Guru sebagai informan pemberi informasi siswa yang bermasalah

oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Kedua , guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan. Ketiga , guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini memungkinkan merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Keempat , guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya self directing? Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. 14 Dalam buku Drs. H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, ”Guru harus mampu membimbing pribadi siswa. Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu siswa menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani”. 15 Di samping membimbing pribadi siswa, guru juga harus bisa melakukan bimbingan belajar. ”Bimbingan belajar membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi”. 16

2. Guru sebagai informan pemberi informasi siswa yang bermasalah

Dalam kurikulum Sekolah Dasar 1975, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III C, disebutkan Kepala Sekolah, Guru Kelas dan Penyuluh Pendidikan. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab penuh dan bertugas 14 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cetakan Pertama, hlm. 41-42. 15 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar SLTP , Jakarta: PT. Margi Wahyu, tt, hlm. 17. 16 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar SLTP , Jakarta: PT. Margi Wahyu, tt, hlm. 19. merencanakan program bimbingan, mengintegrasikan program bimbingan dengan program pengajaran, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, ”Guru kelas berkedudukan sebagai pelaksana utama program bimbingan dan bertugas menjadi penyuluh bagi kelas tertentu, mengumpulkan informasi, serta melakukan tindak lanjut”. 17 Penyuluh pendidikan berkedudukan sebagai pejabat untuk suatu wilayah, yang mencakup beberapa sekolah dasar, dan bertugas mengkoordinasi kegiatan bimbingan di wilayah, melakukan pengumpulan data, memberikan penataran bagi guru-guru, serta membahas kasus- kasus khusus dengan kepala sekolah dan guru kelas. Dalam Kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas 1976, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III C, disebutkan Kepala Sekolah, Penyuluh Pendidikan, Guru Penyuluh atau Wali Kelas, Guru dan Petugas Administrasi. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab tertinggi dan bertugas merencanakan program kegiatan sekolah secara keseluruhan, mendelegasikan tanggung jawab tertentu kepada jajaran tenaga bimbingan, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Penyuluh pendidikan berkedudukan sebagai koordinator bimbingan dan bertugas menyusun program bimbingan, mempertanggungjawabkan kegiatan bimbingan kepada Kepala Sekolah, mengatur administrasi bimbingan, memberikan berbagai layanan bimbingan kepada siswa, menjadi konsultan bagi guru dan orang tua, menyelenggarakan pertemuan staf, serta mengadakan evaluasi program. Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Guru penyuluh atau wali kelas berkedudukan sebagai tenaga bimbingan untuk satuan kelas tertentu dan bertugas mengumpulkan data tentang siswa, menyelenggarakan bimbingan kelompok, menyampaikan Informasi, 17 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997, Edisi Revisi, hlm. 179-180. menyelenggarakan wawancara konseling, serta berpartisipasi dalam pertemuan kasus. ”Guru bidang studi berkedudukan sebagai pembantu dalam melaksanakan program bimbingan dan bertugas memperhatikan perkembangan siswa, menyampaikan informasi, serta meneruskan kasus-kasus tertentu kepada penyuluh pendidikan”. 18 Para guru juga dapat menyisipkan unsur-unsur bimbingan dalam pengajaran, misalnya memberikan informasi tentang aneka teknik belajar yang tepat, tentang bidang-bidang studi di perguruan tinggi, tentang lapangan-lapangan pekerjaan, tentang pergaulan yang sehat, dan tentang sikap yang tepat dalam menghadapi suatu masalah. Selain itu mereka dapat menampung siswa yang ingin berbicara secara pribadi, menjadi penasihatpendamping dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan melaporkan kasus-kasus tertentu kepada konselor sekolah untuk ditangani lebih lanjut. Dalam uraian diatas, mengenai peran guru bidang studi sebagai informan penulis sedikit menyimpulkan bahwa: a. Guru bidang studi adalah orang yang paling tahu keadaan seorang murid di kelas. Apakah dia sedang dalam masalah dengan orang tua, guru, ata teman- temannya, mendapatkan kesulitan dalam belajar, atau minder? b. Guru bidang studi adalah orang pertama yang mengidentifikasi suasana kelas, sehingga dia bisa mengetahui mana siswa yang sedang dalam masalah atau tidak. c. Setelah identifikasi itu mencapai pada sebuah kesimpulan, bahwa si A, C, dan E sedang dalam masalah guru menginformasikannya kepada guru BK.

3. Guru sebagai pembantu guru BK