Hubungan pengelolaan kelas dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMK al-Kaustsar Jakarta selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I).

Disusun Oleh: Syifa Fauziah (106011000196)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIHIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

HUBUNGAN PENGELOLAAN KELAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI

DI SMK AL KAUTSAR JAKARTA SELATAN

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh

Syifa Fauziah 106011000196

Di bawah Bimbingan Dosen Pembimbing

Drs. H. Masan AF. M. Dd NIP 1951071681031004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M


(3)

Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggal 26 November 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Ciputat, 26 November 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) Tanggal TandaTangan

Bahrissalim, M.Ag

NIP: 19680307 199803 1 002 ………. ………

Sekretaris Jurusan PAI

Drs. Sapiudin, M.Ag

NIP: 19670328 20003 1 001 ………. ………

Penguji I

Drs. H. Aminudin Yakub, M.Ag

NIP: 19710214 199703 1 001 ………. ………

Penguji II

Dr. H. Siti Salmiah, M.A ………. ………

NIP: 150020004

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof.Dr. Dede Rosyada, MA


(4)

NIM : 106011000196 Jurusan/ Prodi : PAI

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Univeristas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 November 2010 Penulis


(5)

Pengelolaan Kelas Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI di

SMK AL KAUTSAR” yang disusun oleh Syifa Fauziah NIM 106011000196

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal

Jakarta, 24 November 2010

Drs. H. Masan AF, MPd NIP 1951071681031004


(6)

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮﻟاﻦﻤﺣﺮﻟاﷲاﻢﺴﺑ

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang maha pengasih dan penyayang, yang telah memberikan nikmat kepada hambanya. Berkat rahmat, taufik, dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.

Karya tulis yang berjudul hubungan antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI di SMK AL KAUTSAR, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S. Pd.I).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahri Salim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Drs. Sapiudin, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Drs. H. Masan AF, MPd., Dosen Pembimbing skripsi yang tulus memberikan segala waktu, tenaga, dan kesabaran dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.


(7)

5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Hetty Noviyanti, S. TP, selaku kepala SMK AL Kautsar Kebayoran Baru Jakarta Selatan serta personil SMK (dewan guru, pegawai tata usaha, dan siswa) yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian di SMK tersebut dan memberikan bantuan di dalam pelaksanaan penelitian.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Nasional RI yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan referensi skripsi dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Keluarga penulis, Bpk. H. Mursidi (ALM) dan Ibu Hj. Maimunah, serta kakak Nurul Alfiah dengan segala perhatian, bimbingan, dorongan dan cinta kasih sayangnya dalam mendidik dan mengasuh penulis sehingga dapat menempuh jenjang pendidikan tinggi dengan baik. Semoga segala jasa dan upaya yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan diterima di sisi Allah SWT., amin. 9. Sahabat-sahabat (Ani, Wiwi, Putri, Yuli, Sofi) yang selalu menghiasi hari-hari

penulis dengan kebersamaan, keceriaan, dan kebahagiaan

10.Teman-teman Mahsiswa FITK angkatan 2006 khususnya mahasiswa PAI kelas E yang telah memberikan semangat, dukungan, dan kontribusinya dalam penyelasaian skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya berdo’a semoga bantuan mereka semua menjadi amal ibadah yang mendapat balasan dari Allah SWT. Setelah Penulis berusaha dan berdo’a.

Jakarta, 3 November 2010

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI………...……… iv

DAFTAR TABEL……….. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah……….. 6

C. Pembatasan Masalah………. 7

D. Perumusan Masalah……….. 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 7

BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengelolaan Kelas……….. 8

1. Pengertian Pengelolaan Kelas……….. 8

2. Masalah Pengelolaan Kelas……….13

3. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas……….15

4. Aspek-aspek Pengelolaan Kelas………. 16

5. Tujuan Pengelolaan Kelas……….. 19

6. Keterampilan Pengelolaan Kelas……… 20

B. Prestasi Belajar Siswa………... 22

1. Pengertian Belajar……… 22

2. Pengertian Prestasi Belajar………. 23

3. Prestasi Belajar Tingkat Sekolah………. 24

4. Prestasi Belajar Sebagai Alat Motivasi………... 26

5. Teori Transfer Hasil Belajar………. 26


(9)

6. Alat Penilaian Keberhasilan Belajar Mengajar……… 27

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar………. 27

C. Pembelajaran PAI………. 28

1. Pengertian pembelajaran PAI………. 28

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam………... 30

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam……… 31

4. Tujuan pendidikan agama Islam………. 32

D. Kerangka Berpikir………... 32

G. Hipotesis... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 34

B. Metode Penelitian……… 34

C. Populasi dan Sample……… 35

D. Tekhnik Pengumpulan Data……… 35

E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian………. 36

F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data………... 38

G. Hipotesis Statistik……… 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan AL KAUTSAR…….. 41

1. Sejarah Berdirinya SMK AL KAUTSAR………. 41

2. Visi dan Misi SMK AL KAUTSAR………. 42

3. Kegiatan-kegiatan SMK ALKUATSAR……….. 43

4. Sarana dan Prasarana……… 43

5. Struktur Organisasi………... 46

6. Kondisi Guru, Siswa dan Karyawan………... 47

B. Deskripsi Data……….. 49

C. Analisis dan Interpretasi Data……….. 71


(10)

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 73

B. Saran……… 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

Tabel 1 Kisi-kisi Instrument Pengelolaan Kelas………... 36

Table 2 Interpretasi Data………... 39

Table 3 Kegiatan-kegiatan SMK AL Kautsar……….... 43

Tabel 4 Sumber Belajar……….. 44

Table 5 Ruang Penunjang………... 45

Table 6 Daftar Nama-nama Guru SMK AL Kautsar………... 47

Tabel 7 Jumlah Siswa-siswi SMK AL KAUTSAR……… 48

Tabel 8 Ketika Pelajaran PAI Sering Terjadi Keributan………... 50

Tabel 9 Memperhatikan Guru PAI Ketika Menjelaskan... 50

Tabel 10 Merasa Resah Belajar PAI Karena Kelas Mereaksi Negatif………. 51

Tabel 11 Membuat Kelas Menjadi Nyaman Untuk Belajar………. 52

Tabel 12 Guru PAI Melupakan Keindahan Kelas.………... 52

Tabel 13 Tumbuh Perasaan Negatif Diantara Siswa……… 53

Tabel 14 Guru PAI Mengadakan Variasi Pembagian Tempat Duduk Siswa…….. 53

Tabel 15 Guru PAI Menguasai Materi dan Mempunyai Persiapan Mengajar……. 54

Tabel 16 Organisasi Siswa Memberikan Kesempatan Menjadi Pemimpin Kelas……….. 55

Tabel 17 Organisasi Siswa Menciptakan Ketertiban Kelas………. 55

Table 18 Organisasi Siswa Membantu Kelancaran KBM……… 56

Tabel 19 Memerintahkan Membuang Sampah yang Ada dikolong Meja………….57

Tabel 20 Memprioritaskan Pelajaran Tambahan Kepada Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar………... 57

Tabel 21 Guru PAI Selalu Memberikan Tugas………... 58

Tabel 22 Memprioritaskan Siswa yang Memakai Kaca Mata dan Mempunyai Postur Tubuh Kecil ………... 59

Tabel 23 Berusaha Melibatkan Siswa Untuk Aktif Dalam KBM…………... 59


(12)

viii

Tabel 25 Memberikan Hukuman di Depan Siswa Lain………... 61

Tabel 26 Membuat Kelas Menjadi nyaman dan Penuh Tantangan………. 61

Tabel 27 Menggunakan Media yang Menunjang Pembelajaran Kondusif………... 62

Tabel 28 Menciptakan Hubungan Harmonis antara Siswa Dengan Guru…... 63

Tabel 29 Membuat Kelas Menjadi Hangat……….. 64

Tabel 30 Siswa Diikutsertakan Dalam Pengelolaan Kelas ………... 64

Tabel 31 Menggunakan Lebih Dari Dua Tekhnik Mengajar………... 65

Tabel 32 Memberikan Contoh Sehingga Mudah Dipahami………... 66


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara berkembang, di mana pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting bagi perkembangan Negara Indonesia ini. Betapa tidak karena pendidikan merupakan salah satu kunci bagi kemajuan bangsa dan Negara.

Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai posisi yang strategis dalam proses pembangunan nasional dan sebagai sarana penting dalam memperlancar dan menyukseskan program pembangunan, karena pendidikan bukan hanya berfungsi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, akan tetapi juga ikut membentuk watak dan sikap manusia Indonesia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertulis dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, antara lain:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

1

UU Sisdiknas, Sistem Pendidikan Nasional 2003, UU RI No. 20 tahun 2003, ( Jakarta: Sinar Grafindo, 2006 ), cet 3, h. 5-6


(14)

Oleh karena itu, sekolah merupakan salah satu tempat di mana anak di didik. Sekolah juga merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu keluarga, khususnya para orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Sekolah tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga sikap, nilai, dan keterampilan kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Semua fungsi dari sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik. Kelemahan pada salah satu komponen akan berpengaruh pada jalannya sistem itu sendiri.

Salah satu bagian dari sistem sekolah adalah guru. “Guru merupakan seorang pendidik profesional, yang telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua”.2 Hal ini mencerminkan bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan tanggung jawabnya kepada sembarang guru dan sekolah. Karena guru merupakan jabatan profesional yang memerlukan keahlian khusus, maka pekerjaan guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak mempunyai keahlian dalam mengajar.

Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu mengarahkan dan membimbing peserta didik, selain itu, guru juga dituntut untuk mengelola kelas dengan baik agar tercipta suasana kelas yang hangat, karena tanpa disadari bahwa menciptakan kelas menjadi hangat dan kondusif akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan prestasi belajar siswa. Hal ini karena pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan, maka orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan, antara lain:

1. Persyaratan fisik, artinya sehat jasmani dan tidak memiliki penyakit yang berbahaya dan menular yang menggangu kelancaran tugasnya di muka umum.

2. Persyaratan psikis, ia harus sehat rohani, tidak mengalami gangguan kelainan jiwa, memiliki bakat dan minat keguruan.

3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan, mencintai dan mengabdi dedikasinya pada tugas jabatannya.


(15)

4. Persyaratan moral, memiliki sifat dan budi pekerti yang luhur.

5. Persyaratan intelektual atau akademis yaitu mengenai pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberi bekal untuk menunaikan tugas sebagai pendidik formal. Jelasnya guru yang memberi hak dan wewenang menjadi guru yang mengajar di muka kelas.3

Namun pada kenyataannya masih ada orang yang memaksakan diri menjadi guru, walaupun dipandang dari sudut pedagogik ia mampu, namun pada kenyataannya ia tidak mempunyai ilmu dalam membimbing ana didik. Dalam artian ia tidak dipersiapkan untuk itu. Hal ini disebabkan oleh pandangan masyarakat bahwa siapapun bisa menjadi guru asalkan berpengetahuan. Keadaan seperti inilah yang mengakibatkan rendahnya tingkat kompetensi guru.

Oleh karena itu, kompetensi guru harus lebih ditingkatkan lagi. Kompetensi merupakan kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Adapun kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai pendidik profesional menurut Depdikbud antara lain:

A. Menguasai bahan pelajaran

B. Mengelola program belajar mengajar C. Mengelola kelas

D. Menggunakan media dan sumber pembelajaran E. Menguasai landasan-landasan kependidikan F. Mengelola interaksi belajar mengajar G. Menilai prestasi belajar siswa

H. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan I. Pengenalan dan penyelenggaraan admistrasi sekolah

J. Memahami prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.4

Salah satu poin yang disebutkan di atas adalah bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, yang dimaksud dengan mengelola kelas adalah “Keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar

3 Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993 ), cet. 5, h. 9-10

4 Djam’an Satori, dkk, Materi Pokok Profesi Keguruan, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2007 ), cet. 4, h. 24


(16)

mengajar”.5 Dengan kata lain, bahwa dalam pengelolaan kelas terdapat kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Contohnya, menghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas, atau penetapan norma kelompok yang produktif. Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai apabila guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengembalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Selain itu juga mempererat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik. Hal ini merupakan syarat bagi keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Dengan adanya pengelolaan kelas yang baik, maka siswa dapat belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan serta dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Pengelolaan kelas yang baik juga dapat menciptakan proses kegiatan belajar mengajar yang tidak membosankan.

Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa kelas merupakan suatu lingkungan belajar yang diciptakan berdasarkan kesadaran kolektif dari suatu komunitas siswa yang relatif memiliki tujuan yang sama. Kesamaan tujuan merupakan kekuatan potensial pengelolaan kelas dan aktualitasnya adalah proses pembelajaran yang akseptabel.

Dalam pengelolaan kelas meliputi dua hal, antara lain: a.Pengelolaan yang menyangkut siswa

b.Pengelolaan fisik (ruangan, perabot, dan alat pelajaran)

Dikatakan kelas yang tertib ialah kelas yang dimana setiap anak didik terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.6

Pengelolaan kelas sesungguhnya merupakan bagian dari tugas penting yang harus dilakukan oleh guru, pada setiap kali mengajar. Setiap guru masuk ke dalam

5

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006 ), cet. 3, h. 173

6

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,


(17)

kelas, sesungguhnya ia menghadapi dua masalah yang saling berkaitan, antara lain:

a) Masalah yang berkaitan dengan kesuksesan dalam memimpin proses pembelajaran dan mengantarkan para siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan

b) Masalah yang berkaitan dengan penciptaan keadaan kelas yang mendukung berjalannya kegiatan belajar mengajar secara tertib.7

Penciptaan kelas yang demikian itu sangat terkait erat dengan upaya mengendalikan, menguasai, menertibkan, mengatur, dan menciptakan kondisi kelas yang tertib, aman, dan damai.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita ialah masalah lemahnya Proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang di ingatnya itu, untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.8

Dengan adanya masalah yang dihadapi dunia pendidikan, maka pendidikan di Indonesia berusaha keluar dari masalah tersebut. Dengan cara mengganti tenaga pengajar yang kurang profesional, mengubah proses pembelajaran yang yang menekankan pada penghapalan, yang dapat mengakibatkan lemahnya pemahaman ilmu peserta didik, sebaiknya diganti dengan proses pembelajaran yang aktif dan tidak membosankan yaitu dengan menggunakan metode pengajaran yang pariatif, dan tentu harus adanya pengelolaan kelas. Dengan demikian akan timbul interaksi antara murid dengan murid, bahkan guru dengan murid. Dengan ini semua akan tercipta kondisi belajar yang kondusif.

Dari penjelasan di atas maka seorang guru harus pandai mengelola kelas dan juga mengelola proses pembelajaran, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif, aktif, inofatif, kreatif, dan menyenangkan.

Atas dasar sumber bacaan dan pemikiran penulis tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil permasalahan mengenai “Hubungan Pengelolaan

7

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2009 ), cet. 1, h. 340-341

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2006 ), cet. 1, h. 1


(18)

Kelas Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI di SMK AL KAUTSAR.”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Banyaknya guru yang kurang mengindahkan pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI

2. Belum bayaknya guru dalam melihat pentingnya pengelolaan kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran PAI 3. Kurangnya keterampilan guru dalam pengelolaan kelas yang efektif. 4. Kurangnya penggunaan media dan alat pembelajaran oleh guru

5. Rendahnya kompetensi guru dalam melaksanakan pengelolaan kelas terhadap peningkatkan prestasi belajar siswa

6. Banyaknya siswa yang belum mendapatkan perhatian yang sama dalam pembelajaran PAI.

C.

Pembatasan Masalah

Karena pembahasan ini cukup luas, maka penulis membatasi penelitian ini pada dua aspek yaitu: tentang pengelolaan kelas dan prestasi belajar siswa kelas II SMK khususnya pada pembelajaran PAI

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah yang diteliti sebagai berikut:

Seberapa besar hubungan antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI ?

