Pembahasan Terhadap Temuan Penelitian

28 S : ada, yang digunakan dalam dunia kedokteran. 8 Daerah P, pada daerah ini terdapat hubungan antar kategori 1-9 dan 2- 9. Daerah ini menggambarkan interaksi berlangsung dengan siswa sebagai insiator dan guru memberikan respon. Berikut cuplikan wacana daerah P: 9 216 G : Sama kayak virus. Makanya perlu imunisasi. Jika dulu orang yang kena cacar bisa meninggal. Nah polio juga bisa menyebabkan orang tidak bisa jalan karena dia menggerogoti otot. 1 217 S : buu itu virus itu mati apa tidak kalau diluar sel? 9 218 G : tidak, viruskan bukan makhluk hidup dan bukan benda mati. Dia mengkristal. Tidak aktif. 1 219 S : diam saja begitu bu? 9 210 G : ya diam saja. 5a Daerah Q terdapat hubungan antar kategori 5a-9 dan 5c-9. Sama halnya dengan daerah P daerah Q ini menggambarkan interaksi dimana siswa menjadi inisiator, tetapi guru tidak memberi respon langsung, melainkan terlebih dahulu menerima, mengulangi atau mengomentari pendapat siswa tersebut. 10 1 S : diam saja begitu bu? 9 2 G : ya diam saja. 5a 3 S : jadi suatu saat bisa hidup lagi? 9 4 G : bisa ketika virus sudah nempel dimakhluk hidupnya, menempel lagi di inangnya lagi.5a 5 S : Ibu... Ibu... 9 6 S : itukan pada saat replikasikan ada virus yang menempel satu misalnya, nanti virus yang satu menyuntikan DNA, virusnya sendiri masih hidup atau itu sudah tidak bisa dipakai lagi? 9 7 G : dipakai, kan tadi kan dia 5a Daerah R terdapat hubungan antar kategori 6c-9 dan 6c-10. Daerah ini menggambarkan guru menolak pendapat siswa. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 11 197 S : kalau tidak mati. 9 198 G : virus bukan mati, tetapi dia mengkristal. 6c 9 Lampiran 5, h. 133. 10 Lampiran 5, h. 122 11 Lampiran 5, h.132 Daerah U meliputi hubungan antar kategori 2-11, 6c-11, 10-11, 11-1, dan 12-10. Dilihat dari kategori yang terjadi, kategori 11 mengindikasikan interaksi yang terjadi didalam kelas diam. Sedangkan pada kategori 12 mengindikasikan kondisi kelas ribut. Berdasarkan catatan lapangan 12 dan teks dasar dapat diketahui bahwa kondisi kelas dalam keadaan hening pada saat proses diskusi berlangsung, dan pada saat presentasi kelompok. Hal ini dikarenakan siswa menyimak apa yang dipresentasikan oleh kelompok tiga. Sedangkan suasana kelas ribut pada saat siswa mulai berkumpul dengan sesama anggota kelompoknya. Dari hasil pemetaan interaksi kelas ini ditemukan bahwa terjadi pembalajaran aktif dimana siswa terlibat penuh dalam proses belajar mengajar student centered. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya persentasi kemunculan daerah T sebesar 44,09 dan kemunculan daerah O dengan persentase sebesar 9, 5. Daerah O dan T merupakan daerah yang menggambarkan terjadinya kegiatan diskusi didalam kelas. Peran guru dalam proses belajar mengajar materi virus ini hanya sebagai pemberi informasi dapat dilihat dari besarnya kemunculan daerah A hanya sebesar 11,81 dari seluruh interaksi yang terjadi di dalam kelas. 2. Tindak Pedagogik Guru menurut Siregar Ada 13 tindakan pedagogik guru yang terjadi selama proses belajar mengajar pada konsep virus. Pembelajaran yang terjadi yaitu : guru mendeskripsikan pertemuan sebelumnya, guru mempersiapkan siswa berkelompok, guru mengawasi jalannya diskusi, guru mempersiapkan siswa untuk presentasi, guru menutup seluruh kegiatan jalannya proses diskusi, guru memberikan penguatan materi virus, guru menjelaskan sejarah penemuan virus, guru mengemukakan ayat al-quran yang terkait virus,guru mendeskripsikan DNA dan RNA, guru menjelaskan proses replikasi virus, guru menutup kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah deskripsi tindak pedagogik guru selama proses belajar mengajar berlangsung: 12 Lampiran 3 h. 70 a. Guru mendeskripsikan Pertemuan Sebelumnya. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini adalah dengan meminta siswa mengumpulkan laporan praktikum yang telah dilakukan pada materi dan pertemuan sebelumnya. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan bentuk motif informing menginformasikan Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 13 3 G : sebelum kita diskusi tolong dikumpulkan terlebih dahulu Laporan praktikum yang kemarin. 2 4 S : laporan praktikum bu? 9 5 G : ya, laporan praktikum 5a 6 G : sebelum kalian diskusi kumpulkan terlebih dahulu laporannya 2 7 G: tolong dikumpulkannya kolektif saja. Diambilkan terlebih dahulu sama ketua kelas. 2 b. Guru Mempersiapkan Siswa Berkelompok Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini mempersilakan siswa berkumpul dengan masing-masing anggota kelompoknya untuk memulai diskusi. Kemudian guru memberikan waktu untuk berdiskusi selama 10 menit. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan bentuk motif directing mengarahkan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 14 c. Guru mengawasi jalannya diskusi Pada tahap ini tindakan yang dilakukan guru adalah mengawasi jalannya proses diskusi. Guru berkeliling ketiap-tiap kelompok untuk melihat bagaimana proses diskusi berlangsung. Kemudian guru menjawab salah satu pertanyaan yang diajukan oleh salah satu kelompok. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan bentuk 13 Lampiran 7, h 138. 14 Lampiran 7, h. 138 8 G : untuk, diskusi kelompok saya beri waktu 10 menit, ayo hanya 10 menit. 2 9 G : kamu sudah melihat belum hasil diskusi kelompoknya bersama- sama? 2 10 G : saya beri waktu 10 menit 2 motif informing menginformasikan dan motif boundary marking membatasi dengan cara membatasi pernyataan siswa. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 15 56 S : bu ini mikron bisa diliat tidak? 9 57 G : ya tidak bisalah. 6a 58 S: berarti meter dengan mikron itu satuan? 9 59 G : ya, jika ada yang berukuran milimikron itu berarti benda itu tidak keliatan. Mili saja kan sudah kecil. 5a 60 S : ya berarti itu kecil bu. 9 61 G : ya ada. 5a 62 G : Kamu tidak usah terlalu membahas ukuran, itu kan hanya ukuran. Yang penting kamu paham virus itu bagaimana itu saja. 1 63 S : ya kan menambah pengetahuan bu. 9 64 G : tidak ada. Ukuran virus milimikron bukan meter. Ukurannya lebih kecil dari bakteri. Itu saja. 6c d. Guru mempersiapkan siswa untuk presentasi Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini adalah menghentikan proses diskusi kelompok kemudian menentukan salah satu kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Kemudian guru mengamati jalannya presentasi, dan meminta kelompok siswa untuk memaparkan kesimpulan hasil diskusi. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan bentuk motif directing mengarahkan. berikut cuplikan wacana yang terjadi. 16 e. Guru menutup seluruh kegiatan proses diskusi 15 Lampiran 7, h. 140. 16 Lampiran 7, h.151. 132 G : silakan siapa yang mau presentasi duluan? 2 133 G : kelompok 2 2 134 S : ya bu 9 135 G : kelompok 2 saja duluan. 2 136 G : tolong yang lain memperhatikan presentasi kelompok dari tiga. Kalo misalnya ada yang kurang tepat kamu bisa menanyakan, menambahkan atau bisa bertanya. Ya? 2 Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini adalah guru menutup ketiatan diskusi. kemudian menjelaskan kepada kelompok lain untuk mempersiapkan materi berbeda dipertemuan selanjutnya. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif informing menginformasikan dan motif directing mengarahkan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 17 177 G: untuk kelompok yang lain, ppt kalian saya liat presentasinya di laptop saya saja yah. Kelompok lain yang belum maju nanti di materi berikutnya pada hari rabu. 2 178 G : tadi sudah bagus penjelasannya sudah semua yah. 5b 179 G : Nanti akan ada lagi pertemuan dengan materi yang berbeda, makanya tadi saya bilang siapa yang siap untuk maju terlebih dahulu. 2 f. Guru memberikan penguatan materi virus tambahan dari penjelasan Pada tahap ini guru hanya memberikan tambahan dari diskusi yang telah dilaksanakan. Guru juga akan melakukan tanya jawab dengan siswa. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif informing menginformasikan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 18 180 G : saya akan berikan penguatan saja pada materi ini. 2 g. Guru menjelaskan sejarah penemuan virus Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini menjelaskan awal mula yang melatarbelakangi penemuan virus. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif informing mengarahkan dan motif eliciting memberi penjelasan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 19 181 G : virus itu baru-baru inikan ditemukannya. Diketahui setelah saat itu ada daun tembakau yang kena apa namanya? 3 182 S : virus 7a 183 G : kena sesuatu, belum tahu kan. 1 184 S : yaa. 7a 17 Lampiran 7, h. 157 18 Lampiran 7, h. 157 19 Lampiran 7, h. 157 185 G : kok daunnya terkena penyakit setelah itu daunnya Diekstrak kemudian disaring. Tapi pada saat disaring ternyata penyebab penyakit ini lolos lagi, berarti tidak sesuai dengan saringan yang ada, karena pada saat itu yang ada hanya saringan bakteri. Sedangkan ketika itu orang tahunya bakteri yang paling kecil kan. Dan itu lolos berarti dia lebih dari sekedar bakteri. Tapi bukan bakteri karena dikatakan belum merupakan sel. Kalo sel itu kan ada dua, ada yang eukariot dan ada yang prokariot tapi dia sudah berbentuk sel. Kalo yang prokaiot dnanya tidak terselubung, kalo yang eukariot dnanya terselubung. Kalau yang ini, ini apa? Tidak jelas. Makanya setiap saat ilmu itu berkembang terus menerus ternyata ada makhluk hidup yang terkecil. Mungkin suatu saat nanti kalau ada mikroskop yang paling canggih mungkin ada lagi makhluk yang lebih kecil dari virus. Kan ilmu itu sangat luas. 1 h. Guru mengemukakan ayat al-quran yang terkait dengan materi virus Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini menjelaskan arti surat al-Furqon ayat 25 mengenai virus. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif informing menginformasikan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 20 186 G : seperti dijelaskan dalam surat al- Furqon ayat 25 “yang kepunyaannyalah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaanya. Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia meletakan ukurannya dengan serapi- rapinya” ukurannya sudah ditetapkan ini termasuk unsur yang makro dan mikro. Dari ayat ini sebenernya kita harus liat. Oh ternyata, segala sesuatunya ada yang belum dijelaskan dalam al-Quran. Kalau hewan ada dijelaskan dalam al-Quran, kalau tumbuhan juga ada dijelaskan dalam al-Quran. Didalam al-quran itu ada yang menjelaskan hewan mulai melata, berjalan diatas perut, dengan dua kaki, empat kaki ada. Tapi virus inikan belum. Berarti perlu penelitian lebih lanjut kekitanya. 1 i. Guru mendeskripsikan DNA dan RNA Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini memberikan pengetahuan dasar mengenai DNA dan RNA. Guru juga membatasi pemahaman siswa mengenai DNA dan RNA karena materi tersebut akan dipelajari pada kelsa berikutnya. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif informing menginformasikan dan 20 Lampiran 7, h.158. motif boundary marking membatasi. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 21 194 G : Nanti akan dipelajari DNA dan RNA itu apa. DNA itu Deoxyribonucleid Acid sedangkan RNA itu Ribonucleid Acid. Yah, jadi DNA dan RNA adalah bahan dasar makhluk hidup. Bahan dasar protein. Ada kode-kodenya nanti akan dipelajari lebih lanjut di buku biologi empat yah. Ini hanya untuk mengetahui saja. 1 195 G : jika kalian senang dengan mikro, dengan molekul nanti kuliahnya bisa memilih jurusan mikro, yah bisa meneliti DNA dan RNA bisa. Nah itu. 2 196 G : tetapi kalo virus dia hanya punya DNA saja tadikan. Nah inikan . memperlihatkan gambar pertama kali dia disaring, kemudian ini bentuk-bentuknya. Dan virus hanya punya DNA atau RNA sudah itu saja. Tidak mempunyai selubung inti, hanya punya protein saja ya kan. Pokoknya jika sudah keluar dari makhluk hidup ya sudah tidak berdaya. Yah... Mengkristal namanya, tidak berdaya kalau virus keluar dari makhluk hidup. Tetapi kalo virus sudah menempel sedikit saja di kulit hidup lagi virusnya. Makanya dia dinamakan parasit obligat. Mutlak harus hidup di makhluk hidup. Wajib di makhluk hidup. 