Linux Terminal Server Project LTSP

metode dan antar muka tersendiri, paket-paket aplikasi yang terdapat di dalam distribusi tersebut, dan program bantu dari masing-masing distribusi.

2.3 Linux Terminal Server Project LTSP

LTSP merupakan sebuah proyek untuk membuat terminal server di Linux. Dengan aplikasi LTSP tersebut maka client tidak menggunakan hard diskdiskless dapat mengakses server Linux dan menjalankan berbagai aplikasi di atasnya. Pengertian diskless adalah memungkinkan client yang tidak dilengkapi dengan media penyimpanan, seperti harddisk, CDROM, dan sebagainya untuk dapat digunakan layaknya sebuah terminal dengan menggunakan semua resource yang dimiliki oleh server. Karena client yang digunakan adalah diskless, maka dapat dimanfaatkan komputer-komputer seperti 486, Pentium I dan II sebagai clientnya dan menambahkan LAN card yang dapat di-boot. Jika dilihat dari segi ekonomis dan efisiensi, tentu saja LTSP memenuhinya. Karena tidak diperlukannya pembelian lisensi OS Operating System dan aplikasinya karena Linux, LTSP, dan berbagai aplikasinya dapat diperoleh tanpa membayar lisensi. Administrator jaringan tidak perlu menginstal Linux dan aplikasinya satu per satu di tiap client. Aplikasi cukup dipasang di server saja, dan client menjalankan aplikasi tersebut. Semua processing power terjadi di server, sehingga kecepatan proses akan mengikuti spesifikasi server. Manfaat lainnya adalah troubleshooting dan backup data menjadi lebih mudah, karena aplikasi dan data terpusat di server. Sampai saat ini ada beberapa metode untuk melakukan proses booting pada jaringan ini, antara lain etherboot , PXE Pre-boot Execution Environment, RPL, kernel cmdline options, Universitas Sumatera Utara Custom LTSP kernels, Wireless LTSP. Namun pada tugas akhir ini dibahas proses booting menggunakan etherboot dan PXE saja. Proses kerja menggunakan etherboot dan PXE hampir sama, perbedaannya terletak dari alat yang digunakan untuk proses booting . Jika etherboot menggunakan bootROM read only memory yang berisi software untuk booting yaitu berupa EPROM yang dipasang pada ethernecard ataupun disket, PXE menggunakan proses booting from network yang memang sudah tersedia pada BIOS PC. Pada awalnya booting dengan PXE dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam bidang teknologi informasi seperti Compaq, Dell, HP, Intel dan Microsoft. Perusahaan ini bekerja sama untuk membuat sebuah sistem komputer yang dapat bekerja dalam jaringan, atau dikenal dengan Net PC Systems. Sistem itu memiliki metoda dalam meload sistem operasinya yaitu mengambil sistem operasi dari server jaringan, yang kemudian metoda ini dikenal dengan Preboot Execution Environment PXE. Sekarang PXE banyak diimplementasikan pada sistem jaringan, dan juga berkembang dengan munculnya bootROM yang ditanam pda kartu jairngan. Juga pada motherboard PC sudah dimasukkan PXE sehingga melalui BIOS pengguna dapat membuat pilihan agar PC tersebut dapat booting from network Gambar 2.4 Cara Kerja Ltsp Universitas Sumatera Utara Pada gambar 2.4 diperlihatkan flowchart dari cara kerja LTSP, yang kemudian dijelaskan tahap demi tahapnya. Selain LTSP juga diperlukan beberapa tambahan software di dalam sistem operasi agar sistem dapat berjalan baik. Software-software tambahan tersebut antara lain DHCP Dynamic Host Control Protocol, TFTP Trivial File Transfer Protocol , NFS Network File System, dan XDMCP X Display Manager Control Protocol . Pada saat WS workstation diaktifkan, maka terjadi proses Power On Self Test POST, yaitu proses booting dimana BIOS akan mencari ROM yang sudah terprogram kode etherboot, yang terpasang pada network card. Jika proses ini failed maka ada beberapa kemungkinan penyebabnya, misalnya kode pada ROM tidak sesuai, atau ethernet card mengalami kerusakan, atau kabel juga mengalami kerusakan. Jika POST selesai, maka kode etherboot yang terdapat pada ROM akan dieksekusi. Kode tersebut akan mencari network card yang terpasang dan kemudian menginisialisasinya. Dan kemudian dilanjutkan dengan DHCP request ke server. DHCP request adalah proses dari WS untuk meminta tanda pengenal bagi dirinya, atau disebut juga IP address. Permintaan tersebut akan disertai dengan MAC address dari network card yang digunakan. Jika