Sistem Kategori Interaksi Verbal

Tabel 2.2 Matrik hubungan Antar Kategori VICS Keterangan: Angka 1i sampai 12i dan 1j sampai 12j menunjukan kode-kode Kategori Verbal Interaction Category system VICS yang maknanya dapat dirujuk dari tabel VICS lihat tabel 2.1 sebelumnya. Misal angka 1, merupakan kode untuk guru menyajukan informasi atau pendapat, digunakan apabila pengajar menyajikan konten, fakta, opini, eksplanasi, dan pertanyaaan retorik. Huruf A sampai U merupakan label setiap daerah yang dibatasi garis-garis tebal, sesuai dengan jumlah huruf dari A sampai U, maka daerah-daerah yang ada pada matriks diatas terdiri dari 21 daerah. Dalam setiap daerah terdapat sejumlah sel daerah persegi panjang yang dibatasi garis putus-putus. Misalnya dalam daerah A terdapat sel x yang merupakan tempat diletakannya frekuensi pemunculan hubungan kategori 2i-1j 42 Dengan berpedoman kepada kategori-kategori VICS yang terdapat pada tabel 2.1 diatas maka pengertian daerah-daerah A-U yang terdapat dalam matriks hubungan antar kategori pada tabel 2.2 dapat dijelaskan sebagai berikut: 43 1. Daerah A = daerah inisiasi guru atau daerah informing, interaksi yang digambarkannya adalah interaksi satu arah, guru menginformasikan dan 42 Muhammad Halomoan, “Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan guru dalam proses belajar mengajar suhu dan kalor ”, Tesis pada Passcasarjana UPI Bandung, Bandung , 2000, h. 45, Tidak Diterbitkan. 43 Muhammad Halomoan, Ibid, h. 47-49, Tidak Diterbitkan. 1 2 3 4 5a 5b 5c 6a 6b 6c 7a 7b 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5a 5b 5c 6a 6b 6c 7a 7b 8 9 10 11 12 K L M N O I Dime ns i Pe ngajar Dime ns i Pe mbe lajar B J S T D im en si Pe ng aja r D im en si Pe m be la ja r A D C E F G H P Q R U siswa mendengarkan. Jika daerah ini menunjukan frekuensi tinggi dibandingkan daerah lainnya maka hal itu mengindikasikan bahwa guru mendominasi pembelajaran. 2. Daerah B = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima atau menolak pendapat, perilaku, perasaan siswa yang direspon guru dengan pemberian informasi, perintah atau pertsnyssn kepada siswa. 3. Daerah C = daerah yang menggambarkan bagaimana siswa siswa memberikan aksi berupa jawaban atau pendapat yang direspon guru dengan pemberian informasi, perintah, atau pertanyaan. 4. Daerah D = daerah yang menggambarkan bagaimana guru memberikan aksi berupa penyajian informasi, arahan, atau pertanyaan yang direspon guru dengan menerima pendapat atau menolak pendapat siswa. 5. Daerah E, G, L, Q = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima respon, ide atau perilaku siswa. Jika frekuensi daerah-daerah ini tinggi maka hal itu mengindikasikan bahwa guru memberikan dorongan yang memadai untuk meningkatkan inisiasi siswa. 6. Daerah F = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menolak pendapat atau perilaku siswa kemudian menerimanya. 7. Daerah H = daerah yang menggambarkan bagaimana guru menerima pendapat atau perilaku siswa kemudian menolaknya. 8. Daerah I, J, M, dan R = daerah yang menggambarkan sejauh mana guru menolak pendapat dan perilaku siswa. Jika frekuensi daerah-daerah yang tinggi. Hal itu menggambarkan bahwa guru kurang mendorong siswa untuk berinisiasi. 9. Daerah N, O, S, dan T = daerah inisiasi siswa, jika frekuensi daerah- daerah ini tinggi maka hal itu menggambarkan terjadinya diskusi antar sesama siswa. 10. Daerah K = daerah yang menggambarkan siswa memberi jawaban- jawaban respon terhadap pertanyaan-pertanyaan atau informasi guru. 11. Daerah P = daerah yang menggambarkan siswa mengambil inisiatif untuk mengajukan pendapat atau bertanya kepada guru. 12. Daerah U = daerah yang menggambarkan keadaan kelas diam senyap atau terjadi keributan atau kejadian-kejadian lain yang tidak direncanakan sebelumnya.

