15. Tabel 14 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang tingkat
perekonomian siswa
16. Tabel 15 : Guru memberikan arahan pada siswa penggunaan waktu
senggang
17. Tabel 16 : Guru memberikan arahan pada siswa untuk sering mengulang
pelajaran
18. Tabel 17 : Guru memberikan arahan pada siswa untuk membiasakan tidak
tidur larut malam
19. Tabel 18 : Guru melakukan kerjasama dengan guru BK dalam merumuskan
solusi permasalahan ekonomi siswa
20. Tabel 19 : Guru memberikan dispensasi bagi siswa yang tergolong tingkat
ekonomi menengah ke bawah
21. Tabel 20 : Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kelas 22. Tabel 21 : Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kantor
guru
23. Tabel 22 : Guru melakukan layanan konsultasi kelompok di ruangan BK 24. Tabel 23 : Guru melakukan home visit kunjungan rumah anak bermasalah
25. Tabel 24 : Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusannya
sendiri dan mempertanggung jawabkannya
26. Tabel 25 : Guru mengumpulkan para siswa yang memiliki masalah yang
sama homogen untuk dicarikan solusinya
27. Tabel 26 : Guru mengarahkan para siswa agar menggali bakat mereka yang
terpendam
28. Tabel 27 : Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang bersifat
kerohanian
29. Tabel 28 : Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang beratribut
kedisiplinan
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Penelitian 2. Pedoman wawancara kepada Kepala SMP Negeri 48 Jakarta
3. Pedoman wawancara kepada Kordinator Guru BK SMP Negeri 48 Jakarta 4. Pedoman wawancara kepada Guru Bidang Studi SMP Negeri 48 Jakarta
5. Hasil wawancara dengan Kepala SMP Negri 48 Jakarta 6. Hasil wawancara dengan Koordinator Guru BK SMP Negri 48 Jakarta
7. Hasil wawancara dengan Guru Bidang studi SMP Negri 48 Jakarta 8. Angket
9. Program bImbingan Konseling SMP Negeri 48 Jakarta 10. Tata tertib siswa
11. Bobot Poin Pelanggaran Tata Tertib di sekolah 12. Kartu Status Bimbingan dan Konseling
13. Pedoman wawancara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling memiliki fungsi mengarahkan dan membimbing siswa pada pendidikan yang lebih baik. Dengan menjadikan siswa bertanggung
jawab dan bersedia mengambil sikapnya sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di sekolah menengah sangat dibutuhkan mengingat pendidikan kita mengalami banyak masalah, tidak
terkecuali masalah pada anak didiknya. Oleh karena itu, diharapkan program- program yang dijalankan oleh bimbingan dan konseling di sekolah dapat
memperbaiki sikap dan perilaku siswa, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pendidikan yang lebih baik.
”Guru di sekolah menengah semakin diharapkan pula mengambil peran aktif dalam terselenggaranya program bimbingan, selaras dengan fungsi mereka dalam
struktur kehidupan sekolah. Untuk dapat memenuhi harapan tersebut guru perlu disiapkan seperlunya”.
1
Tujuan bimbingan pada akhirnya adalah supaya siswa mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai pandangan sendiri, dan mampu
bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang diperbuatnya. Kita dapat melihat bahwa sekarang ini tidak sedikit siswa yang memiliki banyak
persoalan dan masalah-masalah – yang terkadang tidak bisa mereka selesaikan dan tanggung sendiri – yang dapat membuat perilaku mereka menjadi negatif
atau nakal. Siswa-siswa tersebut perlu untuk diberikan bimbingan dan konseling – tak terkecuali para siswa yang tidak bermasalah sekalipun – agar
mereka mampu untuk menolong diri sendiri dan mengambil keputusan sendiri demi pencapaian cita-citanya, sehingga tidak mengganggu pendidikan
mereka.
2
1
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Jakarta: PT Gramedia,1987, hal. V , Cet. Ke- 6.
2
Achmad Juntika Nurihsan,, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, hal. 1, Cet. Ke-1.
Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, dan kematangan intelektual
peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, tampak bahwa pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik
pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal.