berhasil maka DHCP daemon yang aktif di server akan memperoleh sinyal tersebut dan kemudian akan mencari data pada file konfigurasi yang ada. Kemudian oleh DHCP daemon, request dari WS akan dibalas dengan memberi IP address, konfigurasi NETMASK, lokasi file kernel yang akan didownload, paramenter tambahan untuk dikirimkan ke kernel kepada WS yang melakukan request. Kemudian kode etherboot dari WS yang telah meneriman balasan dari server melakukan konfigurasi TCPIP pada network card dengan parameter yang diterima. Namun jika request dari WS tersebut tidak mendapat balasan dari server, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada server, mungkin ada konfigurasi yang Universitas Sumatera Utara masih belum sesuai. Kode etherboot kemudian berusaha melakukan download file kernel dari server dengan menggunakan TFTP. Setelah selesai maka kernel tersebut akan diletakkan di lokasi memori yang tepat. Setelah itu kontrol diambil alih oleh kernel. Kernel inilah yang melakukan inisialisasi seluruh sistem dan peralatan yang terpasang yang dapat dikenali. Pada bagian akhir kernel terdapat image filesystem yang kemudian akan diletakkan di memori sebagai sebuah ramdisk, dan untuk sementara di-mount sebagai root filesystem, dengan memberi perintah root=devram0, yang kemudian akan memberitahu kernel untuk melakukan proses mount pada image tersebut sebagai root directory. Pada LTSP ini dilakukan perubahan pada kernel, jika pada umumnya setelah selesai melakukan booting maka program init akan diesekusi, maka dengan memberikan parameter init=linuxrc pada baris perintah kernel, script tersebut akan memeriksa PCI bus untuk mencari network card. Setiap perangkat PCI yang ditemukan akan dilakukan pemeriksaan pada file etcniclist. Apakah perangkat tersebut terdaftar pada file itu. Jika ia maka modul dari network card tersebut akan diambil kemudian dieksekusi. Setelah network card berhasil dikenali, maka script linuxrc akan mengambil modul kernel yang mendukung network card tersebut. Dhclient kemudian dijalankan untuk melakukan permintaan informasi ke DHCP server. Permintaan tersebut dilakukan untuk kedua kalinya agar mendapatkan konfigurasi NFS server yang disertakan sebagai parameter tambahan root-path. Ketika dhclient memperoleh jawaban dari server maka file etcdhclient-script dieksekusi, yang mana kemudian akan berusaha membaca konfigurasi untuk kemudian melakukan setup pada interface eth0. Sampai pada proses ini filesystem root berada di ramdisk.. Selanjutnya, script linuxrc akan melakukan proses mount ulang pada filesystem melalui NFS. Direktori yang di-export pada server umumnya adalah optltspi386. Proses tersebut tidak bisa Universitas Sumatera Utara langsung melakukan proses mount filesystem yang baru sebagai . Proses mount akan terlebih dahulu dilakukan pada mnt. Kemudian, dilakukan pivot_root. pivot_root kemudian akan melakukan pertukaran filesystem root yang aktif dengan filesystem baru. Setelah proses tersebut, filesystem NFS akan di-mount pada , dan filesystem root terdahulu akan di-mount pada oldroot. Jika proses ini tidak berhasil, maka dapat dilakukan pemeriksaan konfigurasi pada server, mungkin ada yang tidak sesuai. Setelah proses mount dan pivot pada filesystem root yang baru selesai, shell script linuxrc telah selesai melakukan perintah yang ada, program init yang sebenarnya, yaitu sbininit dapat dijalankan. Setelah program init selesai, proses selanjutnya adalah melakukan konfigurasi pada system X Windows. Pada file lts.conf, terdapat parameter yaitu XSERVER. Jika parameter tersebut tidak diketemukan, atau ditentukan menjadi auto, maka akan dilakukan proses deteksi. Standard runlevel untuk LTSP adalah tiga bagian, yaitu shell, berguna untuk debugging WS. Kemudian telnet pada mode karakter atau text base, yang dapat diaplikasikan untuk menggantikan serial terminal Dan yang terakhir GUI mode. Ini akan menjalankan X windows, dan mengirimkan query XDCMP ke server, yang akan menampilkan kotak dialog login untuk akses ke server. Dibutuhkan display manager yang aktif di server, seperti XDM, GDM atau KDM. Namun jika tidak berhasil menampilkan kotak dialog login pada WS, perlu dilakukan pemeriksaan pada server, khususnya pada file lts.conf.

2.4 Konsep Dasar TCPIP