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian tersebut adalah:


(19)

B. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI

C. Untuk mengetahui hubungan antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI

2. Manfaat dari penelitian tersebut adalah:

A. Bagi sekolah, agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI dengan dilaksanakannya pengelolaan kelas. Sehingga menghasilkan para pelajar yang berkompeten dalam iptek maupun imtaq B. Bagi penulis, agar dapat menambah wawasan mengenai data pengelolaan

kelas yang baik, sehingga penulis mengetahui betapa pentingnya peranan pengelolaan kelas dalam memajukan prestasi belajar siswa.

C. Bagi guru, agar lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar dalam menciptakan kelas yang kondusif dan optimal. Sehingga tencipta pembelajaran PAI yang menyenangkan dan tidak membonsankan, dan siswa dapat belajar dengan nyaman dan senang.


(20)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengelolaan Kelas

1. Definisi Pengelolaan Kelas

Kelas adalah suatu ruangan sebagai tempat terjadinya proses interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, suasana kelas yang baik dan serasi adalah kelas yang dapat menyediakan kondisi belajar yang kondusif. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mengelola kelas agar tercipta proses interaksi belajar mengajar yang kondusif.

Dengan demikian guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas dan peranan, merencanakan, dan mempersiapkan pembelajaran agar tujuan dan kegiatan tersebut akan lebih terarah dan berhasil.

Menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan melaksanakan proses belajar di mana terjadinya interaksi antara guru dan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran.

Proses belajar mengajar di dalam kelas hakikatnya akan melibatkan semua unsur yang ada di dalam sekolah yang bersangkutan, akan tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut:

a. Guru sebagai pendidik b. Murid sebagai yang dididik c. Alat-alat pengajaran yang dipakai


(21)

d. Situasi dalam lingkungan kelas1

Dengan demikian usaha guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif akan terwujud apabila guru mengetahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang agar terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, disamping itu juga guru harus mampu dalam mengelola masalah-masalah yang diperkirakan, dan biasanya timbul dan dapat merusak suasana belajar mengajar, menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas, dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan tersebut dapat digunakan.

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan apabila kelas dapat diciptakan dengan optimal sehingga menguntungkan dan menunjang kelancaran proses belajar mengajar. “Dengan demikian pengelolaan meliputi banyak kegiatan dan semuanya itu bersama-sama menghasilkan suatu hasil akhir, yang memberikan informasi bagi penyempurnaan kegiatan”.2

Menurut Suharsimi Arikunto (1988), bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Pengertian di atas menunjukkan adanya beberapa variabel yang perlu dikelola secara sinergik, terpadu, dan sistemik oleh guru, antara lain:

a. ruang kelas, menunjukkan batasan lingkungan belajar.

b. usaha guru, tuntutan adanya dinamika kegiatan guru dalam mensiasati segala kemungkinan yang terjadi dalam lingkungan belajar.

c. kondisi belajar, merupakan batasan aktivitas yang harus diwujudkan. d. belajar yang optimal, merupakan ukuran kualitas proses yang

mendorong mutu sebuah produk belajar.3

Selain pengertian pengelolaan kelas di atas, “pengertian lain dari pengelolaan kelas adalah segala sesuatu yang dilakukan guru agar anak didik berpatisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar, bagaimanapun cara dan

1

Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996 ), cet. 1, h. 63

2

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), cet.1, h. 7-8

3

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Pemahaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung: Refika Aditama, 2007 ), cet. 1, h. 103


(22)

bentuknya.”4 Dengan demikian pengelolaan kelas terdapat berbagai usaha yang mencakup mengatur jadwal penggunaan kelas, sarana prasarana, dan menertibkan perilaku siswa.

Sedangkan arti dari kelas itu sendiri menurut H Hadari Nawawi,

Memiliki dua arti sebagai berikut:

a) Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar.

b) Kelas dalam arti luas kelas yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik kelas ialah suatu kelompok orang-orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari seorang guru.5

Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu sama. Oleh karena itu, kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental dan emosional anak didik. Dari berbagai pengertian pengelolaan kelas di atas, maka “pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran”.6

Jadi sangat jelas bahwa tugas utama guru adalah menciptakan suasana belajar yang kondusif di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik.

Dengan demikian siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan, dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar.

4

Anwar Jasin, Pengelolaan Kelas, ( Jakarta: Grasindo, 1996 ), cet. 2, h. 8

5

Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991 ), h. 310-311

6

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. 1, h. 174


(23)

Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.

Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi:

(a) tujuan pengajaran,

(b) pengaturan penggunaan waktu yang tersedia (c) pengaturan ruangan dan perabot pelajaran di kelas (d) serta pengelompokan siswa dalam belajar.7

Penguasaan kelas, merupakan masalah bagi para guru di kota-kota besar yang menghadapi siswa dengan keragaman latar belakang sosiokultural keluarga, serta perubahan-perubahan wordview pada anak-anak yang sangat kaya dengan informasi. Di era demokratisasi saat ini, kekuatan guru bukan pada posisi sebagai penguasa kelas, tetapi pada kecakapan, kemampuan, keilmuan serta pada kemampuan mereka dalam mengelola kelas sehingga siap untuk belajar secara efektif.

Guru tidak lagi bisa menggunakan kemampuan memarahi siswa untuk menjaga wibawa, karena tidak semua siswa memiliki kultur marah atau dimarahi oleh orangtuanya dirumah, sehingga jika ada guru marah dia akan kecewa, dan tidak bisa belajar dengan efektif. Dengan itu semua guru harus cerdas, menguasai bahan ajar dengan baik, selalu tampil energik, ceria dan optimis, sehingga senantiasa menarik bagi siswa untuk belajar dengannya.

Ada delapan langkah yang harus dilakukan guru agar mampu menguasai dan mengelola kelas dengan baik (Hunt, 1999: 158-164), yaitu:

a. Persiapan yang cermat

b. Tetap menjaga dan terus mengembangkan rutinitas c. Bersikap tenang dan penuh percaya diri

d. Bertindak dan bersikap professional

e. Mampu mengenali perilaku yang tidak tepat f. Menghindari langkah mundur

g. Berkomunikasi dengan orangtua siswa secara efektif h. Menjaga kemungkinan munculnya masalah8

7

Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, ( Jakarta: Gramedia, 1985 ), h. 63-64


(24)

Dengan demikian para ahli mempunyai rumusan yang berbeda mengenai pengertian pengelolaan kelas. Antara lain: Suharsimi Arikanto menyatakan “pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”.9 Oemar Hamalik Menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “pengelolaan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru”.10 Sudirman menyatakan bahwa “pengelolaan kelas adalah suatu upaya dalam mendayagunakan potensi kelas”.11 Made Pidarta bahwa “pengelolaan kelas adalah kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif, dan terarah dengan menggunakan kelas sebagai sarana utamanya”.12

Peran dan keterampilan guru sangat dibutuhkan dalam penciptaan kondisi belajar yang optimal. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru agar dapat terhindar dari kondisi yang mengganggu dalam proses belajar mengajar, dan kembali kepada kondisi yang optimal, apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas.

Dari beberapa pengertian pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh beberapa pakar, maka penulis menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan bagian dari upaya guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan menciptakan kondisi kelas yang optimal yang dapat memungkinkan siswa belajar dengan aktif dan kondusif agar apa yang menjadi tujuan pengajaran dapat tercapai.

8

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Pelibatan Mayarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2004 ), cet 1, h. 182-183

9

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990 ), cet. 1, hlm. 2

10

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru, 1991 ), hlm. 311

11

Sudirman, Ilmu Pendidikan, ( Bandung: Rosdakarya, 199 ), hlm. 310

12


(25)

2. Masalah Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan kelompok. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.

Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan enam (6) kategori

masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, antara lain: A. Kelas kurang kohesip.

B. Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya.

C. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok

D. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.