Untuk menjadikan bimbingan dan konseling di sekolah efektif, maka diperlukan program-program yang baik, yang dapat menjadikan bimbingan
tersebut sesuai dengan yang dicita-citakan. Di antaranya yaitu, kegiatan bimbingan individual, kelompok, kemudian bimbingan anak yang mempunyai
kesulitan dalam belajar, dan yang paling penting adalah melakukan bimbingan dan konseling dalam penyaluran bakat, minat dan pengambilan keputusan yang
didasarkan pada pertimbangan yang matang oleh peserta didik. Untuk menjalankan program dengan baik diperlukan peranan tenaga ahli, dalam hal ini
guru bimbingan dan konseling BK serta kerjasama para guru. Bimbingan di sekolah menengah merupakan bidang khusus dalam
keseluruhan pendidikan sekolah, yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari pelayanan ini
terletak dalam hal memberikan bantuan mentalpsikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan
ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya di sekolah, mengingat ciri-
ciri pribadinya dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat sekarang.
3
Peran guru BK dalam menjalankan program-program bimbingan memang tidak perlu dipertanyakan lagi karena peranan terbesar ada padanya. Namun, jika
melihat realitas yang ada, masih banyak siswa yang berperilaku menyimpang, nakal, dan acuh terhadap pendidikannya sendiri meskipun telah mendapatkan
bimbingan dan konseling dari guru BK. Lalu, apa permasalahan sebenarnya, adakah kesalahan dalam memberikan bimbingan dan konseling, yang notabene-
nya dilakukan oleh para ahli bimbingan dan konseling di sekolah? Ataukah
3
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Jakarta: PT Gramedia,1987, hal. 28, Cet. Ke- 6.
memang siswa-siswa semacam ini sudah tidak dapat diubah sikap dan perilakunya?
Guru BK bukanlah satu-satunya orang yang memiliki peranan dalam memberikan bimbingan dan konseling. Diperlukan kerjasama seluruh pihak dalam
menciptakan bimbingan yang dapat merubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Peranan guru ternyata tidak kalah pentingnya dalam menciptakan
hal tersebut. Di sini, penulis akan meneliti adakah peranan guru-guru tersebut dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, dan seberapa besar peranan
tersebut dapat mengubah perilaku siswa untuk menjadi lebih baik – yang pada akhirnya menciptakan pendidikan yang lebih baik pula.
B. Pembatasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian di sini adalah: a. Peranan guru bidang studi di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama:
1. Sebagai informan pemberi informasi masalah siswa kepada guru BK 2. Sebagai pembantu guru BK dalam pemecahan masalah siswa
3. Sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar b. Kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama:
1. Pelayanan konsultasi 2. Pelayanan pemecahan masalah
3. Penyaluran bakat dan minat
C. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah penelitiannya adalah: a. Bagaimana peran guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan BK di SMP
Negeri 48 Kebayoran Lama? b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini tidak lain adalah: a. Memperoleh gambaran umum mengenai pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama.
b. Memperoleh informasi tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama.
c. Mendapatkan informasi tentang kontribusi para guru dalam mengatasi problematika yang dihadapi peserta didiknya.
Diharapkan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam menanggulangi kenakalan para siswa, serta permasalahan yang mereka hadapi.
Sehingga, perangkat sekolah terutama guru BK sendiri mempunyai strategi- strategi yang efektif dalam mengatasi problematika siswa. Dengan kata lain,
walaupun program BK begitu bagus namun setiap komponen sekolah tidak bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan kegiatan BK maka hasil yang
didapatkanpun tidak akan maksimal dan berkembang.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dalam melengkapi data penulis juga menggunakan kajian kepustakaan library
research . Di samping itu, dalam mendukung kelengkapan data penulis juga
melakukan penelitian lapangan field research, yaitu tempat di mana penelitian dilakukan. Sehingga kedua data tersebut dapat dipadukan dan dapat dianalisis
seobjektif mungkin.
BAB II KERANGKA TEORI
PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING BK
A. Pengertian Peranan dan Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan BK
Menurut bahasa, peranan adalah ”sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”.
4
Peranan adalah dari kata dasar peran yang ditambahkan akhiran ’an’, peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah ”bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”.