1 j. Guru menolak pendapat siswa Pada tahap ini guru menolak tindakan siswa yang menyebutkan bahwa virus tidak mati. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan bentuk motif boundary marking membatasi. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 22 197 S : kalau tidak mati. 9 198 G : virus bukan mati, tetapi dia mengkristal. 6c 199 S : bu virus tidak pernah mati bu? 9 k. Guru menjelaskan peran virus dalam kehidupan Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini menjelaskan manfaat dan kerugian yang disebabkan oleh virus. Manfaat virus diantaranya sebagai vaksin dari virus itu sendiri. Sedangkan untuk kerugian virus menyebabkan penyakit pada hewan, manusia maupun tumbuhan. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif 21 Lampiran 7, h. 159. 22 Lampiran 7, h. 160. informing menginformasikan dan motif elicting menenjelaskan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 23 210 G : Selain Polio, apa lagi yang disebabkan oleh virus? 1 211 S : cacar 7a 212 S : hepatitis 7a 213 G : bisa jadi begini virus itu ditemukan, kemudian dikembangbiakan saya kurang mengetahui bagaimana caranya itu bagian mikro. Nanti diambil bagian yang beracun dari virus itu, diolah kemudian dimasukan kedalam tubuh racun yang sudah dilemahkan tadi itu namanya vaksin. Vaksin tersebut kemudian disuntikan namanya imunisasi kedalam tubuh kita sehingga tubuh kita sudah punya vaksin. Misalnya vaksin polio begitu terkena virus polio sudah ketahuan nih langsung dia serang. 1 214 S : cacar 9 215 G : sama dengan orang yang penyakit cacarkan, kalo dia sudah pernah kena cacar berarti dia sudah punya imunkan sudah ada bekasnyakan suatu saat kena cacar lagi antibodinya sudah kenal. Tapi yang belum pernah kena cacar, maka antibodinya tidak mengenali. 1 l. Guru menjelaskan replikasi virus Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap ini menjelaskan bagaimana proses replikasi virus berdasarkan gambar yang tertera pada slide power point dan video. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif elicting menenjelaskan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 24 225 G : dipakai, kan tadi kan dia mencari gambar fase replikasi virus 5a 226 Hening 11 227 G : inikan DNAnya ya jadi kalian membayangkan bagaimana orang mengebor mau mengecor, sama seperti cara virus mengebor inang. Jadi dengan mengebornya orang yang sedang mengecor itu Mirip sekali. Dia selubungnya hanya protein didalam DNA. Inikan inang yah, inangnya itu bisa berbagai macam mulai dari bakteri sampai kemanusia memperlihatkan video. Nah mengebor dia, terus dnanya masuk dan tersebar. Tidak virus hanya perlu untuk menitipkan dnanyasaja, inikan masuk fase merakit nih, dibentuk lagi kepala, ekor sama seperti dia sebelumnya namanya replikasi baru litik. Sudah nanti virus tersebut masuk lagi ke yang berikutnya jadi virus tidak punya selubung lagi ya sudah selesai. Bayangkan bakteri saja yang sangat keci bisa menghasilkan beberapa virus apa lagi kalau 23 Lampiran 7, h. 161 24 Lampiran 7, h.162 virus masuk ke dalam sel tubuh kita, yah. 1 m. Guru menutup kegiatan pembelajaran Pada tahap ini tindakan yang dilakukan oleh guru menjelaskan kegiatan pada pertemuan berikutnya serta mengabsen siswa. Tindak pedagogik yang dilakukan guru merupakan motif informing menginformasikan. Berikut cuplikan wacana yang terjadi: 25 247 G : besok tolong dipelajari lagi materi yang sudah diberikan dari kemarin, nanti saya berikan modulnya besok kita siap untuk ulangan. 2 248 S : kapan bu.? 9 249 S : iya bu kapan ? 