Pemberdayaan Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
85
lingkungan sekitar rumah. Hal ini sesuai dengan teori dalam bab II, menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan bermutu dan merata serta terjangkau, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu , keluarga,
dan ,masyarakat beserta lingkungan. Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar, sedangkan untuk masalah keterampilan bisa dikembangkan
melalui cara-cara partisipatif. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat melalui pengalaman mereka dapat dikombinasikan dengan pengetahuan yang dari luar. Hal –
hal seperti ni dapat membantu masyarakat untuk menciptakakn sumber penghidupan mereka sendiri dan membantu meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka
sendiri. 3. Kesehatan Ibu dan Anak.
Dalam program kesehatan ibu dan anak yang telah dijelaskan di bab III kehadiran ibu hamil dalam program kelas ibu hamil merupakan salah satu wujud
partisipasi dalam menekan resiko sakit dalam menghadapi persalinan. Hal ini sejalan dengan teori indikator pemberdayaan masyarakat pada bab II yaitu meningkatkan
kapasitas skala partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, sehingga berkurangnya masyarakat yang menderita penyakit. memotivasi masyarakat untuk
membentuk kelompok dalam mempermudah pengorganisasian dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kemudian memotivasi mereka agar dapat
terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki.
86
4. Perbaikan Gizi Masyarakat. Salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi masyarakat
yang terdapat di bab III yaitu pemberian makanan tambahan, yang dilaksanakan perbulan pada saat Posyandu, selain kehadiran dalam Posyandu masyarakat juga
mengumpulkan dana untuk pengadaan makanan tambahan dengan cara memberikan sumbangan sukarela berupa sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam wadah yang
telah disediakan oleh kader kesehatan, jika sudah terkumpul kader kesehatan menghitung dana yang terkumpul kemudian memberikan kepada penanggung jawab
pemberian makanan tambahan pada bulan berikutnya, hal ini sesuai dengan teori di bab II menurut Mardikanto, dalam indikator pemberdayaan, jumlah dana yang dapat
di gali dari masyarakat untuk menunjang pelaksanaan program kegiatan. Hal ini merupakan sebuah metode untuk menghimpun setiap sumber-sumber yang dimiliki
oleh individu-individu yang dalam masyarakat melalui sumbangan sukarela dengan tujuan untuk menciptakan modal sosial.
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, seperti yang sudah
di jelaskan di bab III pegawai kesehatan memberikan edukasi kepada masyarakat dibantu dengan kader kesehatan, seputar cara mencegah penyebab penyakit Demam
Berdarah Dangue dengan melakukan vogin, sanitasi dasar, serta cara menggunakan air bersih dan memberantas penyakit menular yaitu Demam Berdarah Dangue dengan
cara pembagian pupuk abate agar air yang terdapat disekitar rumah tidak menjadi sarang nyamuk, hal ini sejalan dengan teori . Hal ini sejalan dengan teori di bab II
87
salah satu dari delapan aspek dalam meningkatkan perhatian dan pemberdayaan masysrakat terhadap kesehatan, yaitu peningkatan pendidikan kesehatan dan metode
pencegahan penyakit. Dalam pencegahan serta pemberantasan penyakit menular dilaksanakan oleh para petugas Puskesmas dan kader kesehatan sesuai kebutuhan
masyarakat dengan waktu yang telah ditentukan dan focus terhadap masalah yang urgent. Hal ini sebagaimana dalam teori di Bab II menurut Mardiantok salah satu
indikator pemberdayaan msyarakat, yaitu intensitas kegiatan petugas dalam mengendalikan masalah. Petugas pemberdayaan formal yaitu para petugas kesehatan
dari puskesmas dan petugas nonformal adalah para kader kesehatan dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori Bab II menurut Chamber,bahwa agen pemberdayaan
formal atau petugas formal adalah aparatur pemerintahan yang bertugas di lapangan seperti pegawai puskesmas dan petugas non formal adalah individu yang memiliki
dedikasi secara sukarela untuk membantu pemberdayaan masyarakat baik yang dikelola oleh suatu lembaga atau secara pribadi.