5
Dalam sebuah Kamus Ilmiah Populer disebutkan, ”Peranan adalah fungsi, kedudukan, bagian kedudukan”.
6
Menurut I. Djumhur: ”peranan diartikan sebagai suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau
jabatan tertentu”.
7
Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana akan merupakan ciri khas dari tugas atau
jabatan tadi. Pekerjaan pedagang akan mempunyai pola tingkah laku tertentu, pekerjaan supir akan mempunyai pola tingkah laku tertentu pula, demikian pula
dalam pekerjaan-pekerjaan lain seperti militer, hakim, dokter, dan juga guru. Jadi, peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri
jabatan guru, yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah,
maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik, ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat
4
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, Jakarta: Pustaka Amani, tt, hlm. 304.
5
Dept. P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1996, Cet. Ke- 2, hlm. 751.
6
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994, hlm. 585.
7
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975, hlm. 12.
menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakatnya.
8
1. Guru sebagai pendidik dan pembimbing
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu, yang mencakaup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
9
Dalam tugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna
sesuai dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimilikinya. Guru juga harus bisa menanamkan konsep diri pada si anak didik. Yang
dimaksud konsep diri ini adalah ”pandangan sesorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan
perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.”
10
Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri
sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu yang bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal
mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadapnya.
Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid, antara lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan, sikap dan
sebagainya agar kepada mereka dapat diberikan bantuan dalam mencapai tingkat kedewasaan yang optimal. Hal ini mengandung arti bahwa gurupun turut
8
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975, hlm. 12-13.
9
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cetakan Pertama, hlm. 37.
10
H. Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2007, hal. 129-130, Cet. Ke-1.
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Penyuluhan. Guru harus terlibat di dalamnya.
11
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai
dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan
bermasyarakat. Berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
b. Guru Sebagai Pembimbing
Sebagai seorang petugas bimbingan guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi anak
didiknya. Gurulah yang paling banyak dan sering berhubungan dengan murid- murid, terutama dalam kegiatan kurikuler. Jadi jelaslah bahwa tugas guru tidak
hanya terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada murid-muridnya, akan tetapi guru mempunyai pula tanggungjawab untuk
membantu dan mengawasi murid-murid. Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu
menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Muruid-murid
membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan
sosial, dan interpersonal.
12
Karena itulah guru perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, individual, teknik mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik
penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid menghadapi
masalah di mana guru tidak sanggup memberikan bantuan cara memecahkannya,
11
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975, hlm. 12-13.
12
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,2001, hal. 124, Cet. Ke1.
baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan guidance specialist untuk memberikan bimbingan kepada anak yang bersangkutan.
Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru harus:
a. Mengumpulkan data tentang murid. b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari.
c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus. d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua murid, baik
secara individuil maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pendidikan anak.
e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid.
f. Membuat catatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik. g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individuil.
h. Bekerja sama dengan petugas-petugas lainnya untuk membantu
memecahkan masalah murid-murid. i. Bersama-sama dengan petugas lainnya, menyusun program bimbingan
sekolah. j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.
13
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan Journey, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran
perjalanan itu. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan
itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan, kecuali orang yang
berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan, dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan dilaksanakan, dan
dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti untuk melihat kebelakang serta mengukur sifat, arti, dan efektivitas perjalanan sampai tempat berhenti tadi.
Berdsarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat
hal berikut: Pertama
, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki
13
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975, hlm. 14-15.
oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai
tujuan. Kedua
, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu
tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan
pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan.
Ketiga
, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini memungkinkan merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus
memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Keempat
, guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana keadaan peserta
didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? Apakah peserta didik dilibatkan
dalam menilai kemajuan dan keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya self directing? Seluruh aspek pertanyaan tersebut
merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran.
14
Dalam buku Drs. H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, ”Guru harus mampu membimbing pribadi siswa. Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk
membantu siswa menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani”.
15
Di samping membimbing pribadi siswa, guru juga harus bisa melakukan bimbingan
belajar. ”Bimbingan belajar membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkan
untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi”.
16
2. Guru sebagai informan pemberi informasi siswa yang bermasalah