commit to user
41 Tingkat pertumbuhan Produksi Industri adalah determinan harga
saham di masa mendatang. Pertumbuhan pada aktivitas riil sebagai tanda adanya peningkatan cash flow perusahaan di masa mendatang yang
menandakan adanya peningkatan output. Chen 1991 dan Schwert 1990 dalam Ming Hua Liu
L. PENELITIAN TERDAHULU
Pada tahun 2008, Ming Hua Liu dan Keshab M. Shrestha melakukan penelitian mengenai hubungan antara variabel makroekonomi dan pasar modal
China dengan menggunakan kointegrasi heteroskedastik. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa ada relasi antara variabel makroekonomi dan harga saham
. Di
mana produksi industri dan jumlah uang beredar berelasi positif terhadap harga saham
, sedangkan tingkat inflasi,
tingkat suku bunga dan nilai tukar berelasi
negatif terhadap harga saham. Anthony Kyereboah-Coleman dan Kwame F. Agyire-Tettey pada tahun
2008 juga meneliti dengan judul “ Impact of macroeconomic indicators on stock market performance : The case of the Ghana Stock Exchange” Tujuan penelitian
tersebut adalah untuk menyelidiki bagaimana indicator makroekonomi inflasi, nilai tukar, dan tingkat suku bunga berpengaruh pada pasar saham. Hasil
penelitian tersebut adalah adanya signifikansi antara indikator makroekonomi dan pasar saham. Selain itu tingkat inflasi juga ditemukan memiliki pengaruh negatif
terhadap kinerja pasar saham. Sedangkan nilai tukar dan kinerja pasar saham berhubungan positif.
commit to user
42 Dari penelitian Stuart Hyde dengan judul The respons of Industry stock
returns to market, exchange rate, and interest rate risks, menghasilkan kesimpulan bahwa industri di Prancis, Jerman, Itali, dan UK United Kingdom
mempunyai pengaruh signifikan terhadap pasar dan resiko nilai tukar. Industri di Prancis dan Jerman mempunyai hubungan signifikan terhadap resiko tingkat suku
bunga. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Mansor H. Ibrahim dan
Hassanuddeen Aziz 2003 dalam jurnal dengan judul “ Macroeconomic Variables and the Malaysian equity market”. Penelitian ini menemukan bahwa
adanya pengaruh antara harga saham dan empat variabel makroekonomi yaitu output riil yang diukur dengan indeks produksi Industri, level harga yang diukur
dengan consumer price index CPI, jumlah uang beredar dan nilai tukar kurs pada kasus di Malaysia dengan menggunakan metode kointegrasi dan vektor
autoregresi. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan jangka panjang antara variabel makroekonomi dengan harga saham. Ada hubungan jangka panjang
antara harga saham dan produksi industri yaitu adanya pengaruh positif .
Begitu pula dengan
inflasi yang berpengaruh positif terhadap harga saham. Nilai tukar kurs berpengaruh negatif dengan harga saham, money supply jumlah uang
beredar juga berpengaruh negatif pada harga saham. Dimitrios Tsoukalas 2003 dalam jurnal “ Macroeconomic factors and
stock prices in the emerging Cypriot Equity Market” dengan memperkirakan dari Vektor autoregressi VAR menetapkan adanya Granger Causality antara faktor
commit to user
43 makroekonomi yaitu produksi industri, nilai tukar kurs, jumlah uang beredar,
dan inflasi dengan harga saham di Cyprus. Penelitian dari Kim Hiang Liow, Muhammad Faishal Ibrahim dan Qiong
Huang pada tahun 2005 dengan judul “ Macroeconomy risk influence on the property stock market” menyatakan bahwa ada hubungan antara risiko premia
pada saham property dengan factor makroekonomi pada bisnis umum dan kondisi keuangan dalam konteks internasional. Faktor makroekonomi tersebut ada 6
variabel yaitu pertumbuhan GDP Gross Domestic Product, Pertumbuhan pertumbuhan output produksi industri, Inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga,
dan nilai tukar kurs. Pada tahun 2007 Purna Chandra Padhan melakukan penelitian yang
berjudul “The Nexus between stock market and economy activity: an empirical analysis for India” penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan kausal
antara pasar saham dengan kegiatan ekonomi di India yang diukur dengan Indeks Produksi Industri IPI, dari penelitian tersebut dikemukakan bahwa aktivitas
ekonomi di India dan harga saham di pasar modal di India saling terintegrasi satu sama lain. Model TYDL
Toda-Yamamota, Dolado and Lutkephol menyarankan bahwa ada hubungan sebab akibat dua arah antara harga saham dan kegiatan
ekonomi sehingga jika suatu pasar modal dibangun dengan baik bisa meningkatkan kegiatan ekonomi pertumbuhan dan sebaliknya.
Pada tahun 2004 Osamah M. Al Khazali melakukan penelitian dengan judul “The Generalized Fisher Hypothesis in the Asian Market.” Studi ini
meneliti berdasarkan analisis VAR dari hubungan kausal dan interaksi dinamik
commit to user
44 antara pengembalian saham, inflasi, dan inflasi yang diharapkan. Hasil regresi
mengindikasikan bahwa pengembalian saham berkorelasi negatif dengan inflasi yang diharapkan dan inflasi yang tidak diharapkan. Akan tetapi, hasil dari model
VAR mengindikasikan ketiadaan kausalitas searah antara pengembalian saham dan inflasi. Model VAR juga gagal untuk menemukan respon negatif konsisten
baik inflasi terhadap goncangan dalam pengembalian saham maupun pengembalian saham terhadap goncangan dalam inflasi.
Chris Brooks dan Sotiris Tsolacos 2000 melakukan penelitian dengan
judul “The Cyclical relations betweem traded property stock prices and aggregate time series”
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa siklus pembelanjaan konsumen, total konsumsi per kapita, hasil dividen dan hasil obligasi jangka
panjang adalah berhubungan, dan sebagian besar bersamaan waktu dengan siklus harga properti. Surat hutang jangka pendek nominal dan riil dan tingkat suku
bunga dapat dipertimbangkan sebagai leading indicator dari harga saham properti. Dari penelitian ini ditemukan juga bahwa inflasi berhubungan negatif dengan
harga saham properti. Studi ini merekomendasikan bahwa variabel makroekonomi dan keuangan itu
dapat menyediakan informasi bermanfaat untuk menjelaskan dan berpotensi untuk meramalkan pergerakan pengembalian saham properti di UK.
Pin Huang Chou dan en Shen Li, S.Ghon hee, Jane-Sue Wang melakukan penelitian dengan judul “ Do macroeconomic factors subsume market
anomalies in long investment horizon?” dan menemukan bahwa pengembalian saham dipengaruhi oleh faktor rasional seperti variabel makroekonomi dan faktor
commit to user
45 tingkah laku seperti Book Market. Hasil empiris menunjukan bahwa variabel
makroekonomi yang paling menjelaskan pengembalian jangka pendek yaitu 6 bulan adalah produksi industri sebagai satu-satunya variabel yang terus menerus
menjelaskan pengembalian return kisaran antara satu bulan hingga satu tahun. Variabel seperti inflasi yang tidak diantisipasi. Perubahan dalam inflasi yang
diharapkan dan resiko premium yang tidak diharapkan sebagian besar meliputi variasi cross-sectional dalam pengembalian return saham.
M. KERANGKA PEMIKIRAN