E. Semangat kerja rendah.

F. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.13

Tingkah laku anak didik bervariasi. Variasi tersebut merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Menurut Made

Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan

perilaku anak didik ialah:

a. Kurangnya kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin.

b. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.

c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok yang kurang pandai.

d. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.

e. Mudah bereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya

f. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.

g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas- tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.

13


(26)

Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebab itu adalah:

a) Pengelompokkan (pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan menjadi sumber negatif, penolakan, atau apatis

b) Karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.

c) Kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru, sering juga membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.14

Sedangkan beberapa sumber masalah yang datangnya dari pihak guru misalnya, karena pikiran guru yang sedang kalut, banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan oleh guru dalam waktu yang bersamaan, daya introspeksi yang lemah terhadap penampilan fisik, gaya mengajar dan pengendalian emosi.

Rentetan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan kelas merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan. Bahkan terus berkembang dengan semakin rumit, pariatif, dan kompleks. Oleh karena itu, khusus untuk melakukan refleksi atas perbuatan guru, masing-masing guru bisa membuat daftar penemuan masalah pengelolaan kelas. Kemudian dijadikan bahan diskusi kelas untuk dicari solusi dan pemecahan masalahnya.15

3. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Di dalam pengelolaan kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru, antara lain pendekatan kekuasaan, kebebasan, keseimbangan peran, pengajaran, emosi dan sosial, dan proses kelompok. Berbagai pendekatan ini muncul, karena pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai factor.

14

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, h. 173

15

Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, h. 109


(27)

Hal ini terjadi, karena pengelolaan kelas yang dilakukan dengan berbagai pendekatan apapun, pada intinya ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegitan belajar mengajar, baik secara individual maupun secara berkelompok. “Di dalam pengelolaan kelas terdapat hubungan, perintah, interaksi dan lainnya antara guru dan murid, dan antara murid, dan antara masyarakat dan guru”.16 Pengelolaan kelas dengan berbagai macam pendekatan tersebut lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. pendekatan kekuasaan

Ciri utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturan yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.

b. pendekatan kebebasan

Pengelolaan kelas bukan membiarkan anak belajar dengan laissez-faire, tetapi memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.

c. pendekatan keseimbangan peran

Pendekatan ini dilakukan dengan memberi seperangkat aturan yang disepakati guru dan murid. Isi aturan berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas dan aturan yang boleh atau tidak boleh dilakukan murid selama belajar.17

d. Pendekatan pengajaran

Pendekatan ini menghendaki guru dapat menyajikan pengajaran yang menarik dan relevan, menjalankan alaur kegiatan yang efektif.

e. pendekatan suasana emosi dan social

Menurut pendekatan ini guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya dalam waktu tertentu dan membebaskan

16

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2009 ), cet 1, h. 342

17

Pupuh Fathurrahman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, h. 105


(28)

peserta didik untuk menjadi manusia yang berani memilih sesuatu yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

f. pendekatan kelompok

Pendekatan ini dimaksudkan untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem social. Dalam kaitan ini guru bertindak sebagai orang yang mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok ini dapat berjalan secara efektif..18

4. Aspek-aspek Pengelolaan Kelas

Kelas pada hakikatnya berkenaan dengan tata cara mengatur proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas agar berjalan lancar. Kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam pengelolaan kelas, antara lain: a. Penataan siswa, b. penataan ruang dan alat pengajaran, c. Menciptakan disiplin kelas.

A. Penataan siswa di dalam kelas

a. organisasi murid

Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu dibentuk adanya organisasi kelas. Organisasi kelas ini dibentuk dengan tujuan dapat mendidik peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikannya. Organisasi ini dapat membantu guru dalam kelancaran pembelajaran. Organisasi kelas meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara, sekretaris, dan beberapa seksi-seksi sesuai keperluan.

Pengelolaan kelas pada hakikatnya berkenaan dengan “Bagaimana caranya agar proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas berjalan lancar, efektif, dan efisien”. Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya proses pengajaran sedapat mungkin dihindari, paling tidak dikurangi, dan hal-hal yang dapat menunjang kelancaran proses pengajaran dapat dipertahankan dan bahkan dikembangkan.

Pengorganisasian murid ini, apabila dikelola dengan baik, mempunyai dua fungsi sekaligus sebagai berikut:

18


(29)

a) Fungsi Pertama ialah melatih siswa dalam berorganisasi. Kegiatan ini sangat baik untuk menanamkan sikap demokratis, rasa tanggung jawab, memupuk kerja sama, dan sikap toleransi di antara para siswa. b) Fungsi yang kedua ialah menciptakan ketertiban kelas. Untuk

memelihara kebersihan kelas, siswa dibagi tugas secara bergiliran. Organisasi ini juga bisa membantu menyediakan sarana pengajaran, misalnya menyediakan alat peraga, buku paket, dan sebagainya.19

b. penugasan kelas

Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa, guru dapat memberikan berbagai tugas secara bervariasi. Aktivitas yang dilakukan siswa selama di kelas tidak hanya mendengarkan ucapan guru saja, akan tetapi siswa harus aktif mengembangkan informasi yang diterima dari guru.

Tugas-tugas tersebut misalnya memberikan pertanyaan, berdiskusi, atau mengerjakan soal. Dengan cara seperti ini, pemahaman siswa tentang pelajaran yang diberikan semakin matang. Proses berpikir siswa di dalam menyelesaikan pengajaran akan lebih baik dibandingkan dengan mendengarkan ceramah saja. Sistem pemberian tugas ini juga menuntut aktivitas dan kreativitas guru untuk memeriksa hasil pekerjaan siswa secara cermat.

c. pembimbingan siswa

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa tidak terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Siswa dalam satu kelas sekalipun yang tingkat usianya sama, memiliki perbedaan-perbedaan. Perbedaan tersebut dalam hal tingkat perkembangan mental dan emosionalnya, latar belakang sosial, ekonomi, minat dan kebutuhannya, serta cara belajarnya.

Perbedaan inilah yang mneyebabkan munculnya berbagai perilaku. Serta menuntut guru untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memberikan bimbingan terhadap siswa. Bimbingan yang diberikan tidak hanya kepada siswa yang menghadapi permasalahan, tetapi kepada seluruh siswa. Hanya bedanya yang mengalami kesulitan harus lebih diprioritaskan. Siswa yang lebih pandai tentunya lebih cepat dan mudah

19


(30)

menerima pelajaran, dan sebaliknya siswa yang mengalami kesulitan belajar maka diberikan program remedial agar mereka tidak ketinggalan pelajaran. Mengingat perbedaan karakteristik siswa, maka kadang kala diperlukan pengelompokkan siswa. agar tercipta pembelajaran yang bermakna.

d. kenaikan kelas

Masalah kenaikan kelas ini merupakan suatu peristiwa sekolah yang banyak mendapat perhatian, baik dari pihak guru, sekolah, siswa, maupun orangtua.

Siswa yang berdasarkan data akademik harus dinaikkan ke jenjang berikutnya, ia pun naik kelas, dan siswa yang tidak memenuhi persyaratan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, ia tidak naik kelas. Tentu saja yang menimbulkan permasalahan adalah siswa yang tidak naik kelas. Sehubungan dengan ini, guru masih punya beban, yaitu usaha apa yang akan dilakukan untuk mempengaruhi siswa yang tidak naik kelas agar tidak kehilangan semangat belajar dan rasa percaya diri, serta mempengaruhi orang tua agar tidak terlalu kecewa dan tetap memberi kepercayaan kepada anaknya dan lebih meningkatkan bimbingannya. Untuk mengurangi dampak tersebut guru menggunakan cara lain, yaitu menggunakan istilah “naik dengan syarat” atau “naik percobaan”.20

B. Penataan ruang dan alat pengajaran

a. penataan tempat duduk siswa

Keadaan tempat duduk siswa dapat mempengaruhi prose belajar. Apabila tempat duduknya bagus, maka siswa dapat duduk dengan tenang dan nyaman, maka akan menimbulkan belajar yang tenang pula. Dan sebaliknya.