B. Hasil Penelitian Relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkaitan tentang interaksi kelas dalam proses belajar mengajar, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Siti Maesaroh dengan judul “Hiperteks Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur, Senyawa Dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar” hasil penelitiannya frekuensi interaksi terlihat lebih banyak pada daerah K dan terjadi pola komunikasi dia arah antara murid dan guru. 44 Penelitian relavan lainnya skripsi Tenny Adhytia dengan judul “Analisis Interaksi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteks Pada Topik Kesetimbangan Kimia ” dengan hasil penelitiannya berdasarkan profil distribusi interaksi yang terjadi selama pengajaran, respon atau jawaban siswa terhadap pertanyaan atau informasi cukup tinggi, sedangkan hubungan kategori yang tertinggi berupa aksi dari guru dengan memberikan pertanyaan sempit yang direspon oleh siswa dengan memberikan jawaban yang dapat diprediksi oleh guru yaitu hubungan antar ketegori 3-7a. Namun upaya guru untuk membangun interaksi dengan mengajukan pertanyaan yang cukup banyak tidak diimbangi oleh inisiatif siswa untuk 44 Siti Maesaroh, “Hiperteks Argumentatif Untuk Pembelajaran Kilia SMP Pada Topik Unsur, Senyawa dan Campuran: Analisis Interaksi Kelas Dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar ”, Skripsi pada Sarjana UPI Bandung, Bandung, 2005, Tidak Diterbitkan bertanya atau mengajukan pendapat kurang memadai. Pada penelitian ini pola komunikasi yang terjadi dua arah. 45 Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad halomoan dengan judul “ Analisis Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Suhu Dan Kalor” didapatkan hasil penelitian pola komunikasi dua arah dengan indikasi kriteria teachable dan accessible guru menerapkan wawasan pedagogik materi subjek. 46

C. Kerangka Pikir

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu berdasarkan pengalaman kearah yang lebih baik. Proses belajar itu sendiri melalui berbagai macam fase-fase dimana siswa dapat memperoleh, menyimpan dan mengelola serta dapat mengungkapkan kembai informasi yang telah didapat. Dalam proses mengajar guru berperan sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi ajar yang dibutuhkan oleh siswa. Pada proses belajar mengajar dikelas terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Interaksi yang terjadi ini membentuk suatu gambaran pola komunikasi yang dapat berupa pola komunikasi satu arah dimana interaksi yang terjadi dialam kelas hanya didominasi oleh guru. Komunikasi dua arah merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa yang relatif sama banyak. Ketiga merupakan bentuk komunikasi multi arah yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pola komunikasi multi arah ini dapat sijumpai salah satunya pada pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi. 45 Tenny Adhytia, “Analisis Interaksi Kelas Dalam Pembelajaran Yang Menerapkan Hiperteks Pada Topik Kesetimbangan Kimia” Skripsi pada Sarjana UPI Bandung, Bandung, 2005, Tidak Diterbitkan 46 Muhammad Halomoan, “Analiss Interaksi Kelas Dan Pertanyaan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Suhu Dan Kalor”, Tesis pada PPS UPI, Bandung : tidak Diterbitkan Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran aktif yang melibatkan siswa dalam kegiatan berkelompok dimana terjadi hubungan saling ketergantungan positif antar siswa. dimana siswa didorong untuk bekerjasama dan memahami suatu pembelajaranuntuk mencari ketuntasan materi yang telah ditentukan oleh guru. Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi yang dilakukan beberapa siswa untuk mencari suatu jawabab atau pemencahan masalah yang dilakukan bersama-sama. Dalam metode ini siswa dilibatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Selain itu metode ini juga mampu menumbuhkan dammengembangkan cara berfikr siswa. Pedagogik materi subjek merupakan hubungan yang terjadi dalam proses belajar mengajar tidak hanya antara guru dengan siswa, melainkan adanya peran dari materi ajar. Verbal Interaction Catagory System VICS yang diupayakan oleh Flanders berfungsi untuk penentuan karakteristik interaksi antara guru dengan siswa. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah MAN 4 Jakarta, yang beralamat di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 20122013, yakni pada tanggal 6 Agustus 2012.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dijadikan permasalahan. 1 Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA 1, yang berjumlah 33 orang.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 2 Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah interaksi verbal yang berlangsung selama proses belajar mengajar pada materi virus. 1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, Cet. IX, h. 88. 2 Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 234.