9 250 G : tidak ada lagi hari yah? 3 251 S: habis lebaran saja buu 7a 252 G : ya udah, yang jelas kamu belajar saja dulu siap-siap. 2 253 G : siapa yang hadir hari ini? 1 Berdasarkan motif tindak pedagogik materi subjek menurut Siregar 26 pada proses belajar mengajar materi virus ini, tindak pedagogik yang dilakukan oleh guru lebih banyak melakukan tindak pedagogik berupa motif informing menginformasikan dimana guru hanya memberikan tambahan penjelasan dari apa yang telah didiskusikan oleh siswa. Beberapa motif elicting mengaitkan dan memberi penjelasan pada materi yang memerlukan penjelasan yang lebih mendalam, motif direting mengarahkan pada saat diskusi berlangsung dan terdapat pula motif boundary marking membatasi dimana guru membatasi pemberian informasi kepada siswa agar tidak keluar dari materi virus. 3. Pola Komunikasi Pola komunikasi yang terjadi dari interaksi verbal dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kooperatif pada konsep virus merupakan pola komunikasi banyak arah atau pola komunikasi transaksi. Menurut Sudjana pola komunikasi transaksi adalah komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi 25 Lampiran 7, h.164 26 Muhammad Halomoan, “Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Suhu Dan Kalor”, Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan, h. 20 dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. 27 Dimana terjadi komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan sesama siswa hal ini dapat terbuktikan dari teks dasar, lembar observasi guru dan siswa, dan catatan lapangan yang ada. Pola komunikasi ini membuat proses belajar mengajar menjadi lebih interaktif. 27 Pupuh Fatturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: strategi mewujudkan pembelajaran bermakna melalui, penanaman konsep umum konsep islami Bandung : PT Refika Aditama, 2010, h. 40 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan deskripsi data dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pemunculan frekuensi yang lebih dominan pada hubungan antar kategori menurut Verbal Interaction Catagory System VICS yaitu pada daerah T dengan frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya sebesar 44, 09. Hubungan dimensional yang sering muncul adalah 10- 10, yaitu pembelajar berbicara kepada pembelajar lainnya hal ini terlihat selama proses diskusi berlangsung. Peran guru dalam proses belajar mengajar materi virus ini hanya sebagai pemberi informasi dapat dilihat dari besarnya kemunculan daerah A hanya sebesar 11,81 dari seluruh interaksi yang terjadi di dalam kelas. Hal ini membuktikan terjadinya pembelajaran aktif dimana siswa terlibat penuh dalam proses belajar mengajar sedangkan guru sebagai fasilitator. 2. Selama interaksi verbal dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi pada konsep virus, tindak pedagogik yang dilakukan oleh guru lebih banyak berupa motif informing menginformasikan dimana guru hanya memberikan tambahan penjelasan dari apa yang telah didiskusikan oleh siswa. 3. Terdapat kesesuaian hasil interaksi verbal yang terjadi antara VICS menurut Flanders dengan tindak pedagogik menurut Siregar . Dimana pada VICS menurut Siregar proses diskusi mendominasi interaksi verbal yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung dengan peran guru sebagai pemberi informasi. Tindakan pedagogik yang banyak dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar berlangsung berupa motif informing menginfomasikan. 4. Pada interaksi kelas yang terjadi pada proses belajar mengajar materi virus menghasilkan pola komunikasi banyak arah atau pola komunikasi transaksi. Dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa selama proses belajar mengajar dan bagaimana pengaruh pendekatan kooperatif dengan metode diskusi terhadap hasil belajar siswa. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana interaksi yang terjadi pada siswa selama proses diskusi dan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan kooperatif dengan metode diskusi. 2. Dalam mentrasformasikan pedagogik materi subjek guru dapat guru dapat menggunakan metode pembelajaran aktif lainnya untuk kualitas interaksi belajar mengajar ke arah yang lebih optimal . DAFTAR PUSTAKA Adhytia, Tenny. 