Selain tempat duduk yang diperhatikan guru, mengenai postur tubuh siswa juga harus diperhatikan misalnya yang postur tubuhnya lebih pendek ditempatkan di depan, dan siswa yang postur tubuhnya lebih tingggi ditempatkan di belakang, sehingga semua siswa dapat melihat papan tulis. Siswa yang mempunyai kelainan penglihatan dan pendengaran juga harus diperhatikan, misalnya siswa yang rabun ditempatkan di depan.

a) Penataan alat-alat pengajaran kelengkapan siswa

i. perpustakaan ii. alat pengajaran

20


(31)

iii. papan tulis, penghapus, dan kapur tulis iv. papan presensi siswa

b) penataan keindahan dan kebersihan kelas

Hiasan dinding dimaksudkan untuk memperindah ruangan, sehingga dapat menggairahkan siswa untuk tinggal berjam-jam di dalam kelas. Alangkah baiknya apabila hiasan itu berhubungan dengan pelajaran, misalnya gambar burung garuda, teks proklamasi, slogan-slogan pendidikan, gambar-gambar pahlawan, peta, dan kalender.21

5. Tujuan Pengelolaan Kelas

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan diadakannya pengelolaan kelas adalah agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, dan siswa dapat termotivasi dalam belajar, sehingga tujuan pengajaran pada umumnya dapat tercapai.

Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga cirri, antara lain:

a. Speed, anak dapat belajar dalam percepatan proses dan progress, sehingga membutuhkan waktu yang relative singkat.

b. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas yang kondusif

c. Self-confidence, anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri.22 Adapun tujuan pengelolaan kelas menurut syaiful Bahri Djamarah, adalah sebagai berikut:

A. Untuk anak didik

a. mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri

b. membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.

21

Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, h. 321

22

Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, h. 104


(32)

c. membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.

B. Untuk guru

a. mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancer dan kecepatan yang tepat

b. menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik.

c. mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu

d. memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.23

Dari pendapat di atas jelas sekali bahwa seorang guru dituntut untuk mampu dalam mengelola kelas agar guru lebih mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa.

Dari definisi di atas, penulis dapat memahami bahwa tujuan dari pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:

a). Menyediakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang optimal dan baik

b). Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar

c). Menyediakan kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar d). Membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

6. Keterampilan Pengelolaan Kelas

Secara umum keterampilan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan juga keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

A. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengembil inisiatif dan mengendalikan pelajaran dengan cara menunjukkan sikap tanggap, memberi perhatian, memusatkan perhatian kelompok,

23


(33)

memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan dan kelancaran.

a. Sikap tanggap

Guru harus bersikap tanggap terhadap segala aktivitas belajar dan kegiatan siswa di kelas, baik itu perilaku yang mendukung seperti perhatian siswa, keantusiasan siswa, motivasi belajar siswa yang tinggi dan lain sebagainya. Perilaku yang menyimpang seperti motivasi belajar siswa yang rendah, katidakantusiasan siswa dan lainnya. “Sikap ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu keinginan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Sehingga guru dapat menegur anak didik”.24

b. Memberi perhatian

Pengelolaan kelas yang baik ditandai dengan pembagian perhatian yang baik, perbuatan membagi perhatian dapat dikerjakan secara visual dan verbal.

Visual, yaitu guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama, sehingga dapat melirik kejadian kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Verbal yaitu, guru memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama, sementara ia memimpin dan terlihat supervise pada aktivitas anak didik yang lain.25 Dalam hal ini memberi perhatian yaitu memperhatikan siswa secara keseluruhan tidak terfokus atau tertuju pada satu arah saja tetapi keseluruh arah.

c. Memusatkan perhatian

Perbuatan ini penting untuk memperhatikan siswa dari waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa. Perhatian hendaknya tidaknya hanya diberikan kepada individu saja, melainkan juga kepada kelompok. “Oleh karena itu, siswa dituntut bertanggung jawab secara individu kepada kelompoknya,

24

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006 ), cet. 3, h. 187

25


(34)

dan secara kelompok mereka dapat diminta mempertanggungjawabkan pekerjaan atau tugasnya”.26

Menyiagakan siswa ialah memusatkan perhatian siswa kepada sesuatu hal sebelum guru menyampikan materi untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.

B. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjtuan dengan maksud agar guru dapat mengambil tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Tindakan tersebut dengan cara menggunakan strategi yang tepat yaitu modifikasi tingkah laku siswa, perilaku menyimpang dapat dimodifikasi ke arah yang lebih baik, apabila guru terlebih dahulu menganalisisnya. Selain itu juga guru dapat menggunakan pendekatan pengelolaan kelompok guna untuk memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas.

B.

Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh murid. “Dalam lingkup pendidikan, belajar diidentikkan dengan proses kegiatan sehari-hari siswa di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan guru.”27

Belajar merupakan suatu keharusan jika kita ingin maju. Dengan belajar akan terjadi perubahan tingkah laku seseorang. Perubahan ini berlangsung

26

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, ( Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995 ), cet. 1, h. 147

27

Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan KontekstuaL, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 ), cet. 1, h. 7


(35)

secara proses sebagai akibat dari hasil latihan dan pengalaman. “Menurut kamus besar bahasa indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku/ tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.”28

Sedangkan pengertian lain dari belajar menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono bahwa belajar merupakan proses dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkahlakunya. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.29

Dari penjelasan di atas, maka penulis simpulkan bahwa belajar ialah suatu proses yang membutuhkan waktu panjang untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang dibutuhkan peserta didik, yang di dapat dari latihan dan pengalaman.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.

Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya.

Sedangkan pengertian belajar sudah dikemukakan di atas, dengan demikian prestasi belajar ialah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.30

28

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud, h. 13

29

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet 1. h. 120

30

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1994 ), cet. 1, h. 19-23


(36)

Dalam hal ini terdapat pengertian prestasi belajar menurut para ahli antara lain:

W. S. Winkel memberikan pengertian “prestasi belajar adalah hasil yang

diraih untuk seseorang selama dan sesudah ia mengalami proses belajar”.31

Nana Sujana mengemukakan bahwa “prestasi belajar adalah kemampuan

yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.32

Dengan demikian penulis simpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dari proses belajar yang dilakukannya dalam beberapa waktu yang didapatnya dari pengalaman dan latihan. penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dibuktikan melalui tes belajar dan dinyatakan dalam bentuk nilai.

Prestasi belajar dapat diketahui setelah dilaksanakan evaluasi belajar. Angka tersebut biasanya dicantumkan dalam deretan nilai raport yang diberikan oleh guru. Jadi seseorang dapat memperoleh prestasi apabila telah melakukan proses belajar beberapa waktu dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan.

3. Prestasi Belajar Tingkat Sekolah

Penilaian prestasi belajar tingkat sekolah bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Yang biasa disebut dengan EBTA pelaksanaannya setiap akhir sekolah untuk mendapatkan gambaran secara utuh.

Sedangkan prestasi belajar tingkat kelas merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru secara langsung. Presatsi belajar ini memberikan pengaruh, antara lain:

a. Peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan

b. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan telah meningkat baik setahap atau dua tahap, sehingga timbul kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku yang dinginkan.

31

W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Grasindo, 1996 ), h. 52

32

Nana Sujana, Proses Belajar mengajar, ( Jakarta: Raja Wali Press, 1989 ), cet ke-3, hlm 43


(37)

Dalam prestasi tingkat kelas terdapat beberapa cara untuk mengevaluasi, antara lain:

a) Penilaian harian

b) Penilaian tengah semester c) Penilaian akhir semester d) Penilaian kenaikan kelas

Penialian proses hasil belajar bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta, sedangkan penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kmpetensi peserta didik.33

Prestasi belajar dilihat secara keseluruhan yang menjadi kompetensi dasar. Dalam hal ini, ranah kognitif, afektif, dan psikomotirik perlu diperhatikan kemajuannya. Ketiga ranah tersebut tidak akan dapat diketahui hanya dengan tes tertulis saja, akan tetapi juga dengan tes perbuatan dalam bentuk non tes.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam system pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan kalsifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, antara lain: Horward Kingsley membagi tiga macam prestasi belajar, yakni:

a) ranah kognitif, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analissi, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan haisl belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketetapan, tiga ranah tersebut menjadi obejk penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, maka ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru.34

33

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), cet. 2, h. 208.

