Pengertian Penuntutan Asas-asas Dibidang Penuntutan

commit to user 17 10 Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; 11 Melakukan penuntutan; 12 Menutup perkara demi kepentingan hukum; 13 Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; 14 Melaksanakan penetapan hakim. Di samping tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang pidana yang tersebut dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 di atas, pada Pasal 32 juga disebutkan bahwa Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Selain itu kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya, sesuai dengan bunyi Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

2. Tinjauan tentang Penuntutan

a. Pengertian Penuntutan

Di dalam Pasal 1 butir 7 KUHAP, penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Untuk memberikan gambaran yang lebih luas tentang pengertian penuntutan, berikut dikemukakan beberapa pendapat para sarjana Hukum Indonesia, seperti pendapat: commit to user 18 1 Sudarto Djoko Prakoso, 1988 : 25 Penuntutan adalah berupa penyerahan berkas perkara si tersangka kepada hakim dan sekaligus agar supaya diserahkan kepada sidang pengadilan. 2 Wirjono Prodjodikoro Djoko Prakoso, 1988 : 25 Menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim dengan permohonan agar supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa. 3 S.M Amin Djoko Prakoso, 1988 : 25 Menuntut adalah penyerahan perkara ke sidang oleh hakim. 4 Martiman Prodjo Hamidjojo Djoko Prakoso, 1988 : 26 Penuntutan dalam arti luas merupakan segala tindakan penuntut umum sejak ia menerima berkas dari penyidik untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri. 5 A. Karim Nasution Djoko Prakoso, 1988 : 26 Penuntutan adalah penentuan, apakah suatu perkara diserahkan atau tidak kepada hakim untuk diputuskan dan jika dilanjutkan ke pengadilan untuk mengajukan tuntutan hukum. Dari seluruh pendapat yang tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa penuntutan merupakan suatu proses dari beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh jaksa sehubungan dengan tugas jaksa di bidang penuntutan.

b. Asas-asas Dibidang Penuntutan

Di dalam hukum acara pidana dikenal adanya dua asas penuntutan, antara lain : 1 Asas Legalitas, yaitu asas yang mewajibkan penuntut umum untuk melakukan penuntutan terhadap semua orang yang dianggap cukup alasan bahwa yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum. commit to user 19 2 Asas Oportunitas, yaitu penuntut umum tidak diwajibkan untuk melakukan penuntutan terhadap seseorang yang dianggap telah cukup alasan bahwa yang bersangkutan melakukan perbuatan yang melanggar hukum, demi kepentingan umum. Dalam KUHAP, asas ini dikenal dengan “penyampingan perkara untuk kepentingan umum yang menjadi wewenang Jaksa Agung”. Hal ini dinyatakan dalam penjelasan resmi Pasal 77 KUHAP yang berbunyi, “Yang dimaksud dengan ‘penghentian penuntutan’ tidak termasuk penyampingan perkara untuk kepentingan umum yang menjadi wewenang Jaksa Agung” Maka dapat disimpulkan bahwa KUHAP mengakui eksistensi perwujudan dari asas oportunitas, sehingga dengan demikian perwujudan asas oportunitas tidak perlu dipermasalahkan mengingat dalam kenyataannya perundang-undangan positif di Indonesia, yaitu penjelasan resmi Pasal 77 KUHAP dan dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Pasal 35 huruf c secara tegas mengatakan bahwa Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang mengesampingkan perkara demi kepentingan umum. Maksud dan tujuan Undang-undang memberikan kewenangan kepada Jaksa Agung tersebut, adalah untuk menghindarkan timbulnya penyalahgunaan kekuasaan dalam hal pelaksanaan asas oportunitas, sehingga dengan demikian satu-satunya pejabat negara kita yang diberi wewenang melaksanakan asas oportunitas adalah Jaksa Agung dan tidak kepada setiap para jaksa selaku penuntut umum dan alasannya mengingat kedudukan Jaksa Agung selaku penuntut umum tertinggi. Menurut penjelasan Pasal 35 huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara dan atau kepentingan masyarakat luas. Jadi bukan untuk kepentingan pribadi. commit to user 20

c. Surat Tuntutan Pidana Requisitor