrat perparl-iarrgatr.

Atas perhatian dan kerf a sanra Sarrclara. kanri ucapkzrrt terirtra kasilt. LV u s,s a I u r tr r.r' tt I t.t i ktt rn v, r.tr b.

r t i . M . S c 3 2 l ' e r n b u s a n :

l . D e k a n F I l " l ( 2 . M a r l r a s i s u , l ) ' b s .

N o n r o r

: Un.0

l / F .

| /K M . 0 r . : l . S ! 9 . l z O

r r

L , i l l ' 1 1 p . :

-Ilal : Binilting:rn Sl<ripsi

I(epacla Yth.

l. Dr'. Zulfiani. lu,I.Pd 2 . \ ' a r r l i I l e r ia r t i i , N l . P c l

P e r n b i r r r t r i n g S l i . r i p s i

Fakultas llrntr 1'arbiyalr dnrr Keguruan

U lN Syarif HidayatLrllah Jakarta.

A.s.su I e rtt t t' tr I u i k u rtt 11tv.1v lt.

Dengarr ini dilrarapkan kesediaan Sar"rdara

( m a t e r i / t e k n i s ) p e n u I i s a n s k r i p s i m a h a s i s w a :

2 0 0 1