Kontruksi Yuridis Jaksa Penuntut Umum dalam Merumuskan Pasal

commit to user 43

B. Pembahasan

1. Kontruksi Yuridis Jaksa Penuntut Umum dalam Merumuskan Pasal

yang Didakwakan pada Kasus Perkosaan di Lingkungan Rumah Tangga Nomor Perkara PDM-670KPJEN12-2005 dan Nomor Perkara PDM- 387KPNJEN05-2006. Guna mengetahui Kontruksi yuridis Jaksa Penuntut Umum dalam merumuskan dan surat dakwaan maupun tuntutan terhadap pelaku perkosaan di lingkungan rumah tangga dan kasus perkosaan biasa, peneliti akan mengkajinya berdasarkan : a. Surat dakwaan b. Alat-alat bukti. c. Pasal-pasal yang digunakan Guna mempermudah pembahasan lebih lanjut penulis akan sajikan tabel sebagai berikut : Tabel 1 Tindak Pidana Perkosaan di Lingkungan Rumah Tangga No Kasus Pelaku Dakwaan Tuntutan Alat Bukti 1 Perkosaan Di Lingkungaan Rumah Tangga Ngadiman 1. Pasal 285 Jo 64 1 KUHAP, 2. Undang- Undang PKDRT NO 23 Tahun 2004 Ancaman Kurungan 12 tahun ditambah denda 36.000.000 1. Adanya saksi-saksi dibawah sumpah 2. Pengakuan dari pelaku 3. Visum et Repertum Sumber : Nomor Perkara PDM-387KPNJEN05-2006 Dalam kasus ini Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan dalam bentuk alternatif, yaitu surat dakwaan yang menuduhkan dua atau lebih tindak pidana yang mengandung sifat yang saling mengecualikan. Alasan dibuatnya surat dakwaan dalam bentuk ini karena Jaksa Penuntut Umum masih ragu atas dakwaan apa yang sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukan oleh pelaku. Pada proses persidangan baru akan dapat diperoleh commit to user 44 sebuah jawaban mengenai dakwaan mana yang telah terbukti dilakukan oleh pelaku. Jadi disini Jaksa Penuntut Umum mengajukan bentuk dakwaan yang bersifat pilihan, dan setiap dakwaan mempunyai peluang terbukti yang sama. Mengenai konsekuensi pembuktiannya, apabila dakwaan yang dimasukkan telah terbukti, maka dakwaan yang lain tidak perlu dihiraukan lagi. Dalam perkara ini, surat dakwaan dengan Nomor Reg. Perkara : PDM-387KPJEN05.2006 menggunakan dakwaan alternatif, yaitu : Dakwaan pertama : Melanggar Pasal 285 Jo 64 1 KUHP ATAU Dakwaan kedua : Melanggar Pasal 8 huruf a dan Pasal 46 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 Jo 64 1 KUHP Selanjutnya setelah melalui proses persidangan berdasarkan fakta- fakta yang terungkap dalam pemeriksaan persidangan baik dari keterangan saksi-saksi di bawah sumpah, keterangan terdakwa, petunjuk, bukti surat keterangan dokter dalam Visum et Repertum dan dikaitkan pula dengan barang bukti, setelah dihubung-hubungkan dengan substansi peristiwanya, akhirnya Jaksa Penuntut Umum Hidayati menitik beratkan pada pembuktian dalam dakwaan kedua, yang unsur-unsur dari dakwaan kedua itu sendiri adalah : a. Setiap orang. b. Melakukan kekerasan dalam rangka pemaksaan hubungan seksual. c. Yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Jo Pasal 64 1 KUHP, yang maksudnya jika antara beberapa perbuatan kejahatan, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut voortgezette handeling. Unsur-unsur di atas telah terpenuhi dan dilakukan oleh terdakwa di dalam lingkup rumah tangganya, yang tidak lain terhadap anak kandungnya sendiri yang dipaksa dengan kekerasan dan ancaman kekerasan untuk melayani nafsu seksualnya selama kurang lebih 3 tahun, sampai akhirnya menghasilkan seorang anak. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan secara sah dan commit to user 45 meyakinkan menurut hukum bahwa dakwaan dalam dakwaan kedua telah terpenuhi unsur-unsur dalam Pasal 8 huruf a dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Jo Pasal 64 1 KUHP dan terbukti serta dapat digunakan Jaksa Penuntut Umum sebagai pertimbangan secara formil dan materiil untuk melakukan tuntutan ditinjau dari sudut yuridis dan substansi peristiwanya. Tabel 2. Tindak Pidana Perkosaan Biasa No Kasus Pelaku Dakwaan Tuntutan Alat Bukti 1. Perkosaan Biasa Paijo 1. Primer: Pasal 285 KUHAP 2. Subsidair Pasal 289 KUHP Ancaman Kurungan 12 tahun 1. Adanya saksi- saksi dibawa h sumpah 2. Adanya Visum et Repret um Sumber :Kasus Nomor PDM-670KPJEN12.2005 Berdasarkan kasus perkosaan biasa ini, Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan dalam bentuk primair subsidair berlapis. Hal ini dimaksudkan agar terdakwa tidak lepas dari tuntutan atau jeratan hukum atas perbuatan yang telah dilakukannya. Dalam perkara ini, surat dakwaan dengan Nomor. Reg. Perkara : PDM-670KPJEN12.2005 menggunakan dakwaan primair subsidair, yaitu : Dakwaan primair : Melanggar pasal 285 KUHP Dakwaan subsidair : Melanggar pasal 289 KUHP Selanjutnya setelah melalui proses persidangan berdasarkan fakta- fakta yang terungkap dalam pemeriksaan persidangan baik dari keterangan saksi-saksi di