b. Mengajar Mengajar dalam bahasa Arab disebut taklim dan dalam bahasa Inggris
teaching itu kurang lebih sama dengan pendidikan yakni tarbiyah dalam bahasa Arab dam education dalam bahasa Inggris. Implikasinya ialah setiap kegiatan kependidikan
yang bersifat formal hendaknya dilakukan oleh pendidik profesional yang bertugas melaksanakan pembelajaran. Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses
penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa proses penyampaian ini sering juga dianggap sebagai proses transfer ilmu.
7
Menurut Arifin dalam Muhibbin mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan menyampaikan bahan pembelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi,
menguasai, dan mengembangakan bahan pelajaran. Sedangkan menurut Nasution dalam Muhibbinsyah mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkannya dengan terjadi proses belajar. Lingkungan meliputi guru, fasilitas belajar dan suasana proses belajar mengajar itu
terjadi.
8
Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap proses transfer
ilmu.
9
Mengajar ialah kegiatan transfer ilmu yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada siswa didiknya dengan mengggunakan empati dan strategi demi terciptanya
proses belajar mengajar. Dalam konteks pendidikan guru memiliki multi peran selanga melaksanakan pengajaran.
Menurut Hamalik ada enam kriteria dalam mengajar, yaitu:
10
1 Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa atau peserta didik
disekolah. Dalam hal ini mengajar dipandang sebagai bentuk persiapan
7
Muhibbin Syah, Op.cit, h. 177
8
Muhibbin Syah, Op.cit, h.179
9
Wina Snjaya, Strategi Belajar Mengajar Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006, h. 96
10
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi aksara, 2005, h.44
penyampaian pengetahuan dengan guru sebagai sumber informasi yang berlangsung dikelas
2 Mengajar adalah mewariskan budaya kepada generasi muda melalui lembaga
pendidikan sekolah. Implikasinya berupa pendidikan bertujuan membentuk manusia berbudaya melalui proses perwarisan suatu sumber budaya dengan
siswa sebagai yang merupakan generasi muada sebagai ahli warisnya. 3
Mengajar ialah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Implikasinya kepada pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan atau mengubah tingkah laku siswa. Dengan perkembangan tingkah laku siswa dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi seorang guru berkewajiban
menyediakan lingkungan yang serasi sadar aktifitas itu menuju kearah yang diinginkan. Dengan kata lain, guru bertindak selaku organisator belajar kepada
siswa. 4
Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada siswa. Dalam hal ini pemberian bimbingan menjadi kegiatan mengajar yang utama.
Siswa sendiri yang melakukan kegiatan belajar seperti mendengarkan ceramah, membeca buku, melihat demonstrasi, guru membantu siswa agar mampu
mengatasi kesulitan-kesulitannya sendiri. Peran guru sebagai counsellor. 5
Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai tuntutan masyarakat. Implikasinya sesuai dengan tujuan
pendidikan yangtelah ditentukan. Dimana pendidikan berlangsung dalam suasana kerja. Dengan siswa dipandang sebagai calon warga negara yang memiliki
potensi untuk bekerja. Guru sebagai pembimbing. 6
Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Implikasinya berupa mempersiapkan siswa untuk
kehidupan dalam bermasyarakat. Dimana kegiatan pengajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat, siswa ikut aktif tidak hanya dalam
belajar teori melainkan praktik dalam kehidupan nyata dan guru sebagai komunikator.
Keenam kriteria ini mengharapkan dalam suatu proses mengajar tiap-tiap siswa mampu mempersiapkan diri, ilmu dan tingkah laku sebagai bekal dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam hal ini guru memiliki berbagai peran ssebagai seorang pengajar.
2. Pendekatan Pembelajaran kooperatif
Pembelajar koperatif menurut Davidson and Worsham adalah pendekatan pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.
11
Pembelajaran kooperatifmenurut Johnson Johnson adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama
lain. Untuk mencapai tujuan kelompok didalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahani isi materi
pelajaran.
12
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar belakang
kemampuan berbeda. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi.
13
Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk
memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban temannya, serta kegiatan yang lain dengan tujuan mencapai prestasi tertinggi.
14
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting yaitu prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap
11
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2006, h.130.
12
Isjoni, Cooperative Learning:Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok Bandung: Alfabeta, 2009, h.17
13
Pembelajarann Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Matematika ”, Jurnal
Pendidikan Widyatama, Vol 4 No.4. Desember 2007, h. 40.
14
Zulfiani, Loc.cit, h. 130.
keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
15
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu kegiatan belajar mengajar yang bermanfaat dalam proses
belajar. Pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan jalan mengelompokan siswa dengan kemampuan beragam ke dalam beberapa kelompok kecil. Pembelajaran
kooperatif ini dapat dipandang sebagai suatu pendekatan pembelajaran pada materi biologi, dimana kegiatan pembelajaran biologi lebih menuntut siswa untuk
menemukan sendiri konsep belajar. Roger dan David mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat
dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royaong harus diterapkan, yaitu:
16
a. Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri
dan saling bekerja sama dalam kelompok. b.
Tanggung jawab perseorangan Seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas sedemikian
rupa agar setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk belajar dan mengembangkan kemampuan mereka masing-masing sebagai sumbang saran
dalam kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama. c.
Tatap muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi,
sehingga mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi antar pribadi.
15
Richard I. Arends. Learning to teach belajar untuk mengajar Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, h.5.
16
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperaif Learning Di Ruang-Ruang Kelas Jakarta: Grasindo, 2010, h. 31-35
d. Komunikasi antar angota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan keterampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan
dan berbicara. e.
Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif. Setiap siswa yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk
dapat memenuhi lima unsur tersebut karena dengan memenuhi kelima unsur tersebut siswa dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif peserta didik. Menurut Lungdren
dalam Isjoni keterampilan-keterampilan tersebut adalah sebagai berikut:
17
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi menggunakan kesepakatan, menghargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagi dalam tugas, berada
dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengajak orang lain untuk berpartisipasi, menyelesaikan tugas tepat waktu, menghargai
perbedaan individu. b.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukan penghargaan dan simpati,
mengungkapkan ketidaksetujuan
dengan cara
yang dapat
diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan,
mengorganisir, dan mengirangi ketegangan. c.
Keterampilan kooperatif tingkat tinggi
17
Isjoni, Cooperative Learning:Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok Bandung: Alfabeta, 2009, h.46-48
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan dengan benar, menetapkan tujuan, dam berkompromi.
Semua siswa yang terlibat dalam pambelajaran kooperatif diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan yang disebutkan di atas. Hal ini sangatlah
penting dikarenakan pendekatan pembelajaran kooperatif sangat bergantung pada keterampilan tersebut.
3. Metode Diskusi
Menurut Roestiyah metode diskusi adalah salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah. Didalam diskusi ini proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar informasi, pengalaman, pemecahan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak tidak ada yang
pasif sebagai pendengar saja.
18
Menurut Sudjana diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat
pengertian yang lebih jelas dan lebih teliti tentang suatu atau persiapan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat, melainkan
tiap orang diharapkan memberi sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali paham hasil pemikiran bersama.
19
Menurut Suryosubroto metode diskusi adalah suatu metode diskusi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para
siswa kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah.
20
Menurut Cross diskusi dikelas sangat efektif dalam
18
Roestiyah N, K, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta: Jakarta, 2008, cet.7, h.10 5.
19
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Sinar Baru Algensindo: Bandung, 2010, cet. 11, h.79.
20
Suryosubroto, Proses Belajar mengajar Disekolah, rineka cipta: jakarta, 2009, cet. 5, h. 16.