2005. “Analisis Interaksi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteks Pada Topik Kesetimbangan Kimia”. Skripsi Tidak Diterbitkan. Bandung: PPS Universitas Pendidikan Indonesia Arends, Richard I., Learning To Teach belajar untuk mengajar, ed. 7, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008 Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian, Cet. IX. Jakarta: Rineka Cipta, Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, Cakir, mustofa.. “Constructivist Approaches to Learning in Science Pedagogy: A literature Review ”. International Journal Of Environmental Sciens Education, vol 3, no 4, october 2008 Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-Teori Belajar Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. Derajat, Deden. “Analiss Keterampilan Pedagogik Guru Dalam Mengajarkan Topik Reaksi Reduksi Oksidasi”, Tesis tidak Diterbitkan. Bandung: PPS Universitas Pendidikan Indonesia Fatthurahman, Pupuh dan Sobry Sutikno.2010. Strategi Belajar Mengajar: strategi mewujudkan pembelajaran bermakna melalui, penanaman konsep umum konsep islami. Bandung : PT Refika Aditama. Hamalik, Oemar. 2005. proses belajar mengajar,.Jakarta: Bumi aksara. Herlanti Y, dkk. “ Kualitas Argumentasi Pada Diskusi Isu Sosiosiantifik Mikrobiologi Melalui Web Blog ”, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, h, 169 jurnal diakses pada tanggal 3 Januari 2013 dari httpjournal.unnesindex.phpjppi Ibayati, Yayat. 2002. “Analisis Strategi Mengajar Pada Topik Sistem Syaraf Di SMU: M Studi Deskriptif Terhadap Proses Belajar Mengajar Berdasarkan Pedagogik Materi –Subyej Pada Salah Satu SMU di Kota Bandung”. Tesis tidak Diterbitkan. Bandung: PPS Universitas Pendidikan Indonesia Isjoni. 2009. Cooperative Learning:Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok Bandung: Alfabeta. Javid, Solmaz Abdulrahimi, et.al. A Sudy On The State Of Teacher –Student Verbal Interactins During Teaching Process And Its Relationship With Academic Achievment Of Midlle School Students In Ardabil. International Research Journal of Applied and Basic Sciens, Vol 4 7 2013 K. Roestiyah N. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperaif Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Maesaroh, Siti. 2005. “Hiperteks Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur, Senyawa dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar”. Skripsi Tidak Diterbitkan. Bandung: PPS Universitas Pendidikan Indonesia. Pujuastuti Eko, dkk. “Kompetensi Profesional, Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa Tentang Proses Pembelajaran, Dan Kontribusinya Terhadap Hasil Pembelajaran IPA Di SMPMTS Kota Banjar Baru ”, Innovative Journal Of Curriculum And Educational Technology, h.23, jurnal diakses pada tanggal 22 juli 2013 dari http:journal.unnes.ac.idsjuindex.phpujet Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya. R, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM PRESS. Rosnita. Standar Pendidikan Untuk Calon Guru Sains: Pedagogik Materi Subjek Sebagai Sarana Pengembangan Pengetahuan Konten Pedagogik Calon Guru. Jurnal Cakrawala Kependidikan. Vol 9. No 2. September 2012 Roshayati, Fenny. “Model Observasi Dengan VICS Verbal Interaction Catagory System Sebagai Alternatif Instrumen Dalam Pelaksanaan Class Open Study”. Makalah disampaikan pada seminar nasional lesson study, 17 Juli 2010, h.80. Artikel diakses pada tanggal 15 September 2012 dari htth:prosiding.ikipppgrismg.ac.idindex.phpUMKPLA?SMLSpaper?view file45_15Sep_2012_22.36 Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Belajar Mengajar Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Siregar, Nelson. 1998. Penelitian Kelas: Teori, Metodologi Analisis.Bandung: IKIP Bandung Press Smart, Julie B. and Jeff C Marshal. Julie B. Smart And Jeff C. Marshass, “Interaction Between Classroom Discoure, Teahers, Questioning, And Student Cognitive Engagement In Middle School Science ”, Journal of