bawah sumpah, keterangan terdakwa, petunjuk, bukti surat atau keterangan dokter dalam Visum et Repertum dan dikaitkan pula dengan commit to user 46 barang bukti, setelah dihubung-hubungkan dengan substansi peristiwanya, akhirnya dakwaan primair dinyatakan telah terbukti oleh Jaksa Penuntut Umum Nunung Nuraini, dimana unsur-unsur dari dakwaan primair itu sendiri adalah : a. Perbuatannya : memaksa, b. Caranya: 1 dengan kekerasan, Caranya: 2 ancaman kekerasan, c. Seorang perempuan bukan isterinya, d. Bersetubuh dengan dia. Pertimbangan sosiologis ini meliputi sikap batin, perasaan dan penilaian Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa di muka persidangan, baik ditinjau dari keadaan psikis maupun keadaan sosiologis korban. Sehingga dalam melakukan pertimbangan sosiologis ini antara jaksa yang satu dengan jaksa yang lain tidak selalu atau belum tentu sama. Tabel. 3 Perbandingan Ancaman Pidana terhadap Tindak Pidana Perkosaan Biasa dan Perkosaan di lingkungan Rumah Tangga Pasal dan UU Ancaman pidana paling lama Ancaman pidana paling singkat Ancaman denda paling banyak Ancaman denda paling sedikit -Pasal 46 UU No. 232004 -Pasal 285 KUHP -12 tahun -12 tahun - - Rp36.000.000,- - - - Sumber :Kasus Nomor PDM-670KPJEN12.2005 dan PDM-387KPNJEN05-2006 Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis adalah Untuk ancaman pidana antara Pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dan Pasal 285 KUHP tetap memiliki kesamaan yaitu paling lama 12 tahun. Namun dalam Pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga juga dialternatifkan dengan pidana denda commit to user 47 paling banyak Rp. 36.000.000,- sedangkan dalam KUHP tidak ada denda uang sebesar 36. 000.000 Disinilah letak perbedaan kedua peraturan perundang-undangan di atas dalam hal pemidanaan. Meskipun dalam kenyataannya, pidana denda ini belum pernah diterapkan kepada terdakwa kasus perkosaan di lingkungan rumah tangga yang pernah ditangani di Kejaksaan Negeri Kepanjen dikarenakan alasan keadaan ekonomi terdakwa yang tidak memungkinkan untuk dikenakan pidana denda tersebut. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berpihak pada kelompok rentan khususnya kaum perempuan merupakan wujud dari pembaharuan hukum dalam menangani tindak pidana kesusilaan di lingkungan rumah tangga, sehingga sangat diperlukan sehubungan dengan banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan rumah tangga. Pembaharuan hukum tersebut diperlukan karena undang-undang yang ada belum memadai dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pengaturan tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga secara tersendiri, misalnya sesuai dengan kasus pada permasalahan di atas, KUHP hanya mengatur mengenai perkosaan, tetapi tidak ada pengaturan tersendiri apabila korban merupakan seseorang yang menetap di dalam satu rumah bersama pelaku. Selain itu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini diatur secara komprehensif, jelas dan tegas untuk melindungi dan berpihak kepada korban yang diatur dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 43 mengenai perlindungan dan pemulihan terhadap korban. Serta sekaligus memberikan pendidikan dan penyadaran kepada masyarakat dan aparat bahwa segala tindak kekerasan dalam rumah tangga merupakan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan, sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undeang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Untuk melakukan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, sebagai upaya preventif Kejaksaan selain melakukan tugasnya sebagai penuntut yang menangani commit to user 48 suatu perkara, juga bisa melakukan tindakan-tindakan yang bersifat non yudicial dalam bentuk memberi bantuan pada pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mensosialisasikan pembaharuan hukum, termasuk Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini. Sosialisasi ini dilakukan dengan cara penyuluhan hukum, yang biasa disebut dengan program Jaksa Masuk Desa. Daerah yang dikunjungi adalah pedesaan yang rawan kejahatan. Sedangkan untuk daerah perkotaan dilakukanlah penerangan hukum. Suatu asumsi yang dapat ditarik dalam kasus ini bahwa rasa keadilan atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap ancaman pidana bagi pelaku perkosaan di lingkungan rumah tangga telah dikendalikan secara mantap di bawah bimbingan dan pengawasan yang akurat. Akhirnya adalah suatu kepuasan bagi Jaksa Penuntut Umum apabila tuntutannya sama atau tidak jauh berbeda dengan putusan Hakim, serta terdakwa maupun korban menyatakan menerima putusan tersebut.

2. Implikasi Yuridis Terhadap Kontruksi Tuntutan pada kasus Nomor