34

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991 ), cet. 3, h. 22-32


(38)

Prestasi belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktifitas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui seajuh mana kemajuan siswa, tetapi sebagai alat untuk memotivasi siswa. Penlaian adalah sebagai aktifitas dalm mementukan tinggi rendahnay prestasi beajar. Prestasi belajar sebagai alat motivasi. Dalam belajar, motivasi memegang peranan penting, karena motivasi sebagi pendorong siswa dalam belajar.

4.

Prestasi Belajar Sebagai Alat Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam memjukan prestasi belajar siswa. motivasi merupakan pendorong siswa dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar siswa. siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Kebutuhan dan motivasi merupakan dua hal yang saling berhubungan. Sebab manusia hidup pada dasarnya tidak terlepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan inilah yang nantinya akan mendorong manusia untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu.35

Dengan demikian motivasi itu sangat penting dalam kemajuan prestasi belajar siswa. Maka siswa akan semangat dalam belajar, oleh karena itu motivasi merupakan suatu tindakan yang harus guru berikan kepada siswa sebelum memasuki materi, agar ketika belajar anak didik penuh antusias dan bergairah.

5. Teori Transfer Hasil Belajar

Hasil belajar di dalam kelas dapat diterapkan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, siswa dapat dikatakan berhasil belajar apabila ia dapat mentransferkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat. Transfer hasil belajar antara lain:

a. Teori disiplin formal

teori ini menyatakan bahwa ingatan, sikap, pertimbangan, imajinasi, dan lainnya. Dapat diperkuat melalui latihan-latihan akademis. Daya piker yang kritis, ingatan, dan pengamatan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan akademis.

b. Teori unsur-unsur yang identik

35


(39)

transfer trejadi apabila dua kegiatan terdapat unsure-unsur yang bersamaan. Latihan dalam satu situasi mempengaruhi tingkah laku dalam situasi yang lainnya.

c. Transfer generalisasi

Teori ini merupakan revisi terhadap teori unsure-unsur yang identik. Teori ini menekankan kompleksitas apa yang dipelajari. Teori ini menekankan pembentukan pengertian.36

6. Alat Penilaian Keberhasilan Belajar Mengajar

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya. Tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis penilaian, antara lain:

a. Tes formatif, digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan.

b. Tes sub-sumatif, meliputi sejumlah bahan pengajaran yang telah diajarkan. Tujuannya untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan prestasi belajar siswa

c. Tes sumatif, diadakan untuk mengujur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya untuk meningkatkan taraf prestasi belajar siswa.37

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian prestasi/ hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.

1. Factor Internal

a. Kesehatan, jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Apabila seseorang sakit, maka dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula dengan kesehatan rohani, apabila mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa, maka dapat mengurangi semangat belajar.

b. Inteligensi dan Bakat, kedua aspek ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang

36

Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Remaja Karya, 1989 ), cet. 1, h. 25-26

37

Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, h. 114


(40)

memiliki inteligensi baik, umumnya mudah belajar dan prestasinya pun cenderung baik.

c. Minat dan motivasi, selain inteligensi dan bakat, minat dan motivasi juga besar pengaruhnya. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.minat yang besar merupakan modal besar untuk mencapai tujuan yang diminati. Sedangkan motivasi ialah daya penggerak. Yang bisa berasal dari dalam diri dan juga luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri berupa dorongan dari sanubari, sedangkan dari laur diri berupa dorongan dari orang tua, guru, teman, dan masyarakat. 38

2. Faktor eksternal siswa

a. Faktor lingkungan siswa, faktor ini terbagi dua, yaitu faktor lingkungan alam dan non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), letak sekolah dan sebagainya. Kedua faktor lingkungan sosial seperti manusia dan budayanya. Selain itu juga factor keluarga, sekolah, dan masyarakat

b. Faktor instrumental, antara lain gedung/ sarana fisik kelas, sarana/ alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran/ startegi belajar mengajar.39

C.

Pembelajaran PAI

1. Pengertian Pembelajaran PAI

“Istilah pembelajaran ialah upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.”40 Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruktion yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.

Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti gambar, audio, dan sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola

38

Dalyono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1997 ), cet. 1, h. 55-56

39

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasiomal, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 ), cet ke-2, hlm 59-60

40

Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2005 ), cet. 1, h. 8


(41)

proses pembelajaran, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam mengajar belajar.

Terdapat beberapa karakteristik penting dari istilah pembelajaran: • Pembelajaran berarti membelajarkan siswa

• Proses pembelajaran berlangsung di mana saja • Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Dengan demikian, dalam istilah mengajar menempatkan guru sebagai pemeran utama, memberikan informasi, sedangkan pada pembelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.41

Sedangkan untuk pengertian pendidikan agama Islam secara formal ialah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya, kitab suci Alquran dan hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama dalam masyarakat hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Dari pengertian pembelajaran dan pendidikan agama Islam, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran agama Islam ialah suatu kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa sesuai dengan tuntunan agama. Hal ini jelas bahwa kedudukan pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah umum merupakan upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama Islam tidak hanya untuk dipahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan wudhu, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lain.42

Adapun pengertian pendidikan agama Islam menurut para ahli, antara lain:

Zakiah Darajat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk

membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang akhirnya mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tayar Yusuf, mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar

generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan

41

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: Kencana, 2005), cet. 1, h. 78-79

42

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,


(42)

keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.

1.

Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk. Dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

a). dasar yuridis/hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama b. dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam bab XI pasal

29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

c. dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No II/ MPR/ 1988 dan Tap MPR No. II/ MPR 1993 Tentang Garis-garis besar Haluan Negara

b) dasar agama.

Dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepadanya. Dalam AL-qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

a. Q.S. Al-Nahl: 125


(43)

“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…….”

b. Q.S. Al-Imran: 104:

“dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, meyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar……”

c. Al-hadist: “sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit”.

c) dasar psikologis

Psikologis ialah dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermaysrakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

2.

Fungsi Pendidikan Agama Islam

a. Pengembangan, pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup di dunia dan akhirat

c. Penyesuaian mental, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik fisik maupun social dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam

d. Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan anak didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan

e. Pencegahan, untuk menangkal hal-hal negativ dari lingkungannya yang dapat membahayakan dirinya


(44)

f. Pengajaran, mengenai ilmu pengetahuan dan keagamaan secara umum dan nyata

g. Penyaluran, untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam, agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal.

3.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

pendidikan agama islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.43

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka penulis dapat merumuskan kerangka berpikir. Bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI cukup berhubungan dengan prestasi belajar siswa di sekolah.

Jika pengelolaan kelas dilaksanakan sebaik mungkin oleh guru, maka siswa akan mencapai prestasi belajar secara optimal. Begitu juga sebaliknya, jika pengelolaan kelas tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru di kelas, maka siswa tidak akan mencapai prestasi secara optimal.

Pengelolaan kelas pada pembelajaran PAI cukup memberi pengaruh yang besar dalam penentuan prestasi belajar siswa. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru juga merupakan modal awal siswa dalam memahami dan mengusai pembelajaran PAI. Namun demikian pengelolaan kelas akan optimal dijalankan apabila terdapat aspek-aspek yang mempengaruhinya antara lain penataan siswa di dalam kelas, penataan ruang dan alat pembelajaran, dan penataan keindahan dan kebersihan kelas

43

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004,, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004 ), cet ke-1, hlm 130-135


(45)

Dengan demikian prestasi belajar siswa akan optimal jika pengelolaan kelas dilaksanakan sebaik mungkin oleh guru, karena dapat meminimalisir faktor-faktor yang dapat mengahambatnya serta mengoptimalkan aspek-aspek pengelolaan kelas yang dapat menunjang berlangsungnya pembelajaran PAI.

