commit to user 6
Seharusnya kasus KDRT ini sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 5 huruf c dan Pasal 8 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan mengenai ancaman pidananya dapat dilihat pada Pasal 46, 47 dan 48 undang-undang yang sama. Melihat kasus-
kasus yang terjadi, dapat diketahui bahwa perkosaan semakin membabi buta, sehingga pelaku tidak melihat apakah korbannya adalah seorang wanita yang
masih memiliki hubungan darah dengan pelakunya. Hal ini tidak dipikirkan oleh si pelaku, yang ada di pikirannya hanyalah dapat melampiaskan nafsu seksual
mereka. Oleh sebab itu seakan-akan pelaku tidak menghargai bahkan merampas Hak asasi dari si korban. Jika diperhatikan, dampak dari tindak pidana perkosaan
tersebut sangatlah menyakitkan dan menimbulkan trauma yang berkepanjangan bagi mereka yang menjadi korban. Terkadang, dipidananya pelaku perkosaan
tidak lantas membuat si korban merasa mendapatkan keadilan. Hal ini dikarenakan akibat fisik maupun psikis yang ditimbulkan tidak menjadi hilang
karena dipidananya pelaku perkosaan tersebut. Maraknya kasus perkosaan dan Disparitas yang terjadi dalam penegakan
hukum dapat dikatakan sebagai cermin kegagalan penegak hukum dalam menempatkan hukum sebagai kekuatan supremasi. Penjatuhan hukuman yang
cukup ringan terhadap pelaku kejahatan kesusilaan dalam hal ini perkosaan dinilai dapat mendorong atau menstimulasi oknum-oknum sosial untuk melakukan
praktek peniruan kejahatan. Sehingga tuntutan pemberatan hukuman terhadap pemerkosa wajib mendapatkan prioritas dan perhatian yang sangat penuh.
B. Rumusan Masalah
Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kontruksi yurisdis jaksa penuntut umum dalam perumusan pasal yang didakwakan pada kasus Nomor perkara PDM-670 KAPANJEN12-2005
dan Nomor perkara PDM-387KEPANJEN05-2006 ?
commit to user 7
2. Bagaimana implikasi Yuridis terhadap kontruksi tuntutan dalam perkara Nomor PDM-387KEPANJEN05-2006 dan Perkara Nomor PDM-
670KEPANJEN12-2005.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian dan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Guna mengetahui prosedur penuntutan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam proses perkara pidana khususnya tindak pidana perkosaan di
lingkungan rumah tangga. 2. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi pentingnya hal perumusan pasal bagi
Jaksa Penuntut Umum dalam menentukan berat ringannya tuntutan pidana pada pelaku tindak pidana perkosaan yang terjadi di lingkungan rumah tangga.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan informasi rinci akurat dan aktual yang akan memberikan jawaban permasalahan baik secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis untuk langkah pengembangan lebih lanjut dan secara praktis berwujud aktual maka diperoleh manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis a. Dapat mengembangkan penelitian tentang kajian disparitas jaksa penuntut
umum pada pelaku tindak pidana perkosaan yang terjadi di lingkungan rumah tangga. Dipadukan dengan teori-teori yang relevan dengan masalah
yang diteliti. b. Sebagai bahan untuk menambah khasanah pustaka dan sebagai salah satu
sumber bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan telah ditetapkan.
b. Memberikan input atau bahan pertimbangan bagi lembaga kejaksaan khususnya Jaksa Penuntut Umum sebagai wakil pemerintah yang bersifat
commit to user 8
signifikan dan konstruktif dalam memberikan tuntutan terhadap tersangka pemerkosaan dilingkungan rumah tangga, Di Kejaksaan Negeri Kepanjen
Kabupaten Malang.
E. Metode Penelitian