E.

Hipotesis

Dari kerangka berpikir di atas Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah:

1. Ha : terdapat hubungan yang positif antara pengelolaan kelas dengan pembelajaran PAI

Yang menunjukkan, terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis bertempat di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK AL KAUTSAR) yang beralamat di Jl. Jembatan selatan No 6 Blok A, Kebaroyan Baru Jakarta Selatan, untuk waktunya selama tiga (3) bulan terhitung dari bulan maret sampai dengan mei.

Waktu

Jenis Kegiatan

Maret Studi penelitian

Menulis skripsi bab 1 - 3 April Melakukan penyebaran angket

Mei Pengolahan data

Penulisan laporan penelitian Penulisan akhir skripsi

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan berupa metode survey dengan tekhnik korelasional. Dengan metode survey dapat diperoleh gambaran yang sesungguhnya mengenai variabel penelitian, sehingga dapat diketahui hubungan antara variabel tersebut. Kegunaan tekhnik korelasional dimaksudkan untuk


(47)

mengetahui hubungan antara skor variabel pengelolaan kelas dengan skor hasil belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek-objek penelitian.1 Adapun populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMK AL Kautsar Kebayoran Baru. Mulai dari kelas I s/d kelas III yang seluruh pelajarnya berjumlah 132 siswa.

Sedangkan sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisa.2

Sampel yang diambil dari penelitian ini sebanyak 30 siswa-siswi dari kelas II SMK. Alasan penulis mengambil sampel kelas II karena siswa kelas II lebih banyak mempunyai pengelaman mengenai cara mengajar guru PAI. Sedangkan siswa kelas I masih baru, sehingga ia belum tahu benar cara guru PAI dalam mengajar, dan untuk siswa kelas III ia lebih fokus untuk UAN.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah.

Untuk variabel “Pengelolaan kelas” peneliti menggunakan angket.

Untuk variabel “Prestasi belajar” peneliti mengunakan studi dokumentasi. Pengumpulan data mutlak diperlukan dalam suatu penelitian, maka penulis menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain:

1. Angket (quesioner) yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Tujuannya dilakukan angket yaitu untuk memperoleh informasi tentang pengelolaan kelas. Metode ini digunakan untuk memperoleh data informasi tentang hubungan antara

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. XII, h. 108

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. XIII, h. 266


(48)

pengelolaan kelas dengan prestasi belajar pada pembelajaran PAI. Angket ini terdiri dari 25 pertanyaan yang dibuat dari indikator variabel mengenai pengelolaan kelas

2. Studi Dokumentasi yaitu berupa sumber-sumber atau dukumentasi yang diambil dari buku-buku atau sumber yang ada dari pihak sekolah yang ada kaitannya dengan judul yang sedang dibahas.

3. Wawancara yaitu merupakan tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara ini ditujukan kepada guru PAI. Tujuan dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi yang mendalam dari guru mengenai cara ia mengajar, mengelola kelas dan juga kemajuan belajar siswa pada pembelajaran PAI.

4. Observasi yaitu suatu cara mengumpulkan data dengan mengamati langsung terhadap objeknya. Dalam skripsi ini penulis mengadakan pengamatan langsung di SMK AL Kautsar Kebayoran Baru. Observasi yang dilakukan untuk mengetahui tentang keadaan SMK AL Kautsar, baik fisik (sarana dan prasarana), struktur organisasi, proses pendidikan, keadaan guru, siswa dan karyawan terutama yang berkaitan denagn pengelolaan kelas dan hasil belajar siswa.

E. Kisi-kisi Instrument Penelitian

Tabel 1

Kisi-kisi instrument pengelolaan kelas No Variabel Sub

Variabel

Indikator Butir Pertanyaan

1 Pengelolaan Kelas

Masalah Pengelolaan Kelas

- Adanya gangguan dalam kelas - kelas kurang kondusif

- timbul rekasi negatif

- kurangnya profesionalisme guru

- 1, 2 - 3, 4, 5 - 6 - 7, 8


(1)

Hasil Wawancara

Hari/ Tanggal/ Tahun : Rabu, 20 Okteber 2010

Interview

: Iis Rahmaniah, S. pd.i

Jabatan

:

Guru

PAI

Pertanyaan

1. Bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan kelas di SMK AL KAUTSAR ? 2. Dalam mengajar, apakah ibu melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik ? 3. Metode apa saja yang ibu gunakan dalam mengajar ?

4. Sarana prasarana apa saja yang menjadi penunjang dalam melaksanakan pengelolaan kelas ?

5. Menurut ibu, apakah dengan menjalankan pengelolaan kelas yang baik akan dapat menunjang presatsi belajar siswa ?

6. Cara-cara apa saja yang ibu lakukan dalam memajukan prestasi belajar siswa ? 7. Menurut ibu, apakah keberhasilan siswa dapat dilihat dari hasil raport?

Jawaban

1. Pelaksanaan pengelolaan kelas di SMK AL KAUTSAR ini sangat berjalan, salah satu contohnya yaitu guru-guru di sekolah ini menerapkan pengelolaan kelas, sehingga sebelum mengajar guru tersebut mengatur tempat duduk, memprioritaskan siswa yang memakai kaca mata, dan memprioritaskan siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi/ besar untuk duduk di belakang, dan postur tubuh yang kecil untuk duduk di depan. Selain itu juga memberikan apersepsi, motivasi, dan juga mengulang pelajaran minggu lalu, dengan tujuan ingin mengetahui apakah siswa tersebut masih ingat pelajaran minggu lalu. Dengan demikian perkembangan pengelolaan kelas di sekolah kami semakin hari semakin bagus.


(2)

2. Ya, setiap mengajar saya selalu melakukan pengelolaan kelas dengan harapan dapat menciptakan kelas yang nyaman dan optimal untuk belajar, sehingga terjadi saling interkasi antar guru dengan siswa, bahkan antara siswa dengan siswa. Hal ini akan sangat menunjang proses pembelajaran yang kondusif. Dengan demikian akan tercipta hubungan yang harmonis diantara guru dengan siswa.

3. Metode yang saya gunakan ketika mengajara yaitu disesuaikan dengan materi dan faktor situasi artinya tidak semua metode cocok digunakan untuk materi. Salah satunya metode ekspositori yang lebih banyak menggunakan ceramah, tidak mungkin digunakan untuk materi shalat jenazah, karena shalat jenazah yang lebih ditekankan ialah prakteknya mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan. Dengan demikian sebagai guru harus kaya akan metode dan strategi. Jangan sampai setiap mengajar hanya menggunakan metode ceramah dari awal sampai selesai, karena kebanyakan guru PAI hanya menggunakan metode ceramah. tanpa diselingi dengan metode dan strategi lain. Pandangan ini harus dirubah, oleh karena itu saya sebagai guru PAI harus membawa nama baik guru PAI. Agar pandangan masyarakat berubah. Dan juga agar pelajaran PAI banyak diminati dan disenangi oleh banyak siswa.

4. sarana dan prasarana di sekolah kami yang dapat menunjang pelaksanaan pengelolaan kelas diantaranya yaitu LCD, masjid, lab bahasa, dan Al Quran yang terdapat disetiap kelas. Walaupun sarana disekolah kami minim akan tetapi selaku guru tetap harus berkreasi bersama siswa-siswa lainnya agar pelaksanaan pengelolaan kelas tetap berjalan, tidak berhenti karena sarananya yang minim.

5. Ya, karena dengan adanya pengelolaan kelas maka siswa akan belajar ditempat yang kondusif yang dapat menumbuhkan motivasi dan juga konsentrasi mereka. Karena pengelolaan kelas merupakan upaya guru untuk menciptakan kelas yang optimal, guna mencapai pmebelajaran yang kondusif. Dan pengelolaan kelas juga merupakan suatu hal yang penting, serta merupakan kompetensi yang


(3)

harus di miliki seoarang guru, maka apabila guru tidak mampu dalam mengelola kelas, hal ini dikatakan ia gagal menjadi guru yang professional. 6. Cara-cara yang saya lakukan dalam memajukan presatsi siswa antara lain :

• Bekerja sama dengan orang tua siswa

• Memberikan tugas diluar secara berstruktur/ berkelompok untuk menganalisis persoalan yang menyangkut dengan pendidikan dan juga pelajaran PAI

• Sistementor, artinya siswa yang pintar membantu siswa yang daya pikirnya lemah

• Dan juga fortopolio

7. Menurut saya, Tidak semua keberhasilan siswa dapat dilihat dari raport karena terkadang hasil raport itu tidak sesuai dengan kenyataannya, dalam arti nilai yang diberikan kepada siswa masih ada yang bersifat subyektif. Sedangkan untuk proses belajar tidak menipu, dalam arti apabila dalam proses belajar ia terbilang baik, dan hasilnya pun bagus ini menunjukkan bahwa siswa tersebut memang pandai. Akan tetapi terkadang siswa yang malas hasil raportnya bagus. Kesimpulannya bahwa saya lebih setuju apabila proses belajar yang menjadi keberhasilan siswa, akan tetapi raport juga merupakan salah satu cara/ alat untuk para guru dan orang tua dalam melihat prestasi belajar siswa.


(4)

Hari/ Tanggal/ Tahun : Kamis, 21 Oktober 2010

Interview

:

Bpk.

H.

Rahmat

Jabatan

:

Guru

PAI

Pertanyaan

1. Apakah dalam mengajar, bapak selalu melaksanakan pengelolaan kelas ? 2. Metode apa yang bapak gunakan dalam mengajar selain, metode ceramah ? 3. Dalam melaksanakan pengelolaan kelas, apakah sering ditemukannya kendala ? 4. Sarana prasarana apa saja yang menjadi penunjang dalam melaksanakan

pengelolaan kelas ?

5. Menurut bapak, apakah dengan menjalankan pengelolaan kelas yang baik akan dapat menunjang presatsi belajar siswa ?

6. Cara-cara apa saja yang dilakukan dalam memajukan prestasi belajar siswa ? 7. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong keberhasilan siswa ?

Jawaban

1. Ya betul, dalam hal ini saya selalu melaksanakan pengelolaan kelas, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, karena untuk sekarang ini bukan lagi mengajar, akan tetapi pembelajaran, di sinilah adanya peran siswa untuk aktif dalam kelas. saya hanya sebagai fasilitator, karena dalam pelaksanaan pengelolaan kelas terdapat pembinaan siswa, maka dari itu siswanya lah yang lebih aktif, saya hanya memfasilitator dan memberi motivasi serta arahan. 2. Metode yang saya gunakan selain ceramah, ialah metode drill yang berarti

latihan, dengan banyaknya siswa berlatih dan adanya penjelasan dari guru, maka akan memberikan pemahaman tersendiri bagi siswa. karena


(5)

sesungguhnya belajar itu ialah perubahan tingkah laku yang di dapat dari belajar dan pengalaman. Atas dasar itulah saya memakai metode drill

3. Setiap program yang ingin dilaksanakan tentunya terdapat kendala, karena disitulah ujian yang dihadapi sekolah maupun guru, salah satu kendala yang saya temukan ialah mengenai IQ artinya bahwa tidak semua siswa memiliki IQ dan perilaku yang sama, dengan demikian agak sulit untuk dijalankannya pengelolaan kelas, tetapi selaku guru, saya tetap berusaha untuk selalu melaksanakan pengelolaan kelas ketika mengajar.

4. Sarana yang menunjang dalam pengelolaan kelas ialah adanya majlis taklim, lab bahasa, masjid, LCD, selain itu juga diberikan dorongan dari guru dan orang tua kepada siswa.

5. Tentu, dengan adanya pengelolaan kelas maka akan membantu siswa dalam belajar, siswa akan lebih focus dan konsentrasi karena mereka belajar dalam kelas yang nyaman untuk belajar, dengan demikian akan tercipta kelas yang kondusif dan optimal. Oleh karena itu pengelolaan kelas sangat baik untuk dijalankan, dan ini merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. 6. Cara yang saya lakukan dalam memajukan prestasi belajar siswa, ialah dengan

cara menjalankan pengelolaan kelas, selalu memberikan mentoring kepada siswa, memberikan pembinaan, membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan tak lupa bekerja sama kepada orang tua siswa.

7. faktor-faktor yang menjadi pendorong keberhasilan siswa ialah adanya factor internal/ factor dari dalam diri, seperti factor fisiologis, misalnya keadaan jasmani, dan psikologis yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi/ adanya kemauan yang kuat dalam diri siswa. Sedangkan factor eksternal/ factor dari luar siswa seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan lingkungan masyarakat.

Perhitungan untuk mencari data variabel X dari hasil penyebaran angket


(6)

No Responden

Butir Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 3 4 2 4 3 3 3 4 2 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2

2 1 5 2 5 1 1 2 1 5 1 5 2 1 3 5 5 2 1 5 3 3 5 5 2

3 3 5 5 5 2 2 3 1 5 1 5 3 1 5 5 5 4 3 5 3 5 5 5 4

4 2 3 2 3 2 1 2 2 3 2 5 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2

5 1 5 1 5 3 1 2 3 5 1 5 2 2 2 2 4 2 4 3 4 3 5 5 5

6 5 3 5 5 4 2 4 2 3 5 4 1 1 1 1 4 3 2 2 2 3 2 3 3

7 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 5 3 3 4 3 4 3 3 3 1 3 5 3 3

8 5 3 1 3 4 1 4 2 3 2 5 2 3 3 1 1 3 4 1 3 1 3 3 3

9 5 3 5 3 5 1 5 1 4 1 4 5 3 1 1 1 5 1 2 2 1 1 1 1

10 3 5 3 3 1 3 2 2 5 2 4 5 3 4 2 2 2 3 3 1 1 2 1 2

11 3 5 5 5 2 2 3 3 5 2 5 3 2 5 3 4 3 5 3 2 5 5 3 5

12 2 3 5 2 4 4 4 1 3 1 5 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1

13 3 5 1 4 2 1 3 1 5 1 5 3 1 3 3 5 4 2 5 5 3 3 4 3

14 1 5 1 5 3 1 1 4 3 2 3 4 2 5 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5

15 4 3 5 3 3 2 4 5 5 3 1 4 1 1 4 3 2 2 3 3 2 4 3 3

16 2 3 4 1 3 1 4 4 3 2 3 4 2 5 4 4 2 4 4 4 5 4 5 4

17 3 5 1 4 4 1 1 1 5 1 5 1 1 4 5 5 1 3 5 5 1 5 5 5

18 1 5 2 5 3 1 3 1 5 1 5 1 1 2 2 5 3 1 5 1 1 3 2 2

19 2 5 3 5 3 1 3 1 5 1 5 5 1 2 5 5 2 5 1 5 2 3 2 5

20 1 3 5 5 2 1 3 5 5 1 5 1 1 5 5 5 3 5 2 3 5 5 3 5

21 4 5 3 1 1 3 2 5 1 5 2 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3 2 5 1

22 1 3 2 5 2 1 2 2 5 1 5 2 1 4 3 1 2 2 3 1 1 4 3 3

23 4 4 5 3 3 2 2 2 4 1 5 1 1 4 3 2 4 3 2 2 4 3 3 3

24 2 5 1 5 1 1 3 1 5 1 5 2 1 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5

25 2 4 4 2 4 5 4 2 2 1 5 1 1 5 1 3 1 4 1 2 1 2 3 3

26 3 4 2 3 4 1 3 5 5 1 5 3 2 5 4 4 3 4 4 1 2 5 3 5

27 3 3 2 1 3 1 4 1 5 1 5 1 5 3 2 5 2 5 2 2 5 5 1 5

28 1 5 4 3 4 1 3 2 4 1 4 3 3 5 2 1 1 1 3 2 4 4 2 3

29 1 4 4 3 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 5 5